untuk: Sokanindya Pratiwi Wening
Sungguh ini rendang teramat lezat
Rendang bikinanmu, numero uno...
Ada rasa gurih seperti rasa cintamu
Ada rasa manis seperti rasa kasihmu
dan aku mengunyah serat-serat daging itu
Sambil berangan-angan ada kau
Duduk menemani makan pagiku
Sungguh ini rendang teramat lezat
Seperti kata dunia, numero uno...
Sepotong rendang, sepotong cinta
tidak harus berdagang model franchise
dengan keserakahan global
tapi kibarkan bendera perdamaian
dan nikmati hari-hari dengan hati
Sungguh ini rendang teramat lezat
Daging yang empuk, numero uno...
Makan siang pun menjadi akrab
Dalam rasa gurih, dalam rasa manis
Dalam rasa pedas, dalam rasa hati
Dalam rasa bangsa, dalam rasa nasionalisme
Jayalah, rendang berdendang....
(Yogya, 6 September 2014)
RENDANG SANG JARGON PADANG
Aku teringat…
Cita rasa yang menempel di lidah
Kelembutan sang umbi tanah yang menggugah selera
Hitam pekat tanah humus
Makin hitam, makin menggoda
Kenikmatan tiada tara
Sekilas pandang, jantung pun merekah
Sungguh…
Bayangan menari-nari di pelupuk mata
Membuat jiwa tuk rasakan
Lagi…
Lagi…
Lagi dan lagi…
Siapa sangka?
Rendang padang buatan tangan
Malaikat-malaikat penikmat rasa
Tinggalkan cerita suka
Kuatkan daya khayal
Buat rindu lambung-lambung yang kian terseok-seok
Inginkan rending si hitam legam
Ini tak mudah…
Rending sang jargon Padang
Di buru-buru kian membara
Lambung-lambung kelaparan merajalela
Hasrat hati ingin ke Padang
Tuk penuhi nafsu sang biduan
Rasa…
Kelezatan…
Kenikmatan tiada tara
Mengendap di seluruh jiwa
Membara bak si jago merah
Membutakan selera kuliner tak beharga
Bersaing tuk nikmati
Kuliner surga rasa
Rendang hitam legam
Sang jargon Padang
0 komentar:
Posting Komentar