Translate

teori kritik sastra 2

Written By iqbal_editing on Selasa, 23 Agustus 2016 | 01.45

  1. Ciri-ciri Kritik
Kritik  mempunyai beberapa ciri, yaitu sebagai berikut :
  1. Memberikan tanggapan terhadap hasil karya
  2. Memberikan pertimbangan baik dan buruk sebuah karya sastra.
  3. Pertimbangan bersifat obyektif
  4. Memaparkan kesan pribadi kritikus terhadap sebuah karya sastra
  5. Memberikan alternatif perbaikan atau penyerpurnaan
  6. Tidak berprasangka
  7. Tidak terpengaruh siapa penulisnya.
  8. Cara menulis kritik Sastra
  9. Kritikus harus memiliki pengetahuan yang cukup tentang hal yang akan dikritik. Sebagai contoh, jika akan mengkritik suatu novel, kritikus harus mempunyai pengetahuan luas tentang novel.
  10. Sebelum mengkritik, pelajari dengan cermat karya yang akan di kritik. Pahami segala istilah yang terdapat dalam karya. Baca juga bahan rujukan karya tersebut.
  11. Setelah itu, buatlah catatan objektif tentang kelebihan dan kekurangan hal yang akan dikritik.
  12. Sebelum kritik disampaikan, pikirkan kembali “bagaimanakah perasaan saya jika dikritik semacam ini?”
  13. Saat menyampaikan kritik, melalui tulisan atau lisan, perhatikan penggunaan bahasa. Gunakan bahasa yang tidak menyerang orang dan tidak menyakitkan hati. Beri penilaian yang jujur dan objektif, tetapi tetap santun. Kritik harus memiliki alasan yang masuk akal atau logis.
  14. Fungsi Kritik Sastra
Dalam mengkritik karya sastra, seorang kritikus tidaklah bertindak semaunya. Ia harus melalui proses penghayatan keindahan sebagaimana pengarang dalam melahirkan karya sastra. Setidaknya, ada beberapa manfaat kritik yang perlu untuk kita ketahui, antara lain sebagai berikut:
  • Kritik berfungsi bagi perkembangan sastra
Dalam mengkritik, seorang kritikus akan menunjukkan hal-hal yang bernilai atau tidak bernilai dari suatu karya sastra. Kritikus bisa jadi akan menunjukkan hal-hal yang baru dalam karya sastra, hal-hal apa saja yang belum digarap oleh sastrawan. Dengan demikian, sastrawan dapat belajar dari kritik sastra untuk lebih meningkatkan kecakapannya dan memperluas cakrawala kreativitas, corak, dan kualitas karya sastranya. Jika sastrawan-sastrawan mampu menghasilkan karya-karya yang baru, kreatif, dan berbobot, maka perkembangan sastra negara tersebut juga akan meningkat pesat, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dengan kata lain, kritik yang dilakukan kritikus akan meningkatkan kualitas dan kreativitas sastrawan, dan pada akhirnya akan meningkatkan perkembangan sastra itu sendiri.
  • Kritik berfungsi untuk penerangan bagi penikmat sastra
Dalam melakukan kritik, kritikus akan memberikan ulasan, komentar, menafsirkan kerumitan-kerumitan, kegelapan-kegelapan makna dalam karya sastra yang dikritik. Dengan demikian, pembaca awam akan mudah memahami karya sastra yang dikritik oleh kritikus.
Di sisi lain, ketika masyarakat sudah terbiasa dengan apresiasi sastra, maka daya apresiasi masyarakat terhadap karya sastra akan semakin baik. Masyarakat dapat memilih karya sastra yang bermutu tinggi (karya sastra yang berisi nilai-nilai kehidupan, memperhalus moral, mempertajam pikiran, kemanusiaan, kebenaran dan lain-lain).
  • Kritik berfungsi bagi ilmu sastra itu sendiri
Analisis yang dilakukan kritikus dalam mengkritik harus didasarkan pada referensi-referensi dan teori-teori yang akurat. Tidak jarang pula, perkembangan teori sastra lebih lambat dibandingkan dengan kemajuan proses kreatif pengarang. Untuk itu, dalam melakukan kritik, kritikus seringkali harus meramu teori-teori baru. Teori-teori sastra baru yang seperti inilah yang justru akan mengembangkan ilmu sastra itu sendiri, dimana seorang pengarang akan dapat belajar melalui kritik sastra dalam memperluas pandangannya, sehingga akan berdampak pada meningkatnya  kualitas karya sastra.
Fungsi kritik di atas akan menjadi kenyataan karena adanya tanggung jawab antara kritikus dan sastrawan serta tanggungjawab mereka dalam memanfaatkan kritik sastra tersebut.
Dengan demikian, tidak perlu diragukan bahwa adanya kritik yang kuat serta jujur akan membawa pada meningkatnya kualitas karya sastra. Karena sastrawan akan memiliki perhitungan sebelum akhirnya dipublikasikannya karya sastra tersebut. Oleh sebab itu, ketiadaaan kritik akan membawa pada munculnya karya-karya sastra yang picisan. kritik sastra berfungsi apabila;
  1. Disusun atas dasar untuk meningkatkan dan membangun sastra,
  2. Melakukan kritik secara objektif, menggunakan pendekatan dan metode yang jelas agar dapat dipertangungjawabkan,
  3. Mampu memperbaiki cara berpikir, cara hidup, dan cara bekerja sastrawan,
  4. Dapat menyesuaikan diri dengan ruang lingkup kebudayaan dan tata nilai yang berlaku, dan
  5. Dapat membimbing pembaca untuk berpikir kritis dan dapat meningkatkan apresiasi sastra masyarakat.
  6. Lima Jiwa Modern
Menurut Subagio Sastrowardoyo apa yang dimaksud dengan keutuhan jiwa yang dikemukakan oleh J.Elema, yaitu bahwa dalam ilmu jiwa modern,jiwa manusi itu terdiri dari lima tingkatan, begitu juga dengan pengalaman jiwa yang disebut niveaux.
Kelima tingkatan tersebut adalah
  1. Niveaux anorganis
Yaitu tingkatan jiwa terendah, yang sifatnya seperti benda mati, mempunyai ukuran, tinggi, rendah, penunjang, dalam, dapat diraba, didengar, pendeknya dapat diindera.Bila pengalaman jiwa anorganis ini terjelma dalam kata (karya sastra), maka akan berupa pola bunyi, rama,baris sajak, alinia, kalimat, perumpamaan, gaya bahasa, dan sebagainya. Jadi pada umumnya berupa bentk formal.
  1. Niveaux Vegetative
Yaitu tingkatan seperti tumbuh-tumbuhan, seperti pohon mengeluarkan bunga, mengeluarkan daunnya yang muda, gugur daun, dan sebaginya.segala pergantian itu menimbulkan bermacam-macam suasana. Misalnya bila musim bungan suasana yang ditimbulkan adalah romantik, menenangkan, menggembirakan. Bila musim gugur menimbulkan suasana tertekan, menyedihkan, dan keputusasaan. Maka bila tingkatan ini terjelma ke dalam karya sastra akan berupa suasana yang ditimbulkan oleh rangkaian kata-kata itu: suasana menyenangkan, mengembirakan, romantik, menyedihkan, suasana khusuk, marah dan sebgainya.
  1. Niveaux anaimal
Yaitu tingkatan yang seperti dicapai oleh binatang, yaitu sudah ada nafsu-nafsu jasmaniah. Bila tingkatan ini terjelma ke dalam kata maka akan berupa nafsu-nafsu naluriah, seperti hasrat untuk makan, minum, nafsu seksual, nafsu untuk membunuh dan sebagainya.
  1. Niveaux Human
Yaitu tingkatan pengalaman jiwa yang hanya dapat dicapai oleh manusia, berupa perasaan belas kasihan, dapat membedakan baik dan buruk, berjiwa gotong royong saling bantu membantu dan sebaginya. Bila tingkatan pengalaman jiwa ini terjelma ke dalam kata, maka akan berupa renngan-renungan batin, konflik-konflik kejiwaan, rasa belas kasihan, rasa empati/simpati, renungan-renungan moral,dan sebaginya. Pendeknya segalaa pengalaman yang hanya dirasakan oleh manusia.
  1. Niveaux Religius atau Filosofis
Yaitu tingkatan kejiwaan yang tertinggi. Tingkatan ini tidak dialami oleh manusia sehari-hari, namun hanya dialami ketika sedang beribadah sholat,dzikir, berdo’a, juga pada waktu merenungkan hakikat dunia, hidup dan kehidupan, segala renungan-renungan batin sampai pada hakikatnya, hubungan antara manusia dengan tuhan ,seperti doa-doa, pengalaman mistik, renungan-renungan filsafat; pendeknya renungan –renungan yang sampai pada hakikat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik