Cetakan : ketujuh, Agustus 2011
Tebal: 312 halaman
ISBN: 978-979-22-2949-3 ;Sahabat sejati, sesuatu hal yang melebihi dari arti cinta dan limpahan harta. Cinta ada kalanya akan pupus ditengah jalan dan hanya menyisakan patah hati. Apalagi harta, harta hanyalah titipan Illahi yang bisa lenyap dalam sekejap mata. Melalui goresan penanya, Luna Torashyngu mengangkat kisah persahabatan dengan apik dalam novel teenlit berjudul “Lovasket”. Luna Torashyngu bukanlah nama wanita, tetapi nama pena seorang pria yang telah menggeluti dunia penulisan novel. Dia memiliki prinsip bahwa para pembaca novel menyukai tulisan buah karyanya bukan karena siapa penulisnya, sehingga dia tidak mengikutsertakan biografi penulis dalam novelnya. Dalam buku setebal 312 halaman, Luna menuliskan sebuah cerita persahabatan yang dibumbui dengan kisah cinta dan dunia olahraga yaitu basket. Savira Priskila atau biasa dipanggil Vira sebagai tokoh utama, salah satu siswi di SMA Altavia. SMA Altavia adalah SMA swasta paling elite di Bandung. Oleh karenanya hanya kalangan tertentu yang bisa bersekolah disini. Termasuk Vira yang anak direktur cabang Bank Central Buana, salah satu BUMN terbesar di Indonesia. Kehidupan Vira serba glamour, memiliki kebiasaan clubbing dan dugem di diskotek, namun juga menggeluti olahraga basket yang telah menjadi bagian dari hidupnya. Vira termasuk top girl di SMA Altavia. Selain statusnya sebagai ketua geng “The Roses” yang beranggotakan Stella, Lisa, Diana, dan Amel, dia juga atlet basket andalan sekolah yang baru saja meraih gelar juara dalam Turnamen Bola Basket Antar SMA Se-Jawa-Bali. Hancurlah hidup Vira ketika ayahnya dituduh melakukan korupsi. Ayahnya ditahan di Kejaksaan Negeri Bandung, semua hartanya disita termasuk rumah yang ditempatinya sehingga mengharuskan Vira dan mamanya untuk pindah rumah. Vira kehilangan segalanya, bahkan dikeluarkan dari sekolahnya. Akibatnya Vira berubah drastis menjadi pendiam, menutup diri, dan juga mogok tak mau lagi bermain basket. Dia merasa tak ada gunanya punya teman, karena terbukti teman-teman gengnya hanya mendampinginya saat mereka bahagia. Kecuali Amel, yang sebenarnya hanya takut bakal dikucilkan di sekolah jika membela Vira. Tamparan balasan dari Sella, “Nggak ada yang namanya persahabatan antara lo dan gue. Hubungan kita semua selama ini karena sama-sama butuh. Gue deket ama lo, karena gue butuh lo untuk tetep eksis di sini. Dan sekarang gue udah nggah butuh lo lagi, karena lo udah nggak punya apa-apa. Persahabatan kita berakhir sampe di sini.” Vira dan mamanya memutuskan pindah rumah di pinggiran kota Bandung. Sedangkan Vira pindah sekolah di SMA 31. Di depan rumah barunya, Vira hanya isa melongo sambil membelalakkan mata. Dia nggak percaya melihat apa yang ada di depan matanya. ;“Kita akan tinggal di sini, Ma?” tanyanya sambil memandang rumah kecil ukuran 60 dihadapannya. (hal. 49) SMA 31 memutuskan akan memangkas jumlah ekskul yang ada guna mengurangi anggaran pengeluaran sekolah. Niken sebagai ketua OSIS SMA 31, ditugasi menyeleksi ekskul mana yang akan dipertahankan. Tetapi Niken terlihat berusaha agar ekskul basket jangan sampai masuk dalam daftar ekskul yang dihapus. Hingga ada mosi tidak percaya dari anggota ekskul lain kepada Niken yang dianggap berat sebelah memihak ekskul basket. Mengemban amanah mama Vira agar membantu mengembalikan kondisi Vira, Niken pun membujuk Vira agar mau bermain basket lagi dan masuk ke tim basket SMA 31. Awalnya Vira tetap dalam pendirian untuk menolak, tetapi kerja keras Niken yang pantang menyerah mengalahkan penolakan Vira. Lama-kelamaan Vira mulai mau mengikuti latihan ekskul basket sekolah dan dia memberi warna baru membawa perubahan bagi tim SMA 31. Berujung pada keberhasilan meraih juara 2 pada Turnamen Bola Basket Antar SMA Se-Bandung Raya. Dengan gaya penulisannya, Luna menggunakan alur campuran perpaduan alur maju dan flash back. Penulis kadang berbalik mundur ke suatu kejadian yang menghasilkan rasa penasaran bagi pembaca dan secara mengejutkan pembaca mendapatkan penyelesaian masalah tidak seperti yang diduga sebelumnya. Hal ini memberikan efek surprise kepada pembaca. Selain itu, penggunaan seluk-beluk kota Bandung sebagai latar tempat, penulis berhasil membawa pembaca menyelami cerita seolah-olah terjun langsung didalamnya. Ada beberapa nilai yang dapat kita ambil dari novel ini. Pertama, persahabatan harus dipupuk bukan berdasar atas kekayaan dan saling memanfaatkan. Kedua, harta benda hanyalah titipan yang dapat lenyap dalam sekejap. Oleh karenanya, sebagai manusia sebaiknya selalu bersyukur dan tidak terlalu berfoya-foya ketika punya sehingga ketika kehilangan semuanya tidak kaget dan shock. Ketiga, olahraga sebaiknya dilakukan dengan hati dan selalu menjunjung sportivitas. Tujuan pertandingan olahraga bukanlah mencari kemenangan semata atau mencari musuh, tetapi mencari kawan dan mempererat persahabatan Secara umum, cerita dalam novel ini sangat nyaman dinikmati. Gaya khas penulis dalam menyampaikan alur cerita membuat pembacanya dikejutkan pada beberapa kejadian. Penyelesaian konfliknya sulit ditebak sehingga pembaca akan surprise pada ending cerita yang diberikan. Sesuai genrenya, novel teenlit, novel ini cocok dinikmati para remaja penikmat novel. Pasti, anda tak akan bosan dengan ceritanya.
Keunggulan Novel ini :
1.
Ceritanya simple dan menarik serta cocok untuk kalangan
remaja. Isi cerita mencangkup kehidupan remaja zaman sekarang.
2.
Pembaca dapat membayangkan dan mengimajinasikan isi cerita
novel ini. Terutama suasana dalam pertandingan basket.
3. Memberikan gambaran tentang apa, siapa, dan bagaimana
sahabat sejati sesungguhnya.
4. Memberikan pesan-pesan bagi para remaja tentang
persahabatan, kompetisi dan prestasi.
Kelemahan Novel ini :
1. Sedikit sekali membahas kisah asmara Vira karena novel ini
terlalu kental dengan basket.
2. Alur Novel mirip dengan tema kebanyakan.
1 komentar:
Huwaaaaaaaaa mksih bgt yg bkin resensi nyaaaa🙏
Posting Komentar