4.3
Unsur Intrinsik Cerpen “Surat” karya Putu Sugih Arta sebagai berikut: 4.3.1 Tema
Tema dapat kita ketahui setelah membaca cerita secara keseluruhan dengan kata
lain tema atau titik tolak sebuah cerita biasanya merupakan sesuatu yang
tersirat bukan tersurat.Penulis menyimpulkan bahwa tema yang terdapat dalam
cerpen “Surat” karya Putu Sugih Arta adalah tema perjuangan melawan penjajah
untuk mempertahankan kemerdekaan rakyat.Tema ini tercermin dari tokoh Dirjo.
Perjuangan yang ditampakan Dirjo dapat dilihat dalam kutipan cerita dibawah
ini:
Kutipan 1 :
“Pada waktu perang melawn NICA di gunung
Duren. Si suami (Hadi) menitipkan surat orang tuanya pada Hadi”. Di.........
kala aku tewas dalam pencegatan di Lembah Nangka. Tolong, kau sampaikan surat
ini pada tujuannya.........”
Kutipan 2 :
“Pertempuran
dahsyat pun terjadi. Seluruh pasukan pencegat pun terkurung di Lembah Nangka.
Tidak ada yang bisa lolos. Semua tewas, menggenaskan. Ruopa-rupanya si suami
selamat, tertindih mayat kawannya”
4.3.2 Latar / Setting
Latar atau seting adalah tempat dan
waktu serta keadaan yang menimbulkan suatu peristiwa dalam sebuah cerita. Sebuah
certita harus jelas di mana berlangsungnya suatu kejadian, latar merupakan
elemen penting dalam sebuah cerita.
Dalam cerpen “Surat” karya Putu
Sugih Arta dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :
a.Latar tempat
yaitu tempat terjadinya peristiwa dalam cerita.
Dalam cerpen “Surat” karya Putu
Sugih Arta tempat terjadinya peristiwa yang mendominasi adalah daerah tempat
terjadinya peperangan. Sebagai mana kutipan cerita dibawah ini :
“Pada
waktu perang melawan NICA di gunung Duren. Si suami menitipkan surat orang
tuanya pada Hadi”
“Pertempuran
dahsyatpun terjadi. Seluruh pasukan pencegatpun terkurung di Lembah Nangka”
b.Latar suasana
Latar suasana adalah latar yang
menggambarkan keadaan batin atau suasana jiwa pada tokoh. Dlam cerpen “Surat”
karya Putu Sugih Arta mengalami suasana hati yang bragam. Ada cinta, bahagia,
sedih dan sebagainya.
Kutipan 1 :
Sebagaimana
kutipan berikut :
“Dipaksa
kawin?”
“Ya, Mas
dengan putrinya itu lo. Aku sempat nolak. Beliau marah. Begini katanya, ‘kamu
sebagai anak harus nurut pada orang tua jangan berlagak gitu, ‘ Aku jadi
bingung.
“Bingung?”
“Ya to Mas.
Aku kan belum kepingin kawin. Aku kepingin berkarir dulu. Republik ini, belum
sepenuhnya merdeka. Gaji prajurit belum menjadi jaminan. Kalau kawin aku bisa
keluar dari kesatuan. Mendadak gini kan
aku jadi bingung”.
Kutipan 2 :
“Semua hadirin
terhenyak, surat singkat bitu menimbulkan pertanyaan dihati mereka. Orang tua
Dirjo sudah mempercayakansepenuhnya pada keluarga besarnya untuk prosesi akad
nikah sampai selesai. Berarti orang tua lelaki tidak bisa datang. Namun yang
jadi teka-teki keluarga pihak suami bersikeras datang, dan meminta untuk
menunggu acara digelar sampai mereka datang? . Lama mereka bengong. Setiap
kepala yang hadir disana, memutar otak. Saling toleh. Kemudian semua tertawa
terpingkal-pingkal. Mereka paham. PutraRadenMas Aryo Setiawan itu, tidak lain
pejuang yang baru datang. Yang disangka tewas. Ternyata selamt. Dan, datng
tepat saat detik-detik akad nikah akan dimulai”.
4.3.3
Tokoh dan penokohan
Tokoh-tokoh yang
diceritakan dalam sebuah cerita fiksi sebagain besar adalah tokoh rekaan,
kendati berupa rekaan atau hayal imajinasi pengarang. Masalah penokohan
merupakan suatu bagaian penting dalam membangun sebuah cerita.
Dilihat dari besar kecilnya peran
tokoh dalam cerpen “Surat” karya Putu Sugih Arta. Maka tokoh sentral cerpen ini
adalah Dirjo, Hadi, Raden Mas Aryo Setiawan, Raden Mas Aryo Benang. Sebagaimana
kutipan berikut:
Kutipan 1 :
“Munculnya orang ketiga
bernama Hadi, membuat suasana runyam. Hadi bersahabat dengan si
suami.Orangnya pendiam dan penurut. Perbendaharaan katanya “ya” dan “tidak”.
Keperibadiannya sangat tertutup. Sehingga korps pejuang pembela
kemerdekaan memilihnya sebagai anggota
divisi intelejen. Hadi juga krturunan bangsawan dengan marga yang sama dengan
si suami.”
Kutipan
2 :
“Dirjo
tidak tahu topik permasalahan sebenarnya. Di hatinya, ribuan pertanyaan
menyerbunya. Pada saat bersamaan ayah dari pihak istri keluar dari kamarnya.”
Kutipan
3 :
“Sahabatku,
Raden Mas Aryo Benang. Ini aku hadapkan putraku supaya kamu nikahkan dengan
putrimu. Aku percaya,sama kalian. Selesaikan secara tuntas. Dari sahabatmu :
Raden Mas Aryo Setiawan.”
4.3.4
Alur (plot)
Alur merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam
membangun sebuah prosa fiksi. Dalam pengertiannya secara umum plot atau alur
diartikan sebagai keseluruhan rangkaian peristiwa yang terdapat dalam cerita.
Jenis alur dalam cerpen “Surat”
karya Putu Sugih Arta ini dijelaskan mulai dari akhir cerita kemudian awal
cerita (alur mundur). Sebagaimana kutipan berikut:
“Dulu,
saat-saat kemerdekaan negeri ini baru seumur jagung. Para pemuda dengan
gigihnya mempertahankan kemerdekaan yang baru saja diproklamasian oleh sepasang
putra bangsa Soekarno dan Hatta. Didaerah-daerah sporadik, sebagian pemuda
memakai cara konvensional. Mengandalkan otot. Mengandalkan taktik grilia
menggunakan sarana bambu runcing mengusir penjajahyang ingin menguasai republik
ini”
Kemudian
pengarang menceritakan kejadian paa masa sekarang seperti kutipan dibawah ini :
“Semua hadirin terhenyak, surat singkat itu menimbulkan
pertanyaan di hati mereka. Orang tua Dirjo sudah mempercayakan sepenuhnya pada
keluarga besarnya untuk prosesi akad nikah sampai selesai. Berarti orang tua
lelaki tidak bisa datang. Namun yang jadi teka-teki kenapa pihak suami berkeras
datang, dan minta untuk menunggu acara digelar sampai mereka datang?. Lama
mereka bengong. Setiap kepala yang hadir disana memutar otak. Saling toleh.
Kemudian tertawa terpingkal-pingkal. Mereka paham. Putra Raden Mas Aryo
Setiawan itu, tidak lain pejuang yang baru datang. Yang disangka tewas.
Ternyata selamat. Dan, datang tepat saat detik-detik akad nikah akan dimulai”.
4.3.5 Sudut pandang
Berbicara tentang sudut
pandang berarti berbicara tentang cara pengarang menempatkan diri dalam cerita.
Dalam
cerpen “Surat” karya Putu Sugih Arta ini pengarang menggunakan teknis bercerita
akuan dan orang ketiga sebagaimana kutipan cerita dibawah ini:
Kutipan
1 :
“Pada waktu perang melawan NICA di gnung
Duren. Si suami menitipkan surat orang tuanya pada Hadi, sama sekali belum
dibacanya. Jangankan membaca isinya, membuka amplopmya pun tidak”
Kutipan 2 :
“Aku tak pernah membaca isinya. Ini
amanat. Di.......... kala aku tewas dalam penjegatan di Lembah Nangka. Tolong,
kau sampaikan surat ini pada tujuannya.......” pesan terakhirnya pada Hadi.
Hadi pun mengangguk tanda setuju”
Kutipan
3 :
“Ya to Mas. Aku kan belum kepingin kawin.
Aku kepingin berkarir dulu. Republik ini, belum sepenuhnya merdeka. Gaji
prajurit belum menjadi jaminan. Kalau kawin aku bisa keluar dari kesatuan.
Mendadak gini kan aku jadi bingung. Aku pulang, lalu cerita sama Pak De di
Keraton Kesunanan. Beliau malah mendukung dengn alasan pertalian kaluarga.
Malah Pak De janji menjemput Bapak sama Ibuku. Mereka mau hadir dalam pesta
mantu ini. Aku tak bisa lagi menghindar.”
4.3.6.Gaya
Bahasa
Persoalan gaya bahasa merupakan persoalan yang penting. Gaya
bahasa menunjukkan diri pengarang dan sekaligus dapat membedakan pengarang yang
satu dengan pengarang yang lain.
Gaya bahasa yang digunakan dalam
cerpen “Surat” karya Putu Sugih Arta sebagai berikut :
a.Personifikasi
Gaya bahasa personifikasi, yaitu
mengumpamakan benda mati dapat berbuat seperti manusia.Sebagaimana kutipan
berikut :
“Siluet
mengambang pada garis awan. Langit sebelah timurmermbat gelap. Serumpun bunga
sedap malam menebar harumnya. Wangi melanglang, terbawa arah angin meniup,
mengunjungi pintu-pintu dan jenela rumah. Hinggap sebentar, lantas sirna,
terbang lagi mencari celah ruang yang kosong”
4.3.7
Amanat
Amanat
adalah pesan, gagasan, pemikiran yang
ingin di sampaikan oleh penulis lewat cerita yang dibuatnya.
Pesan
yang ingin disampaikan oleh pengarang dalam cerpen “Surat” karya Putu Sugih
Arta ini adalah kita sebagi manusia yang memiliki kekuatan baik jiwa, pikiran
dan raga harus berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencapai suatu cita-cita.
Berjuanglah sekuat tenaga walupun sampai titik darah penghabisan untuk
mempertahankan kemerdekaan bangsa kita sebagaimana yang telah dilakukan oleh
para pejuang-pejuang bangsa terdahulu.
0 komentar:
Posting Komentar