Translate

pantun tentang perseraian bagian 1

Written By iqbal_editing on Senin, 30 Januari 2017 | 01.23

Anak raja bermain keris,
keris ditempa di Aparlama.
Usahlah adik duduk menangis,
abang pergi tidakkan lama.

Dicampur dengan pucuk pauh,
pohon selasih hamba penggalkan.
Tuan hendak berjalan jauh,
tergamang hamba tuan tinggalkan.

Pohon selasih hamba penggalkan,
dipenggal oleh Encik Teja.
Tergamag hamba tuan tinggalkan,
tiada lagi tempat bermanja.

Apa dikata kepada puyuh,
duduk termenung di atas dahan.
Hamba jauh puan pun jauh,
bila rindu sama ditahan.

Anak ayam makan mengkudu,
menetes di pohon lada.
Menangis hamba tersedu-sedu,
Teringat akan kekasih lama.

Ikan tete menyela todak,
naik sampan turun perahu.
Berjauhan kami tidak,
esok berpisah siapa tahu.

Sungguh dalam lautan teduh,
kapal berlayar di tengah malam.
Luka di tangan boleh sembuh,
luka di hati menaruh dendam.

Pucuk pauh selera pauh,
dibawa dari tanah Jawa.
Adik jauh kakanda jauh,
bila masanya kita bersua.

Matahari berdiri tegak,
panas dan terik tidak dirasa.
Bkan maksud hamba tak hendak,
harta jualah yang berkuasa.

Disimpai-simpai sarung padang,
disimpai dipatut-patut.
Kupikir-pikir duduk seseorang,
rasa akan keras kutarik surut.

Antara Tiku dan Pariaman,
di situ besi diletkan.
Antara pintu dan halaman,
di situ adik saya tinggalkan.

Permata jatuh ke rumput,
jatuh ke rumput biang-bilang.
Sungguh di mata sudah luput,
namun di hati takkan hilang.

Dua tiha kucing berlari,
tidak serupa si kucing belang.
Dua tiga dapat dicari,
tidak serupa dengan yang hilang.

Ramai pekanya orang Talu,
ramai di anak orang Kajai.
Di mana hati takkan pilu,
sedang bersayang badan bercerai.

kalau dapat kelapa tumbuh,
kutanam di bawah jenjang.
Kalau dapat kata yang sungguh,
kugenggam kubawa pulang.

sejak meninggi pohon waru,
banyaklah rumput pada mati.
Dinda mendapat kawan baru,
kanda ditinggal seorang diri.

Bertolak biduk menuju Deli,
di tengah laut jangan meludah.
Hendak menangis tak snaggup lagi,
air mataku keringlah sudah.

Ditumis sayurnya bayam,
ditymis dalam kuali.
Menangis karena dendam,
yang pergi takkan kembali.

Tebarkan jala di laut lepas,
menjala ikan di siang hari.
Relakan saja kasih dilepas,
kalau jodoh datang sendiri.

Ketimun buah ketimun,
disimpan di dalam peti.
Melamun jangan melamun,
melamun sedih sendiri.

Di laut lepas menghela rakit,
daun selasih bawa ke Padang
Sungguh sukar kasih prajurit,
awak sayang ia berperang.

Berruas-ruas buku bambu,
berruas pula buku talang.
Bercemas adik harap dan tunggu,
hamba tinggal hidup seorang.

Sejak semula hamba letakkan,
tidak diletak di dalam padi,
batang pepaya diampaikan.
Sejak semula hamba katakan,
tudak diltak didalam hati,
kami juga merasakan.

Ke kanan jalan ke Cipinang,
ke kiri jalan ke Malaka,
berderai tebing tinggi.
Kanan jawab kasih sayang,
nan kiri hapus air mata,
kasih nan cerai tak sua lagi.

Berruas-ruas pendakian,
tunjang siapa kan membeli.
kanda maksud akan pakaian,
hilang mudah dapatkan ganti.

Dari Mataram ke Tanah Abang,
beli mangga dengan rambutan.
Kini derita rasakan di Abang
istri yang muda mata duitan.

Empat-empat buah kuini,
mandi di sungai berbasah-basah.
Sempat-sempatnya abang berbini
padahal hidup lagi susah.

Tidak termuat di daun talas
di daun terong  penuh pula.
Bertemu abang hati tlak puas,
tak jumpa sehari rindu pula.

Pakai kain kebaya jahit
dipakainya untuk k pesta
Memendam rindu rasanya sakit
menghitung hari kapan berjumpa.

Permata jatuh ke rumput
jatuh ke rumput bilang-bilang
gadis diincar sudah luput
namun wajahnya selalu terbayang.

Ramai orang di tengah pasar
berjual-beli dan berbelanja
kabar sudah tiada kudengar
tiada kusangka sungguh teganya

Sinangis lauk orang Tiku
diatur dengan duri pandan
Hati berdua telah menyatu
jangan smapai saling tinggalkan

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik