Rumah Sakit
tiada beda simiskin papa dengan orang berada
asalkan mereka terlepas dari rasa sakit
pulih kembali dengan wajah ceria
namun kini apa hendak dikata
sebagian dari orang kaya
mendirikan rumah sakit
untuk menangguk rupiah meraup ringgit
mereka tiada peduli dengan simiskin tiada duit
simiskin mengusung Si Buyung dan Si Upik yang lagi sakit
mencari kesembuhan ke rumah sakit
lelah penat memanggul tanpa menjerit
tak dapat berhenti barang sedikit
asalkan anak tersayang bisa senyum lesung dipipi
sesampai di rumah sakit ada yang menyambut
ada yang mengamit
mari....pak .....mari.....bu....ada yang sakit?
ada anak saya, tapi tak tahu apa penyakitnya
tapi apa..... petugas curiga pada keluarga sisakit
diperhatikan dari ujung rambut sampai ujung tumit
dengan mata menyipit
kening mengerenyit
maaf pak....maaf bu....di sini tidak ada bangsal kosong semua sudah sempit
Tapi mbak khan ada di sana kamar kosong tak pula sempit
oooohoooo ituuuuu...... itu khan tempat orang berduit
kamar elit
biaya perhari sekian ribu ringggit
awak seberapa punya duit
maaf Mbak....awak hanya punya Kartu Jaminan Kesehatan Daerah dari instansi terkait
maaf sekali lagi bukannya kami pelit
kamar memang sudah sempit
simiskin dengan hati miris, hiba,jiwa menjerit
permisi pamit
mencari rumah sakit lain demi kesembuhan sisakit
pil memang pahit
tapi tidaklah sepahit dengan penolakan rumah sakit
hati ini menjerit
kapankah.....simiskin terbebas dari rasa sakit
apakah karena tak punya duit
mereka datang mengusung anak tersayang yang lagi sakit
tapi akhirnya pulangnya jadi mayiiiiiiit.
jangan....jangan... ini lagi masalah ketiadaan duiiiiiiit.
Ditulis dalam sekian menit
Untuk mengenang derita Dera, Dara, dan saudara-saudaraku yang berjuang dalam menahan sakit
Rabu, 13 Maret 2013.
0 komentar:
Posting Komentar