Judul : A Cup of Tarapuccino
Penulis : Riawani Elyta & Rika Y. Sari
Penyunting bahasa : Mastris Radyamas
Penata letak : Puji Lestari
Desain sampul : Andhi Rasydan
Penerbit : Indiva Media Kreasi
Terbit : April 2013 (Cetakan pertama)
Tebal : 304 hlm
ISBN : 978-602-8277-88-7
Sinopsis :
Ada seseorang dari masa lalu. Sesosok maya, yang tak pernah sekalipun ia
lihat atau temui paras wujudnya, namun hampir saja menjadi bagian terpenting
dari hari-harinya. Sosok yang menggetarkan hatinya.
Sosok yang hampir saja mengisi cangkir hatinya dengan cinta, rindu, juga
harapan.
"Saat pertama kali melihatnya, kau akan merasa seolah melihat sebuah peach,
dengan warna kulitnya yang cantik, membuat orang pasti tak tahan untuk
mengupasnya, dan isi di dalamnya juga tak kalah mempesona. Tapi di saat kau
memakannya, pertama-tama kau akan terkejut akan rasa asamnya yang
sangat, tapi saat kau terus mengunyah, kau akan merasakan rasa dan
sensasi yang luar biasa, sensasi yang elegan, yang membuat kau tak akan
bisa melupakannya."
***
Tara. Perempuan yang menjadi owner sebuah Bakery di Batam bersama dengan
Raffi. Hubungan itu bukan cuma sekedar partner kerja dan sepupu.
Perlahan hubungan mereka melangkan menuju sesuatu yang lebih serius.
Tapi hubungan itu harus siap dengan sesosok dari masa lalu.
Raffi. Bersama dengan Tara mengelola sebuah Bakery dan akan mulai
menjalani kehidupan yang lebih serius. Tapi semuanya tidak semulus yang
ia kira.
Hazel. Sesosok dari masa lalu Tara yang punya tempat tersendiri di hati gadis itu.
***
Tara dan Raffi. Keduanya adalah pemilik pemilik sebuah Bakery. Hubungan
sebagai sepupu membuat mereka akhirnya bekerja sama. Tapi, lebih dari
itu-setelah kebersamaan mereka yang terjalin sangat dekat dan tergolong
lama, membawa mereka pada arus yang bernama pernikahan. Hal yang sangat
sakral bagi semua orag di dunia ini.
Tapi, diantara semua itu, terselip keraguan dihati Tara. Sebuah kenangan
terselip diantara bau roti dan Bread Time Bakery. Kenangan yang tak
akan bisa ia lupakan berapa pun kerasnya ia mencoba. Kenangan akan
seorang pria bernama Hazel.
Perlahan, cerita mulai di arahkan kembali ke masa lalu. Saat dimana Tara
sering kali melihat Hazel di Bread Time bakery. Pria itu selalu
melakukan hal yang sama dan memesan minuman yang sama setiap kali ia
berkunjung ke Bakery. Hingga cerita ini sampai pada titik Hazel yang di
terima bekerja di tempat Tara dan Raffi.
Tapi semenjak itu, sejak Hazel mulai bekerja di Bakery milik Tara dan
Raffi, masalah demi masalah mulai bermunculan. Tak tanggung-tanggung,
Raffi yang memang sejak awal terlihat tidak suka dengan Hazel mulai
melayangkan tuduhan pada pria itu yang tidak di sambut baik dengan Tara.
Gadis itu tidak ingin asal menuduh tanpa ada bukti yang jelas.
Lalu, sebenarnya apa hubungan Hazel dengan sindikat illegal yang
dimaksud-maksud? Dan bagaimana kelajutan kisah ketiganya-Hazel, Tara dan
Raffi?
***
Seperti biasa, Bunda Lyta kembali membawa kita untuk menyesap novel yang
tidak sekedar novel. Banyak sekali nilai inspiratif yang pesan moral
yang bisa kita ambil dari Novel ini. Penggambaran tokoh juga menurut
saya sudah jelas. Di awal juga sudah digambarkan mengenai sosok Tara,
Raffi dan Hazel seperti apa.
Sebenarnya, mungkin untuk orang yang tidak sabaran, novel ini akan
diletakkan di timbunan saja. Apalagi setelah membaca bab-bab awal yang
memang memakai alur yang sangat lambat. Tapi di bab-bab belakan udah
mulai cepat alurnya. Novel ini menyuguhkan konflik yang menarik dan
penggambaran tempat serta detailnya cukup detail.
Tapi mungkin ada beberapa poin yang harusnya juga di perhatikan dalam
novel ini. Ini kan latarnya Bakery yah, mungkin dari segi produksi dan
kreativitas serta hiruk pikik yang memang sering terjadi dalam sebuah
toko roti sendiri harus lebih di eksplor lagi. Seperti
keributan-keributan yang memang terjadi di dapur Bakery.
Untuk yang suka banget sama yang berbau puzzle, kalian WAJIB mencicipi
novel ini. begitu banyak potongan teka-teki yang diberikan.
I give 4 star untukmu, Bunda.
Something :
Debu itu bernama masa lalu
Terlalu tebal, terlalu memerihkan enggan untuk menyingkir,
Bahkan tak terusik jua oleh pijar surya yang menebar hangat.
Inginku berteriak lantang pada dunia
Biarlah waktu akan menjawab
Biarlah waktu yang bersuara
Tapi teriakan itu kubungkam sendiri
Lalu kulumat dan kutelan bulat
Aku tak mungkin menunggu waktu
Karena waktu tak pernah memihak
Pada mereka yang pasrah menunggu
Pada mereka yang kaku berdiri
Juga tak bisa kupicingkan mata dari semua yang mengintip di balik punggungku
Namun hari ini, detik ini
Biarkanlah aku untuk sesaat
Menarikan wujudmu
Melepas rinduku…inginku..
Hanya sebatas imaji
Dan dalam jarak yang tak jua mampu ‘tuk mendekat. (hlm. 290)

0 komentar:
Posting Komentar