Judul Cerpen Layang-Layang
Cerpen Karangan: Herri Aryansyah
Kategori: Cerpen Kehidupan, Cerpen Keluarga, Cerpen Nasihat
Lolos moderasi pada: 21 November 2012
Di suatu pagi yang cerah dengan bertiupkan angin yang lembut,
terduduklah seorang gadis kecil di beranda rumahnya yang sangat
sederhana. Ia sedang menatap angin, mendengarkan burung-burung pipit
bernyanyi, dan bersiul walau sebenarnya itu lebih terdengar seperti
percakapan antara mereka. Tiba-tiba dari kejauhan terlihat sesuatu yang
seperti berdiri tegak, ia berkelok kekiri, kekanan, dan terkadang
menukik tajam menembus pepohonan yang rimbun.
Tak berselang lama dari itu, datang seorang ibu muda yang tak
lain adalah ibu dari gadis kecil tersebut, lalu sang ibu bertanya ”wahai
gadis kecilku yang ku sayang, ada apa gerangan sehingga kau begitu lama
mendongakan kepalamu keatas ?” lalu gadis itu menjawab ”lihat wahai
ibuku yang termulia, aku melihat layang-layang yang begitu lincahnya,
begitu tinggi ia terbang sehingga langitpun bagaikan ia tantang”
”Oo, sungguh betapa gagahnya layang-layang itu” ujar ibu tersebut.
”iya benar ibuku, namun ada satu hal yang masih membuatku bertanya-tanya”
”apa itu wahai anakku ?” kata ibu tersebut.
”ini ibuku, mengapa layang-layang itu mampu terbang dengan tingginya ? bukankah ia tidak memiliki sayap”
Lalu ibu itu tersenyum, dan dengan sangat bijak ia menjawab ”wahai
gadis kecilku baik, layang-layang itu dapat terbang tinggi bukan karena
sayap, tetapi karena tali dan angin”
”tali dan angin ? Oo…” jawab si anak dengan sambil menganggukan kepala yang berarti mengerti.
Lalu tiba-tiba dikejauhan dari sebuah pengeras suara terdengar
”innalillahi wa innailaihi rajiu’n… innalillahi wa innailaihi rajiu’n…
innalillahi wa innailaihi rajiu’n…”
”suara apa itu wahai ibuku ?” tanya si anak kepada ibunya.
”Oo itu suara pemberitahuan bahwa ada satu saudara kita yang baru
meninggal dunia, coba mari kita cari tahu, sepertinya itu berasal dari
perkampungan ini”
Lalu pergilah mereka untuk mencaritahu siapa gerangan manusia yang
telah habis masanya itu. Tidak lama berselang, akhirnya mereka tahu
ternyata manusia yang habis masanya itu adalah seorang pria muda yang
dahulu semasa hidupnya itu amat sangat baik peringai wajahnya, santun
perkataanya, namun ia putus asa karena tak tahan akan beratnya
menghadapi cobaan hidup, ia meninggal dengan cara menegak segelas racun
hingga terbakarlah isi perut pria tersebut. Setelah merasa cukup dengan
informasi tersebut, maka pulanglah mereka dengan sejuta argumen-argumen
hidup yang berkemelut pada otak mereka masing-masing.
Namun diperjalanan, dengan dahi yang sedikit mengkerut
tiba-tiba si anak bertanya kepada sang ibu. ”wahai ibuku, mengapa ada
orang yang begitu muda, baik peringai wajahnya, santun perkataanya,
tetapi ia mengakhiri hidup dengan cara menegak racun ? bukankah itu
tidak mulia ? dan bukankah seorang manusia muda itu seharusnya ia
memiliki semangat hidup yang kokoh ? betapa baiknya ia jika yang ia
pilih itu adalah jalan untuk sebuah kebaikan”
lalu sang ibu tersenyum, dan dengan sambil mengelus rambut si anak,
ibu itu menjawab ”anakku yang baik, coba kau lihat layang-layang yang
masih bertengger gagah diatas itu, menurutmu mengapa ia mampu terbang
dengan begitu tingginya ?”
Lalu si anak menjawab ”seperti yang tadi ibu katakan, layang-layang itu mampu terbang tinggi itu karena tali dan angin”
”iya betul, itulah materi-materi yang membuat ia terbang. Tetapi
apakah kau tahu wahai anakku, bagaimana cara kerja dari materi-materi
tersebut sehingga mampu membuat layang-layang itu terbang tinggi ?”
si anak menjawab ”yang bertanya tentu lebih tahu dari yang ditanya”
Ibu tersebut tersenyum, lalu ia berkata ”wahai anakku, layang-layang
mampu terbang tinggi, itu bukan karena searah mengikuti arah angin
seperti yang kita lihat, tetapi ia mampu terbang tinggi justru karena ia
berani melawan arah angin, bukan mengikuti arah angi, dan tali yang
mengikatnya itu bagaikan jiwa yang tentu akan mengarahkan mau kemana ia
berkelok, mau kemana ia pergi untuk mendapatkan tempat yang sebebas
mungkin, dan jika jiwa itu putus dari jasad layang-layang, maka
berakhirlah ia.
Seperti itu pulalah manusia wahai anakku, untuk dapat menjadi kuat,
untuk dapat menjadi yang paling tinggi ia harus berani melawan setiap
ujian-ujian yang menerjang, ia harus mampu melawan ujian hidup, karena
ujian hidup itu jika mampu kita lawan akan menjadi angin yang akan
membuat kita lebih tinggi, yang akan membuat kita lebih kuat, maka
beruntunglah mereka yang diberi ujian dan mampu lolos dari ujian. Namun
sebaliknya, jika kita kalah oleh angin, kita akan jatuh dan terpuruk,
dan yang lebih menakutkan, kita hanya akan menjadi bulan-bulanan angin,
dan tentu angin itu akan sangat merusak. Begitulah anakku, semoga kau
bisa mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kau lihat maupun yang
kau alami”
”terimakasih ibuku, semoga Tuhan selalu menjagamu dengan sejuta ilmu yang bermanfaat”
”amin.”
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar