Translate

kesulitan dan aturan t menerjemahkan puisi asing ke indonesia

Written By iqbal_editing on Rabu, 24 Agustus 2016 | 06.16

Menurut Peter Newmark (1981), masalah-masalah yang menghadang penerjemah dalam menerjemahkan karya sastra adalah pengaruh budaya sumber dan pesan moral yang ingin disampaikan oleh penyair aslinya. Dalam hal pengaruh budaya BSa, kesulitan ini dapat berupa aturan-aturan BSu, gaya bahasa, latar, dan tema. Dalam hal pesan moral, penerjemah dapat menemukan kesulitaan dalam ciri-ciri khas pengarang. Menerjemahkan cerpen atau novel cenderung lebih mudah dari pada menerjemahkan puisi. Hal ini disebabkan karena kata-kata yang digunakan dalam prosa tidak sepadat dan sehemat dalam puisi. Tidak seperti puisi, keindahan dalam sebuah cerpen atau novel tidak begitu tergantung pada pilihan kata, rima, dan irama, tetapi lebih terletak pada alur ceritera dan pengembangan tokoh-tokoh yang ada di dalam ceritera itu.
Menurut Fuad Hasan, terjemahan adalah suatu proses mengalihkan “suasana batin” dari pengarang dalam bahasa sumber ke dalam bahasa sasaran. Penerjemah karya sastra sarat dengan dengan suasana sentimental (Fuad Hasan, 2001). Dengan memiliki perasaan sentimental, penerjemah akan memiliki kemampuan untuk mengalihkan bukan saja bahasa, bahan atau materi, budaya, tetapi juga perasaan, suasana batin pengarang.
Menerjemahkan puisi sangat memerlukan kemampuan untuk  mengalihkan suasana batin ini. Sehingga, pesan yang disampaikan si penyair akan sampai kepada penikmat puisi dengan baik.

Aturan Umum Menerjemahkan Puisi
Hilaire Belloc seperti yang dikutip oleh Basnett McGuire (1980) menyebutkan beberapa aturan umum dalam menerjemahkan karya sastra (terutama puisi):
  1. Penerjemah hendaknya tidak menentukan langkahnya hanya untuk menerjemahkan kata per kata atau kalimat per kalimat saja. Ia harus selalu mempertimbangkan keseluruhan karya, baik karya aslinya maupun karya terjemahannya. Penerjemah harus menganggap naskah aslinya sebagai satu kesatuan unit yang integral, meskipun pada saat menerjemahkan, ia mengerjakan bagian per bagian saja. Dalam terjemahan puisi, penerjemah dapat membagi puisi menjadi unit-unit terjemahan dalam baris-baris, atau membaginya menjadi bait-bait.
  2. Penerjemah hendaknya menerjemahkan idiom menjadi idiom pula. Idiom dalam BSu hendaknya dicari padanannya dalam idiom BSa, meskipun kata-kata yang dipergunakan tidak sama persis. Misalnya, idiom kambing hitam dalam bahasa Indonesia mempunyai padanan “scape goat” dalam bahasa Inggris. Apabila betul-betul tidak ada padanannya, barulah idiom itu bisa diterjemahkan tanpa menghilangkan makna batinnya.
  3. Penerjemah hendaknya menerjemahkan maksud menjadi maksud juga. Kata maksud menurut Belloc berarti muatan emosi atau perasaan yang dikandung oleh ekspresi tertentu. Muatan emosi dalam ekspresi BSu-nya bisa saja lebih kuat dari pada muatan emosi dari padanannya dalam BSa. Sebaliknya, ekspresi tertentu terasa lebih pas dalam BSu, tetapi menjadi janggal dalam BSa, apabila diterjemahkan secara literal. Sebagai ilustrasi, saya mengambil contoh suatu situasi  dalam sebuah film, yaitu ada seseorang yang terus menerus membicarakan orang lain. Akhirnya temannya berkata dalam bahasa Jepang, “Yamete”. Terjemahan itu akan terdengar agak lucu dan canggung apabila diterjemahkan menjadi “Berhenti”. Saya pikir dalam karya sastra akan lebih baik kalau ekspresi itu diterjemahkan menjadi “Sudahlah”.
  4. Penerjemah hendaknya berani mengubah hal-hal yang perlu diubah dari BSu ke dalam BSa dengan tegas. Belloc mengatakan bahwa inti kegiatan menerjemahkan puisi adalah kebangkitan kembali “jiwa asing” dalam tubuh pribumi. Yang dimaksud dengan jiwa asing dalam tubuh pribumi adalah makna ceritera dalam BSu, sedangkan tubuh pribumi ini adalah bahasa sasarannya (BSa).
  5. Meskipun penerjemah dapat mengubah apa yang perlu diubah, tetapi pada langkah keenam, Belloc (dalam Basnett McGuire, 1980) mengatakan bahwa, penerjemah tidak boleh membubuhi teks aslinya dengan hiasan-hiasan yang terlalu banyak yang dapat membuat teks dalam BSa itu lebih buruk atau lebih indah sekalipun. Tugas penerjemah adalah menghidupkan kembali jiwa asing tadi, bukan mempercantik, apalagi memperburuknya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik