Translate

cerpenAku Tinggalkan Kekasihku Mati Di Gunung

Written By iqbal_editing on Sabtu, 04 Februari 2017 | 07.34

Pagi itu di puncak Mahameru sungguh terasa sangat cerah, nampak beberapa pendaki sedang melakukan selebrasi, dengan mengibarkan bendera, berfoto-foto, ada juga yang berteriak penuh keceriaan.

Diantara mereka yang sedang bersuka cita, nampak sepasang pendaki yang baru saja sampai di puncak itu, nampak mereka sungguh mesra, sang pemuda memapah kekasihnya penuh kesabaran, setelah sampai di puncak Mahameru mereka langsung berpelukkan penuh kasih sayang, pemuda itu menggandeng  kekasihnya mengelilingi puncak sambil mencoba menjelaskan tentang puncak Mahameru itu. membuat para pendaki lain yang ada disana merasa iri melihat momen itu. Sungguh kejadian yang sangat romantis.

Karena waktu telah menunjukkan hampir pukul 10.00wib, para pendaki disana segera turun. Nampak diantara mereka menegur sepasang kekasih itu.
"Kawan, kami turun dulu yaa... sudah hampir jam 10 nih, sangat berbahaya berada di puncak, sebaiknya kawan juga segera turun..." ucap salah satu pendaki sambil melambaikan tangan.
"Baik kawan, sebentar lagi aku turun..." jawab pemuda itu sambil duduk bermesraan bersama kekasihnya, dengan kepala sang kekasih yang bersandar di pundaknya.

Tak berapa lama juga ada kelompok pendaki lain yang disana juga turun.
"Kawan, kami turun dulu yaa... jangan lupa segera turun kawan, biasanya jika sudah jam 10, angin akan mengarah ke utara dan asap kawah yang beracun akan mengarah ke tempat ini, jadi segera turun kawan...." ucap pendaki terakhir yang ada disitu sambil melangkah turun.
"Terimakasih kawan..." jawab pemuda itu sambil melambaikan tangan.

Saat para pendaki sedang menuruni lereng Mahameru yang berpasir, dari kejauhan nampak asap kawah yang beracun mulai mengarah ke utara dan tak lama kemudian puncak pun tertutup asap pekat.

Para pendaki yang sedang turun pun panik segera mempercepat langkahnya, sesekali menengok ke arah puncak menghawatirkan sepasang pendaki tadi.

Dan tak lama kemudian dari puncak terdengar jeritan-jeritan histeris, para pendaki menghentikan langkahnya menyaksikan kejadian itu.

Dari kepulan asap di puncak, nampak seorang pemuda turun sambil berlari meninggalkan kekasihnya. Nampak juga sang kekasih berteriak-teriak dengan kerasnya. Tapi pemuda tersebut tetap berlari menuruni lereng berpasir tak memperdulikan teriakan itu.

Saat itu suasana sungguh sangat kacau, pendaki lain banyak yang ingin menolong tapi jarak yang sudah lumayan jauh dan juga asap sudah mengarah ke utara.
Tapi dari beberapa pendaki itu ada salah satu yang mencoba mendaki lagi untuk menolong, tapi baru beberapa melangkah terdengar dentuman keras dari atas puncak.

Seketika suasana kacau balau, semua pendaki berhamburan lari menyelamatkan diri. Nampak pemuda tadi juga makin kencang berlari tanpa menghiraukan kekasihnya yang berteriak-teriak dari puncak.
Dentuman demi dentuman terjadi, nampak puncak dipenuhi lava dan abu vulkanik menyembur keatas tinggi menjulang.

Pagi itu gunung Semeru meletus tanpa memberikan tanda-tanda terlebih dahulu.

Kabar itupun terdengar sampai desa Ranu Pane, beberapa tim SAR dan petugas TNBTS segera melakukan evakuasi kepada pendaki-pendaki yang masih terjebak di gunung Semeru.

Sementara di pos Arcapada para pendaki masih terus berlarian menyelamatkan diri dari kejaran awan panas.
Setelah lari begitu lamanya, sampailah mereka di pos Kali Mati dan secara bersama para tim SAR serta petugas TNBTS datang dan segera mengevakuasi para pendaki tersebut.

Sementara di puncak Mahameru nampak masih menyemburkan awan panas dan suara masih terus bergemuruh.

Tak lama kemudian semua pendaki berhasil dievakuasi sampai di desa Ranu Pane dengan selamat. Desa inilah dinilai masih dalam radius aman, karena jika Semeru meletus biasanya akan mengarah ke Lumajang.

Di desa inilah tepatnya di basecamp pendakian mereka dikumpulkan, untuk di data dan sebagian dimintai keterangan. Ada juga yang istirahat karena kelelahan.

Dari sekian pendaki yang ada di sana, nampak seorang pendaki yang menarik perhatian banyak orang, yaitu seorang pendaki laki-laki yang telah tega meninggalkan kekasihnya mati di puncak gunung Semeru.

"Hei... aku kira kamu seorang cowok yang romantis, penuh kasih sayang, ternyata hanya seorang pecundang yang sangat kejam..." ucap salah satu pendaki wanita yang geram melihat kejadian tadi.

"Kamu itu tak pantas disebut seorang pendaki, karena pendaki itu harus punya sikap setia kawan yang tinggi, bukan egois sepertimu..." ucap pendaki lain.
Semua orang menyalahkan dirinya, bahkan ada yang membentak penuh kekecewaan.

Pemuda itu hanya bisa diam menundukkan kepalanya. Walau semua orang memandang sinis pemuda itu tetap tenang dan sesekali meneteskan air mata.

Tak lama kemudian ada seorang petugas yang mencoba menginterogasi pemuda tersebut untuk mengetahui titik awal permasalahannya.

"Maaf siapa nama mu nak...???" Ucap petugas yang juga sesepuh desa.
Nampak pemuda itu tetap terdiam.

"Hei jawab pertanyaan bapak ini pendaki kejam..." ucap salah satu pendaki yang sewot.

"Ada apa yang sebenarnya terjadi nak...???" Ucap bapak itu lagi.

Nampak pemuda itu menangis meneteskan air mata, semua pun menjadi terdiam.

"Sebenarnya aku sungguh tak sanggup lari saat aku meninggalkannya...
Ingin rasanya aku mati dipelukannya saat itu... 
Mati dipelukan kekasih dan tertimbun diatas puncak tertinggi di pulau ini, akan jauh lebih bahagia dari pada aku harus lari meninggalkan kekasihku mati diatas kesendiriannya...." ucap pemuda itu sembari menitikkan air mata.

Semua nampak terdiam dan seketika suasana menjadi hening.

"Andai saja kalian tau alasannya aku meninggalkannya, kalian pasti tak akan pernah bisa menyalahkan ku..." ucapnya lagi.

Suasana makin hening.

"Apa kalian tau apa yang kekasihku teriakkan di puncak tadi...???
Apa kalian tau apa yang dia ucapkan terakhir kali...???" Ucap pemuda itu dengan nada seru.

Semua hanya bisa terdiam.
Lantas pemuda itu melanjutkan ceritanya. Sambil memeragakan apa yang diucapkan kekasihnya.
"Sayaaang,,, cepat lariiii...!!!
Selamatkan dirimu...!!! 
Aku titip Siska kecil, rawat dia seperti adikmu sendiri...!!!" Dengan suara serak dan berat pemuda itu menirukan teriakan kekasihnya.
Pemuda itu langsung menangis tersedu-sedu. Sambil menyodorkan secarik surat dokter yang menyatakan bahwa kekasihnya mengidap penyakit kangker stadium akhir.

Suasana nampak haru biru.
Semua yang ada disitu langsung menundukkan kepalanya turut larut merasakan kesedihan yang dialami pemuda itu.

Nampak dari mereka mendekat dan memeluknya.
"Maafkan kami kawan yang sempat negatif thinking padamu...
Ceritakan lah semuanya kawan, agar bebanmu berkurang..." ucap salah satu pendaki.

Dengan penuh kesedihan pemuda itu menceritakan dari awal pertemuannya dengan kekasihnya yang bernama Putri.

*****************************************

Sore itu saat aku sedang naik kereta dari stasiun Malang sepulang dari pendakian gunung Arjuna Welirang, tiba-tiba ada seorang gadis yang duduk disebelahku.
Tanpa ragu-ragu dia menyodorkan tangannya sembari menyebut namanya.
"Hey namaku Putri, baru naik gunung yaa...???" Dia memperkenalkan dirinya.
"Aku Andi, iyaa aku baru dari Arjuna mbak..." jawabku.
"Ooo... teman-teman mu mana...???" Tanya gadis itu lincah tanpa basa basi.
"Itu di bangku belakang..." jawabku canggung, karena baru kali ini ada gadis yang begitu cantik, lincah dan nampak begitu cerdasnya mau berkenalan denganku yang kumuh ini. Bahkan aku sijomblo yang entah sudah berapa tahun lamanya tak pernah berkenalan dengan seorang gadis, hingga perkenalan kali ini benar-benar membuatku salah tingkah.

Hari itu sungguh sangat berkesan bagiku, aku yang sekumel ini tak menyangka bisa ngobrol begitu dekat dengan gadis yang sangat cantik sempurna. Bahkan kami sempat bertukar nomor hape.
Hingga perjalanan Malang-Jakarta terasa begitu cepat, meski beberapa kali kami tertidur.

***

Hari ini genap seminggu sejak perkenalan itu, tiba-tiba hape ku berbunyi, setelah aku angkat.
"Assalamualaikum,,, Andi yaa..???  ini aku Putri, masih ingat denganku kann...???.." ucap Putri membuka percakapan.
"Wa'alaikumsalam,,, oh iya Putri apa kabar..." jawabku.
"Baik... kirain kamu dah lupa sama aku... oia kamu ada waktu gak, aku pingin maen ke tempat kamu nih... kebetulan aku gak ada kegiatan... boleh yaa...." ucap Putri.
"Tapi tapi a'aku lagi sibuk Put... lain kali aja yaa..." jawabku terbata.
"Apa sesibuk itu, aku janji deehh,,, gak akan ganggu kesibukanmu kok..." ucap Putri memelas.
"Tapi kalo kamu main kesini takutnya aku gak bisa nemenin kamu karena aku bener-bener sibuk banget..." ucapku mengelak.
"Gak apa-apa kok... pliiisss... alamat kamu dimana...???" Putri memohon.
"Tapi Put... aku gak bisa..." aku mencoba mengelak lagi.
"Yaudah deh kalo gitu..." ucap Putri kecewa.
"Maaf yaa Put lain kali aja..." ucapku untuk menutup percakapan.

Jujur aku malu jika Putri sampai datang ke tempatku ini, melihat keadaan yang seperti ini. Entah sampai kapan aku harus mengelak terus dari kedatangan Putri.

Tak lama kemudian saat aku sedang sibuk melayani pelanggan, tiba ada yang memanggilku.
"Bang, bakso nya satu mangkuk yaa..." ucap salah satu orang pembeli.
Setelah aku tengok ternyata tiba-tiba Putri sudah duduk didalam warung bakso ku.

"Kok kamu tau tempat ini Put...???" Tanyaku kaget.
"Iyaa dunk,,, habis kamu ditanyain alamat pelit banget sii,,, jadi aku nyari di facebook kamu aja... kan di profilmu tertera lengkap... hehheee..." ucap Putri dengan senyum manisnya.

Minggu, 17 Mei 2015

[Cerpen] Aku Tinggalkan Kekasihku Mati Di Gunung (ending)

Untuk cerita sebelumnya KLIK DISINI


Hari itu Putri seharian membantuku di warung bakso yang aku miliki.
Dan malamnya saat semua telah beres, Putri mengajakku jalan-jalan.
Dengan mobil honda jaz warna merah, Putri mengajakku berkeliling kota, dan kami pun istirahat dan ngobrol santai di Kota Tua.

"Put, kenapa sih kamu mau membantuku hari ini, dan aku perhatiin kamu juga sangat antusias...???" Tanyaku disela-sela obrolan.
"Karena prinsip hidupku kalau mengerjakan sesuatu gak boleh setengah-setengah..." jawabnya simpel.

***

Malam itu dia menceritakan panjang lebar tentang latar belakangnya, mulai dari pernikahan kedua orang tuanya, ayahnya yang orang chinese dan ibunya yang orang Jawa. Dia dibesarkan di keluarga yang harmonis.
Hingga disuatu hari, saat Putri usia 14 tahun ayahnya meninggal, saat itu ibunya sedang mengandung anak kedua, tapi dengan tekat dan ketulusan seorang ibu, ia terus berjuang membesarkan anak-anaknya sendiri. Saat itu toko peninggalan ayahnya harus dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Akhirnya dengan bekal pengetahuan yang diajarkan suaminya, ibundanya mencoba membuka usaha tailor.
Alhamdulillah usahanya sedikit berkembang dan bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarganya.
Tapi saat Putri umur 18 tahun, nasib malang menimpanya kembali, sang ibunda meninggal dunia.
Dengan jiwa wirausaha yang diturunkan ayahnya dan sikap sabar yang diturunkan ibunya membuat Putri sukses meneruskan usaha ibunya, dari tailor yang semula kecil-kecilan kini berkembang menjadi butik yang lumayan terkenal, bahkan langganannya banyak yang datang dari artis-artis papan atas.

Ia hidup di Jakarta ini hanya bersama adiknya Siska kecil dan pembantu yang merawat adiknya, tapi dengan bisnis butik yang semakin maju, dia mampu menyekolahkan adiknya dan bisa meneruskan kuliah dengan biaya sendiri.

Bagiku dia adalah tipe cewek yang super hero. Dan obrolan malam itu sungguh menginspirasi hidupku agar lebih giat lagi.

***

"Kriiingg... kriiingg... kriiingg..."
Disuatu sore Putri menelfonku.

"Assalamualaikum..." ucap Putri dalam telfon.
"Wa'alaikumsalam... iyaa ada apa Put...???" Jawaku.
"Hari ini kamu sibuk gak...???" Tanya Putri.
"Yaa gak begitu sii, lagian ada adikku bantuin  di warung..." jawabku.
"Kamu aku jemput yaa... aku ingin ajak kamu ke rumahku, pingin ngenalin kamu ke adikku..." ajaknya.

Sore itu Putri mengajakku ke rumahnya dan mengenalkan aku dengan Siska kecil adik satu-satunya Putri, wajahnya sangat mirip dengan Putri, matanya yang agak sipit dan kulitnya putih mulus ala Chinese, dan rambutnya yang hitam lebat juga senyumnya yang manis khas orang Jawa.

Aku berada di rumahnya serasa di rumahku sendiri, Putri dan Siska kecil sangat akrab denganku.
Kami ngobrol dan bermain bersama bahkan sampai larut malam, hingga Siska kecil ketiduran di pangkuanku.

Saat aku sedang mengusap-usap rambut Siska kecil sambil nonton tivi, tiba-tiba Putri mencium pipiku dengan lembutnya.
Sontak aku terperangah dan tubuhku langsung menggigil bak dipuncak Himalaya.
Tak berapa lama Putri menyandarkan tubuhnya di dadaku, aku makin salah tingkah dibuatnya.

"Ndi' makasih yaa kamu dah mau memasuki kehidupan kami... jujur kami selama ini sejak kami ditinggal kedua orang tua, kami tak pernah merasakan seperti yang aku rasakan hari ini...
Sejak aku mengenalmu, aku merasa hidupku lebih berarti, karena selama ini aku terlalu fokus pada adik dan pekerjaanku, hingga aku lupa aku butuh sosok laki-laki yang bisa membuatku nyaman, seperti saat ini..." ucapnya sambil menyandarkan kepalanya di dadaku.
Aku hanya bisa diam membisu seribu bahasa, aku merasa terenyuh mendengar kata-katanya.

Malam itu Putri mengungkapkan rasa cintanya padaku, alangkah bahagianya aku saat itu. Aku yang sudah sekian tahun menjomblo akhirnya ketiban pulung mendapatkan kekasih yang menurutku begitu sempurna.

Sejak saat itu kami selalu sempatkan waktu untuk sekedar ngasih kabar atau bertemu. Banyak hal yang diajarkan Putri tentang kewirausahaan. Dan dengan saran-sarannya warung baksoku semakin ramai, warung bakso yang dulu terkesan jadul kini berubah menjadi lebih bersih dan modern, bahkan dengan penggabungan ilmu manajemen yang dimiliki Putri dan sikap pekerja keras yang aku miliki, kini kami telah mempunyai beberapa cabang baru yang aku serahkan pengelolaannya pada adik-adikku. Aku dan Putri hanya bertugas memantau perkembangannya saja baik butik maupun warung bakso kami.

Putri sangat bangga padaku, karena sikap pekerja keras dan pantang menyerah yang aku miliki, hanya diberi sedikit masukan darinya telah mampu mengantar bisnis ini sampai ke puncak kesuksesan.

Karena bagiku berbisnis sama seperti mendaki gunung.



***

Kini, 3 tahun telah berlalu. Bisnis kami berkembang pesat melampaui perkiraan kami, pundi-pundi rupiah telah kami kantongi, rumah dan kendaraan telah terbeli, dan mungkin inilah saatnya aku harus menikahi Putri.

"Putri sayang, bisnis kita telah berkembang begitu pesatnya, semua yang kita cita-citakan telah tercapai, kadang aku merasa ada yang kurang dalam hubungan kita...
Semua ini tak akan mampu membuat kita lebih bahagia, selain kita mengikatkan diri dalam ikatan pernikahan sayang...
Aku ingin segera menikahimu sayang..." ucapku memberanikan diri.

Putri hanya terdiam tak menjawab apa pun dari ajakanku menikah.
Nampak mukanya yang pucat pasi, seakan menyimpan suatu rahasia yang selama ini ia simpan.
Sekejap aku bingung untuk berucap apa lagi, saat itu kami hanya bisa diam membisu begitu lamanya.

"Ya sudahlah... mungkin kamu belum siap untuk menikah denganku... aku tak apa..." jawabku sambil meninggalkan Putri yang tetap berdiam diri di bangku depan teras rumahnya.

Saat itu aku sungguh kecewa, untuk berjalan seakan lunglai tak berdaya.
Putus sudah harapanku untuk menikahi wanita yang aku cintai. Rasanya aku ingin menangis sekencang-kencangnya.

Tapi saat aku berjalan sampai depan gerbang rumahnya, tiba-tiba Putri memanggilku lirih.
Aku pun menengoknya dan melihat Putri telah berbaring lemah di teras rumahnya.

Seketika aku lari mengejarnya.
"Putriiii...!!!!" teriak ku sambil memeluk tubuhnya.

Akupun langsung mengantar Putri ke Rumah Sakit tak jauh dari rumahnya.
Sesampainya disana Putri mendapat pertolongan medis dengan segera.

Aku hanya bisa menunggu diluar ruang rawatnya, waktu itu aku sungguh sangat gelisah.
Setelah menunggu sekian lama, akhirnya dokter yang menangani Putri keluar dari ruangan dan ingin berbicara denganku.

Sang dokter menjelaskan semua tentang penyakit yang diidap Putri.
Dokter menjelaskan bahwa sebenarnya Putri telah menjadi pasien rumah sakit ini sejak lama dan menjalani rawat jalan dengan rutin berkonsultasi, karena Putri telah divonis mengidap penyakit kanker otak stadium akhir.
Bahkan dokter sebenarnya telah memprediksi bahwa nyawa Putri tak akan bertahan sejak 3 tahun yang lalu, tapi entah keajaiban apa yang dialami Putri, ternyata Putri mampu bertahan sampai hari ini.

"Yaa jujur kami sangat senang Putri bisa bertahan selama ini dari prediksi medis kami, Putri pernah menceritakan bahwa sejak bertemu seseorang 3 tahun yang lalu, ia merasa lebih bergairah menjalani hidup, mungkin ini yang membuat ia bertahan sampai hari ini..." jelas dokter panjang lebar.

"Tapi dok, apa penyakit Putri bisa disembuhkan...???" Ucapku panik.

"Saya tidak bisa berspekulasi lagi, karena saat ini penyakitnya sudah sangat kronis, saya tidak bisa menjamin pasien bisa bertahan lebih lama lagi, saat ini hanya Keajaibanlah yang bisa menolongnya... 
Tapi kami akan selalu berusaha semaksimal mungkin, memberikan yang terbaik untuk Putri...." ucap dokter.

Mendengar ucapan dokter tadi, hidupku seakan hancur seketika, aku tak menyangka selama ini Putri menyembunyikan sakitnya yang dialami.
Aku benar-benar takut kehilangannya, aku sungguh belum siap.

Saking shock dan lelahnya, aku sampai ketiduran ditempat tidur Putri di rumah sakit.

Tiba-tiba Putri siuman, tangannya menggenggam tanganku.
"Putri kamu telah sadar sayang...???" Aku terkejut penuh kegembiraan.

Aku melihat dia ingin berbicara, tapi kondisinya masih sangat lemah.
Akupun memencet bell untuk memanggil perawat. Dan tak lama kemudian perawat datang dan mengecek kondisi Putri.
Perawat itu mengatakan kondisi Putri mulai membaik. Akupun sangat senang mendapat kabar tersebut.

****
Pagi itu suasana dikamar tempat Putri dirawat sangat hening, hanya ada 3 pasien di kamar itu, itupun mereka sedang istirahat.
"Sayaang..." ucap Putri lirih sambil mengusap-usap rambutku.
Seketika aku terbangun dari tidur dan menatap wajahnya.
"Kamu udah bangun sayang..???" Tanyaku antusias.
"Iyaa sayang  aku udah mendingan..." jawabnya.
"Syukurlah kalau begitu, sekarang aku suapin makan yaa... ini menu sarapannya sudah siap..." tanyaku mengajak sarapan. 
Dan Putripun menganggukkan kepalanya.
Sembari menyuapin Putri sarapan aku terus mengajaknya ngobrol, agar hatinya merasa senang.
"Sayang, maaf jika aku sengaja menyembunyikan semua ini darimu, karena aku tak ingin membebani hidupmu..." ucap Putri memelas.
"Jujur setelah dokter memvonis aku dan menyatakan hidupku tak akan bertahan lama...
Saat itu aku sungguh sedih, bukan aku menyesali hidupku, tapi aku tak tega memikirkan nasib adikku Siska kecil, karena kami hidup sebatang kara...
Keluarga dari ayahku entah dimana, karena mereka tidak setuju ayahku pindah keyakinan menjadi mualaf dan keluarga ibuku aku juga tak tahu karena sebelumnya mereka memang tak merestui pernikahan orang tuaku...
Dan jika aku pergi nanti, bagaimana dengan nasib Siska kecil...???" Putri menjelaskan penuh kesedihan.
Akupun menggenggam tangannya erat mengisyaratkan bahwa aku akan selalu ada untuk Putri dan Siska kecil.
"Karena itulah, 3 tahun yang lalu aku berusaha mencari seseorang yang aku anggap baik dan mampu meneruskan mengasuh Siska...
Saat di kereta itulah aku menemukanmu, sosok yang tepat untuk Siska kecil dan membuat sisa hidupku lebih berarti....
Dan benar, saat aku bisa bertahan sampai hari ini dokterpun sungguh heran, karena mereka memprediksi aku sudah tak mungkin bertahan dari 3 tahun yang lalu...
Tapi kenyataannya, kamu mampu membuat ku mampu bertahan selama ini..." ucapnya sembari menatap mataku, akupun mengecup keningnya karena aku sungguh merasa tersanjung dan tak mampu berucap apa-apa lagi.
"Sayang... selama ini kamu selalu menceritakan puncak-puncak gunung yang indah, kamu selalu menggambarkan tentang keindahan-keindahan negeri diatas awan...
Apa kamu mau mengantarkan aku menyaksikan keindahan itu sayaang...???
Sebelum aku benar-benar pergi..." pinta Putri.
Dan aku hanya bisa terdiam.
"Pliiisss,,, anggap saja ini permintaan terakhirku..." pinta Putri memelas.
"Sssttt...." aku memotong pembicaraannya sembari menyentuh bibirnya dengan jariku.
Aku menganggukkan kepala, walaupun sesungguhnya aku tak tega mengajak dirinya yang selemah ini ke puncak tertinggi negeri diatas awan...
Tapi dari matanya mengisyaratkan bahwa dia bersungguh-sungguh menginginkannya.
Setelah konsultasi dengan dokter, bahkan dokterpun mengisyaratkan bahwa Putri umurnya tak akan bisa bertahan lama, akhirnya dokter mengizinkan untuk memenuhi keinginan Putri, yang sesungguhnya aku juga tau, bahwa ini adalah permintaan terakhirnya.
***
Hari itu, setelah persiapan yang matang dan semua perbekalan telah siap. Kami memulai perjalanan ini dengan gundah-gulana tapi aku mencoba tegar menjalani hidup seperti Putri yang begitu tegarnya menjalani sisa-sisa usianya.
Pagi itu setelah diantar mobil jeep yang aku carter dari pasar Tumpang, Malang. Akhirnya sampailah kami di Ranu Pane, desa terakhir jalur pendakian gunung Semeru.
Tepat di depan gerbang pendakian, Putri memintaku berjanji,
"Sayangg,,, makasih selama ini kamu sudah begitu sabarnya merawat aku, begitu tulusnya menjaga hatiku...
Kamu satu-satunya laki-laki yang mampu membuatku jatuh cinta sedalam ini...
Jujur aku bahagia sekaligus sedih karena Tuhan telah mempertemukan aku dengan dirimu, walaupun waktu tak mengizinkan lebih lama lagi..." ucap Putri lirih dengan wajah yang pucat pasi.
"Sayangg,,, jika Tuhan tak mengizinkan aku sampai puncak, maukan kamu mengangkat jasadku kembali turun...???
Dan seandainya Tuhan mengizinkan, aku ingin jasadku bersemayam di puncak tertinggi itu, puncak Mahameru...
Jika memang itu terjadi tolong titip Siska kecil yaa sayang...." ucapnya sembari menitikkan air mata.
"Sssttt... Kamu gak boleh ngomong gitu...
Aku yakin kamu akan baik-baik saja dan kita akan melanjutkan hidup kita sampai tua nanti, kamu harus yakin... oke...???" ucapku sembari mengusap air matanya.
***
Jujur selama perjalanan mendaki hatiku terus menangis, ingin rasanya aku berteriak sekeras-kerasnya, aku tak kuasa melihat tubuhnya makin lemah, wajahnya yang makin pucat.
Tapi kami tetap melangkah, dan aku terus memapahnya dan terus berjuang hingga sampai di puncak tertinggi seperti yang diinginkan Putri.
Di gunung inilah saksi kebesaran cinta kami, dimana seseorang yang mampu membangkitkan keterpurukanku...
Seseorang yang mampu mewarnai hidupku...
Seseorang yang mengajariku tentang arti perjuangan...
Kini harus pergi meninggalkanku disini, untuk berjuang sendiri...
Akupun menangis tersedu-sedu tak kuasa mengingat semua tentang Putri.
Tiba-tiba seseorang memelukku dan berucap,
"Aku yakin Putri akan bahagia disana, karena apa yang dicita-citakan nya telah terwujud dan dia pasti bangga telah mengenalmu..." ucap salah satu pendaki di basecamp dan diiringi para pendaki yang ada disitu, semua memelukku.

***
Suasana di basecamp itu nampak haru biru. Mendengar cerita Andi dari awal hingga akhir.

================SEKIAN===============

Dari sini kita belajar, bahwa apa yang dilakukan seseorang pasti ada alasan yang kuat mengapa hal itu dilakukan.
Jadi jangan menjust seseorang sebelum kita benar-benar mengetahui masalah yang sebenarnya terjadi...

Dan dari cerita ini pula kita belajar, bahwa seorang pendaki itu adalah orang yang paling dekat dengan kesuksesan, karena mental seorang pendaki sudah terbiasa ditempa oleh alam. 
Karena mental yang kuat dan pantang menyerah tersebut adalah modal utama untuk sukses, terutama dibidang kewirausahaan.
Jadi tak ada alasan lagi seorang pendaki hidupnya susah, bermalas-malasan atau putus asa, karena sesungguhnya mental kita telah terbiasa ditempa untuk pantang menyerah....

Salam sukses...!!!!
NB: cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama atau peristiwa kejadian yang sama, itu hanya kebetulan belaka...
By: Ahmad Pajali Binzah
=====================================



B

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik