Pada suatu malam,
seorang anak yang bernama Ana bertengkar dengan ibunya sampai Ana meniggalkan
rumah dengan rasa amarah yang membuncah.
Ana :’’
Baiklah kalau begitu, aku akan pergi dari rumah dan tak kan kembali lagi!” (sambil keluar rumah dan membanting pintu.)
Ana :’’
Aduh, aku lupa ternyata aku tidak membawa uang sepeserpun, gimana nih?” (di tengah-tengah perjalanan yang sendirian.)
Ana :” Bau
apa ya ini aromanya enak sekali.” (melewati
kedai kecil sambil mencari dan mencium bau apa itu.)
:” Ooo, ternyata bau
bakmi, rasanya aku lapar tapi aku tidak membawa uang gimana mau beli?” (sambil mencari-cari unag di sakunya.)
Pemilik Kedai :”
Hai nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”(melambaikan tangan ke arah Ana)
Ana :”
Iya, tetapi aku tidak membawa uang.” (Dengan
suara lirih.)
Pemilik
Kedai :” Tidak apa-apa aku akan memberimu
semangkuk bakmi gratis, ayo kesini duduk dan tunggu, aku akan memasaknya dulu.
Ana :” Ta..ta..pi.”(dengan suara terbata-bata.)
Pemilik
Kedai :” Sudah tidak usah malu, ayo
kesini!”
Setelah beberapa saat
kemudian Ana masuk kedai dan memakan bakmi yang diberikan. Tetapi setelah
memakan beberapa sendok Ana menitihkan air mata-nya.
Pemilik Kedai :”
Ada apa nona kok menangis apa bakminya tidak enak?”
Ana :”
Tidak ada apa-apa, bakminya enak kok.”
Pemilik Kedai :”
Lalu ada apa sampai menangis begitu?”
Ana :”
Aku hanya terharu dengan apa yang bapak lakukan.” (sambil mengusap air mata.)
Pemilik Kedai :”
Memangnya apa yang telah aku lakukan kepadamu nona?”
Ana :” Bapak orang yang baru aku
kenal bahkan sampai memberi aku semangkuk bakmi. Tetapi ibuku kandungku sendiri
mengusirku dari rumah karena masalah kecil. (ucapan Ana disertai sedu-dedan) Bapak seorang yang baru ku kenal
tetapi begitu peduli dengan ku dibanding ibu kandungku sendiri.”
Pemilik
Kedai :” Huh!” (sambil menarik nafas panjang.)
“ Nona kenapa kau
berfikir seperti itu? (mendekati Ana)Renungkanlah
hal ini aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Sedangkan
ibumu yang telah memasakkan mu bakmi dan nasi setiap hari sejak kau lahir
mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar denganya
hanya karena masalah kecil.
Ana
:” Mengapa aku tidak
berpikir tantang itu? Untuk semangkuk bakmi dari orang yang baru kukenal, aku
begitu berterimakasih, tetapi kepada ibuku yang memasak salama bertahun-tahun
untukku, aku malah tidak memperlihatkan kepedulian kepadanya, dan hanya karena masalah
sepele aku bertengkar denganya.” (Sambil
menghabiskan bakminya dengan cepat-cepat.)
Ana
:” Terimakasih ya pak atas
bakminya dan nasehatnya besok aku akan kembali dan membayar uangnya.” (Berjalan keluar kedai.)
Pemilik
Kedai :” Ya, sama-sama, jadi
berpikir dulu sebelum bertindak.”
Ana
:” Ya pak.”
“ Nanti sampai dirumah
kata apa yang harus ku ucapkan kepada ibu?” (berjalan kerumah sambil menggaruk-garuk kepala.)
Sesampainya di rumah.
“ Kasihan ibu letih dan cemas menghawatirkanku.” (Mengintip dari jendela.)
Ibu
:” Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, ibu
telah menyiapkan makan malam, makanlah dahulu sebelum kau tidur.” (Sambil memeluk Ana sesaat setelah Ana masuk
membuka pintu.)
“ Maafkan ibu karena
telah marah kepadamu hanya karena masalah sepele.”
Ana
:” Tidak bu, Ana yang
minta maaf, Ana sampai membuat ibu cemas karena pergi dari rumah.” (Bersimpuh dan meneteskan air mata dihadapan
ibunya.)
Ibu
:” Iya tidak apa-apa ayo
kita makan sama-sama sudah ibu masakkan bakmi.” (Menuju ruang makan sambil menggandeng tangan Ana.)
0 komentar:
Posting Komentar