Belakangan ini Indonesia didera bencana gempa bumi yang bertubi-tubi.
Sudah pasti banyak air mata karena peristiwa itu. Ada bayi-bayi yang
tiba-tiba menjadi yatim piatu, belum lagi mereka kehilangan tempat
tinggal dan penyakit meraja rela di sana sini. Trauma pasca gempa
menghantui jiwa-jiwa mereka. Lapangan pekerjaan sirna dalam sekejab.
Anak-anak menangis karena menahan lapar atau kedinginan karena tak ada
selimut atau karena ditinggalkan orang tua mereka untuk seumur hidupnya.
Sedang orang tua yang masih hidup kebingungan, ia tak bisa memberi
apa-apa lagi untuk anak-anaknya.
Seorang
temanku kebetulan orang tuanya tinggal di kota Pengalengan, Bandung.
Saat gempa Tasikmalaya terjadi, rumah orang tuanya luluh lantah rata
bersama tanah. Suasana duka menyelimuti hati mereka. Malam yang gelap
gulita karena jaringan listrik yang ikut mati membuat suasana menjadi
semakin mencekam. Belum lagi, masih ada kasus yang sungguh mengenaskan
saat itu. Ada segerombolan manusia mengais sisa-sisa reruntuhan rumah
bekas gempa yang telah rata. Betapa tak punya perasaan sedikitpun
manusia yang tega berbuat seperti itu. Di tengah bencana teganya dia
mencuri barang dari orang yang terkena bencana. Belum lagi bantuan dari
pemerintah terlambat untuk dikucurkan. Suatu hari hanya tersedia satu
indomie saja, padahal untuk satu keluarga. Bagaimana mereka membaginya ?
Ah, aku tak tega untuk menceritakannya.
Teganya lagi ada oknum
pejabat daerah yang tega menyelewengkan dana bantuan untuk korban gempa.
Bagaimana bisa uang yang seharusnya diperuntukkan bagi orang yang
terkena musibah dan mereka sangat sedang membutuhkannya diraupnya dengan
begitu serakah. Apakah mereka tak takut akan azab Tuhan yang sangat
keras siksanya ? Apakah masih belum cukup musibah yang baru saja
ditimpakan untuknya ? Aku hanya bisa terdiam sejenak lalu mengurut dada,
beristighfar berkali-kali, berharap orang-orang itu mendapat hidayah.
Baru
saja pemerintah kita baru terpilih menjalankan tugasnya. Ketika
menjabat beberapa hari, issue kenaikan gaji para menteri merebak untuk
segera ditunaikan. Dan diumumkan bahwa satu persatu, mereka mendapat
fasilitas mobil mewah dengan harga yang cukup fantastis, 1 milyar.
Sebagai rakyat biasa, Jika saja aku yang mendapatkannya, meski setiap
orang pasti akan senang jika mendapat sesuatu yang gratis apalagi dengan
harga yang sangat tinggi. Tapi jika aku yang mendapatkannya, Sungguh
akan kukembalikan lagi mobil itu. Buat apa aku mengendarai mobil lux,
tapi aku hidup ditengah rakyat yang miskin yang seharusnya kita santuni.
Aku lebih memilih mengendarai mobil biasa, dari pada menaiki mobil dari
tangis air mata penderitaan rakyat jelata.
Kini, di tengah
maraknya gempa yang melanda, masyarakat seolah-olah dihantui oleh
ketakutan jika gempa itu benar-benar kembali menimpa lagi. Bagaimana
jika gempa itu terjadi disaat kita sedang terlelap tidur dan dibuai
mimpi ? Bagaimana jika tiba-tiba tidur kita menjadi tidur yang panjang
menunggu hari penghitungan amal dari segala perbuatan kita ? Bagaimana
jika kita tiba-tiba telah dikafani untuk dikuburkan bersama-sama dengan
korban gempa lainnya ? Mari kita memperbaiki dan mulai menabung ibadah
masing-masing untuk bekal kita di hari yang kekal. Yang terbaik adalah
bersegeralah, mumpung kita masih diberi wak
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar