Ketika kau marah
Kutambahkan sambal 10 sendok
Mataku panas,
Kepalaku panas
bibirku panas
tapi hatiku lupa merasakan panas,
dan aku masih bisa tersenyum ketika kau marah
Cintaku, Hanya semangkuk bakso
Ketika kau tersenyum melihatku
Aku tak perlu banyak bawang di baksoku
Karna senyummu lebih sedap dipandang
Cintaku semangkuk bakso
Ketika kau putuskan semua cerita
Aku bilang ke abang bakso.
BANG!!! 10 Mangkuk lagi bang!!!
Aku tak perlu lagi menjaga bobot tubuhku
Karna kekasihku,
Sudah melepaskanku.
Bye bye kekasih...
Hello... bakso...
ByAyuna
Hujan-hujan begini, penjual bakso
dan anaknya lewat depan pintu rumahku.
Ting ting ting. Seperti suara mangkok
dan piring peninggalan ibuku.
dan anaknya lewat depan pintu rumahku.
Ting ting ting. Seperti suara mangkok
dan piring peninggalan ibuku.
Berulang kali ting ting ting, tak ada
yang keluar membeli bakso. Tak ada
peronda duduk-duduk di gardu.
Semua sedang sibuk menghangatkan waktu.
yang keluar membeli bakso. Tak ada
peronda duduk-duduk di gardu.
Semua sedang sibuk menghangatkan waktu.
Aku tak ingin makan bakso, tapi tak apalah
iseng-iseng beli bakso. Aku bergegas
mengejar tukan bakso ke gardu ronda.
Bakso! Terlambat. Penjual bakso
dan anaknya sedang gigih makan bakso.
iseng-iseng beli bakso. Aku bergegas
mengejar tukan bakso ke gardu ronda.
Bakso! Terlambat. Penjual bakso
dan anaknya sedang gigih makan bakso.
Air mata penjual bakso menetes
ke mangkok bakso. Anak penjual bakso
tersengal-sengal, terlalu banyak menelan bakso.
Kata penjual bakso kepada anaknya,
“Ayo habiskan bakso kita, Plato. Kasihan ibumu.”
ke mangkok bakso. Anak penjual bakso
tersengal-sengal, terlalu banyak menelan bakso.
Kata penjual bakso kepada anaknya,
“Ayo habiskan bakso kita, Plato. Kasihan ibumu.”
Mereka yang makan bakso, aku yang muntah bakso.
(2004)
Joko Pinurbo
Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi
Joko Pinurbo
Buku: Selamat Menunaikan Ibadah Puisi
0 komentar:
Posting Komentar