“Siska?” Lelaki itu tampak berpikir. “Wah lo kepoin sms gue yah?” Raffi merebut handphone-nya yang ada di tangan Cherry.
“Bukannya Nadia pacar lo? Kenapa dia juga manggil lo sayang?” Cherry tak menjawab, gadis itu memilih untuk melanjutkan pertanyaannya.
Raffi tertawa, “mana gue tahu, lagian Nadia juga bukan pacar gue!” Jelasnya.
“Loh dia kan manggil lo sayang?” Cherry mengernyit heran.
“Dia yang manggil gue sayang, bukan gue!” Cetusnya bangga.
“Hah? Masa? Kok bisa?” tanya Cherry bingung.
Raffi mengangkat bahunya, “gue cuma bersikap baik sama mereka.”
Cherry ternganga dibuatnya.
Plak!
“Dasar cowok php!” Cetus Cherry.
“Gue bukan cowok php!” Balas Raffi.
“Lo ngasih mereka harapan dengan ngebiarin mereka manggil lo sayang!”
“Terus gue harus gimana?” Raffi menatap Cherry intens, meminta saran.
“Yah… lo harus…” Cherry tergagap sekarang ia juga tidak tahu harus bicara apa.
“Ya udahlah, selagi gue enggak manggil mereka sayang juga menurut gue enggak masalah. Iya kan sayang?” Raffi merangkul Cherry begitu saja. Gadis itu terperangah dibuatnya.
“Ahh sama aja lo, cewek php!” cetus Raffi kemudian tiba-tiba saja mengagetkan Cherry membuat gadis itu sedikit tersentak.
“Maksud lo?”
“Lo ngebiarin gue manggil lo sayang, itu sama aja lo ngasih harapan buat gue!” ujar Raffi.
Cherry tergelak dibuatnya, saking terkejutnya ia sampai baru saja menyadari kalau Raffi memanggilnya sayang.
“Enak aja gue bukan cewek php!”
“Nah apa bedanya sama gue?” Raffi menaik-naikan sebelah alisnya menantang.
“Bedalah, lo manggil gue sayang enggak pake hati, kalau mereka? Gue yakin dari hati yang paling dalam,” ujar Cherry menerawang.
“Sok tahu lo! Gimana kalau gue pake hati?” Tanya Raffi seraya menatap Cherry lekat. Cherry terdiam sesaat sebelum tawa gadis itu meledak.
“Enggak mungkinlah, ada-ada aja lo!”
“Hey, gue serius!” sahut Raffi mencoba meyakinkan.
Cherry kembali tertawa. “Serius?” Gadis itu menatap Raffi lekat.
Raffi mengangguk-ngangguk pasti. “Yakin lo?”
Raffi kembali mengangguk, pandangannya serius. Membuat Cherry juga ikut menatapnya serius.
Cukup lama mereka berpandangan hingga akhirnya…
“Pembohong lo! Enggak usah pasang wajah seserius itu kali,” Cherry mendorong wajah Raffi agar menjauh. Gadis itu lalu bangkit berdiri.
“Cher, lo…”
“Gue enggak akan kena php-an lo anak kecil!” sahut Cherry seraya berjalan meninggalkan Raffi. Ia memanggil Raffi anak kecil karena memang usia lelaki itu satu tahun di bawahnya, tidak begitu jauh memang tapi tetap saja menurut Cherry Raffi adalah anak kecil.
“Cher, gue serius!” Teriak Raffi seraya mengejar Cherry. Cherry tertawa.
“Kalau lo serius sama gue gimana sama cewek yang lo panggil kamu di setiap tulisan lo?” tanya Cherry. “Kamu mewarnai hidupku, memberi tawa dan canda yang tak terkira.. oh kamu…” sambung Cherry mengucapkan tulisan-tulisan Raffi yang diingatnya.
Raffi terperangah tak percaya di buatnya. “Cher, selain lo kepoin sms gue lo juga kepoin notebook gue yah?” pekik Raffi saat menyadari bukunya hilang.
Cherry membalikkan badannya lalu melemparkan buku berukuran kecil berwarna biru ke arahnya. “Makanya lain kali jangan nyimpen barang berharga lo sembarangan!” Sahut Cherry seraya tersenyum dan melanjutkan langkahnya.
—
“kalau lo enggak keterima gimana gue..” belum juga mendapat jawaban Raffi kembali mengoceh. Cherry tersenyum kecil mendengarnya.
“Santai dong diterima kok,” ucapnya lagi-lagi tersenyum.
“Waw selamat!” Seru Raffi.
Cherry tersenyum, “thanks.”
“Kapan gue harus nganterin lo ke sini lagi?”
“Harusnya sih minggu depan,” gumam Cherry.
“Tapi…” Raffi menatap Cherry selidik.
“Yah lihat nanti aja, kalau emang uangnya ada ya kita ke sini, kalau enggak ya udah…”
“Ya udah gimana?”
“Mungkin ini emang bukan tempat gue,” gumam Cherry seraya mulai naik ke boncengan Raffi.
“Hey, enggak bisa gitu dong. Banyak banget orang yang pengen masuk ke universitas ini dan lo yang udah keterima mau ngelepasin gitu aja? Cher.. thinking…” omel Raffi.
Cherry menghela napas panjang. “Udah ah gimana nanti, ayo jalan cepetan…” seru Cherry.
“Cher lo…”
“Raffi…” Cherry mendesis seraya membulatkan matanya lebar-lebar.
“Ya udah terserah lo aja, dasar keras kepala!” Gerutunya seraya mulai menjalankan motornya. Cherry hanya diam.
—
“Fi ini apa?” Tanya Cherry saat ia menemukan selebaran kertas di atas tas sahabatnya itu.
“Brosur, minggu ini bakal ada racing dan lo tahu apa? Hadiahnya jutaan, gue pengen banget ikut..” jawab Raffi dengan menggebu.
“No! Gue enggak setuju lo gak boleh ikut, mau hadiahnya ratusan kek jutaan kek pokoknya lo gak boleh ikut taruhannya nyawa tahu!” Cetus Cherry melarang mentah-mentah.
“Kenapa lo takut kehilangan gue yah?” Raffi menggoda.
“Enggak bukan gitu,” elak Cherry. “Ini memang bahaya tahu,” sambungnya.
“Ya udah sih, toh gak akan ada yang peduli juga kalau gue kenapa-kenapa,” gumam Raffi.
“Bodoh kalau lo mikir gitu! Orangtua lo, sahabat-sahabat lo, gebetan bahkan… gue… maksud gue kita semua peduli sama lo!” Sahut Cherry.
“Termasuk lo? Lo peduli sama gue?”
“Ya.. pedulilah, lo kan sahabat gue,” ucap Cherry klasik.
“Cuma temen?”
Cherry mengangguk, “I care about you as your bestfriend,” ucapnya mantap.
Raffi tersenyum kecut, “oke gue udah tahu harus gimana.”
“Fi, lo gak akan ikutan kan?” Cherry menatapnya resah.
Raffi hanya membalas dengan gedikan di bahunya.
“Raffi please…” Cherry menatapnya penuh permohonan.
“Iyah iyah tenang aja gue gak akan ikut kok,” ucapnya. Cherry tersenyum senang.
“Lagian buat apa gue memperjuangkan seseorang yang cuma nganggap gue sebagai sahabat,” sambung Raffi bergumam.
“Hah? Apaan?” Tanya Cherry yang tak mendengar dengan jelas.
“Bukan apa-apa, lupain,” tukas Raffi singkat.
—
“Cher, temenin gue yuk!” Pinta Fiya yang tiba-tiba saja datang ke rumah Cherry.
“Ke mana?” Cherry menaikab halisnya bingung.
“Alun-alun, Riky ikut racing,” jawabnya seraya menyebutkan nama kekasihnya itu.
“Aduh ngapain sih Fi, racing aja pake ditonton, untung Raffi gak ikut,” ucap Cherry menolak.
“Ayolah gue juga gak mau sebenernya tapi yah gimana please temenin guee…” Fiya memohon.
Cherry yang tak tega melihatnya pun akhirnya berucap, “ya udah demi lo deh gue mau..”
“Yeay!” Fiya tersenyum girang mendengarnya.
“Kamu dari mana aja sih? Kenapa baru datang? Jadinya aku kalah kan..” ucap Riky menyambut kedatangan Fiya dan Cherry di sana. Mereka tiba ketika acara baru saja selesai.
“Yaa maaf, aku enggak tahu lagian kamu bilang sore acaranya kenapa udah selesai? Lagian apa hubungannya kalahnya kamu sama enggak adanya aku ngaku aja deh kalau kamu emang enggak jago,” ujar Fiya panjang lebar.
“Iyah, tandingnya dimajuin. Yaiyalah aku kan jadi enggak semangat,” jelas Riky.
“By the way siapa yang menang?” Tanya Cherry setelah tadi hanya menyimak pembicaraan keduanya.
“Si gembol squarepants yang dapet, hebat dia yang pertama,” jawab Riky, Cherry terdiam sejenak seperti mengingat nama panggilan tersebut.
“Yang mana orangnya?” Tanya Cherry.
“Iyah yang mana sih?” Timpal Fiya penasaran.
“Tuh yang di pinggir panggung lagi foto-foto, eh aku ke sana dulu yah mau ikut foto juga,” pamit Riky seraya berlalu pada orang-orang yang sebagian besar mengikuti perlombaan tadi.
“Fii…” panggil Cherry.
“Hmm… apa?” Tanya Fiya.
“Itu… itu Raffi…” ucap Cherry pelan.
“Raffi??” Fiya mengangkat halisnya bingung.
Pluukkk!
“Argghhh…” pekik Raffi meringis kesakitan saat mendapati sesuatu mengenai kepalanya.
“Aduh siapa sih yang berani ngelempar gue pake sendal ginian,” gerutu Raffi seraya mengambil sendal flat yang tadi mengenai kepalanya. Kemudian lelaki itu membalikkan badannya.
“Cherry… lo ngapain di sini?” Pekiknya terkejut melihat Cherry sudah berada di belakangnya dengan kaki yang diangkat sebelah.
“Siniin sendal gue!” Cherry mengambil sendalnya dengan cepat lalu segera memakainya.
“Cher, lo kok bisa di sini? Ngapain?” Tanya Raffi bingung seraya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“Enggak usah banyak tanya! Lo yang ngapain, ngapain sih ikutan yang beginian? Kalau Allah udah enggak sayang lo sekarang pasti jiwa lo udah melayang,” Cetus Cherry dengan menggebu. Ia sengaja menemui Raffi ketika suasana sudah mulai sepi, Fiya dan Riky sendiri sudah meninggalkan tempat ini beberapa waktu lalu.
“Hahaha… itu artinya Allah masih sayangg sama gue sama kayak lo, iya kan?” Balas Raffi tanpa merasa takut dengan omelan Cherry tadi.
“Ikh gue serius,” rengek Cherry.
“Yeee dua rius malahan!” Cetus Raffi selengean.
“Rese ah!”
“Ya udahlah lagian gue juga udah enggak apa-apa bahkan gue juara pertama,” ucap Raffi seraya merangkul Cherry hangat.
“Yahh tapi tetep aja lo udah ngebahayain diri lo sendiri, bodoh tahu!” Sahut Cherry masih tidak habis pikir kenapa Raffi ikut racing seperti ini.
“Cher, udahlah… mending sekarang gue anterin lo pulang,” Raffi menarik tangan Cherry. Cherry hanya diam, dan hanya mengikuti Raffi naik ke motornya.
—
“Cher lo kenapa sih?” Raffi menghentikan motornya tiba-tiba karena sejak tadi Cherry hanya diam saja tidak menanggapi semua kata yang ke luar dari mulutnya.
Cherry tak menjawab gadis itu hanya turun dari motornya. “Ini masih gara-gara masalah yang tadi?” Tebak Raffi seraya menatapnya selidik, Cherry hanya menunduk. Raffi mendesah diamnya Cherry sama saja dengan gadis itu membenarkan tebakannya.
“Cher ayolah enggak usah dibahas lagi, lagian gue enggak kenapa-kenapa kok, udahlah…” pinta Raffi.
“Bahas apa? Gue enggak ngomong apa-apa,” Cherry mengeluarkan suaranya.
“Tapi lo diemin gue!”
“Gue lagi enggak mood doang kok,” gumam Cherry.
“Bohong! Gue kan yang bikin lo enggak mood?”
“Fi gue cuman enggak mau lo kenapa-kenapa, gue enggak suka lo ngebahayain diri lo sendiri, lo naruhin nyawa sama motor ini dan gue enggak mau kehilangan lo…” semua kalimat itu tanpa sadar ke luar dari mulut Cherry. Raffi tertegun dibuatnya. “Lagian gue enggak habis pikir buat apa lo ikutan yang beginian,” sambung Cherry.
“Gue ngelakuin ini cuma buat seseorang kok,” ucap Raffi akhirnya.
“Siapa?”
“Dia yang selalu menjadi kamu di sini,” Raffi menunjukkan block notenya.
“Oh jadi karena itu,” gumam Cherry. “Gue pengen tahu dia siapa,” lanjut Cherry.
“Kalau gitu naik lagi ke motor gue dan gue bakal tunjukin dia siapa,” seru Raffi seraya tersenyum.
“Oke!” Cherry pun naik kembali ke motor Raffi.
“Fi katanya mau nunjukin cewek itu siapa kenapa sekarang malah jalan ke rumah gue sih?” Tanya Cherry bingung.
“Sabar dong tenang aja gue pasti kasih tahu lo kok dia siapa,” jawab Raffi.
“Kapan? Sebentar lagi bahkan nyampe di rumah gue,” desah Cherry.
“Lihat ke kaca spion!” Seru Raffi akhirnya.
“Itu artinya dia ada di belakang kita dong?” Tanya Cherry antusias sambil melihat ke arah kaca spion namun sesaat kemudian gadis itu mengernyit bingung.
“Mungkin,” gumam Raffi.
Cherry semakin dibuatnya bingung. Ia melihat ke arah kaca spion di belakangnya ada beberapa kendaraan salah satunya adalah motor yang tumpangi dua orang gadis yang sepertinya sebaya dengannya. Mungkinkah salah satu di antara mereka adalah kamunya Raffi? Cherry mulai menebak-nebak.
“Yang mana?” Tanya Cherry.
“Dia pake kerudung,” jelas Raffi. Dua-duanya pake kerudung.
“Pake kemeja garis-garis warna putih pink,” lanjut Raffi mendeskripsikan.
“Yang mana sih kok gak ada? Lo bohongin gue yah?”
“Enggak kok beneran!”
“Terus mana orangnya?”
“Ya itu yang ada di kaca spion!” Cetus Raffi.
“Aduh Fi yang mana sih?” Pekik Cherry kesal karena tak kunjung menemukan orang yang barusan ngomong.
“Yang barusan ngomong!” Tukas Raffi seraya menghentikan motornya tepat di depan rumah Cherry. Gadis itu mengernyit bingung dengan kening yang berkerut-kerut.
Pake kerudung, kemeja garis-garis putih pink? Cherry mulai berpikir. Ia menatap dirinya sendiri lalu menatap Raffi tak percaya.
“Guee…??” desisnya bertanya.
Cherry hampir menahan napas ketika dengan mudahnya Raffi menganggukkan kepalanya. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir.
“Cher, kaulah kamuku!” Ucap Raffi pelan namun mampu membawa Cherry kepada dunia nyatanya.
“Lo bercanda kan?”
“Gue serius gue cinta sama lo…”
“Fi…”
“Dan gue ikutan lomba ini juga buat lo, buat kamu,” Raffi mengeluarkan sesuatu dari kantung bajunya.
“Ini mungkin enggak seberapa, tapi gue harap dengan ini mimpi lo bisa terwujud,” ucapnya.
“Tapi Fi…”
“Gue mohon jangan nolak, lo boleh nolak perasaan gue tapi jangan pernah tolak bantuan gue ini.”
“Kalau udah kayak gini, gue bisa apa,” gumam Cherry.
“Itu artinya lo terima bantuan gue ini kan?” Cherry mengangguk.
“Plus cinta lo!” Cetusnya.
“Hah?”
“Gue juga cinta lo kok anak kecil!” Bisik Cherry seraya memberikan kecupan singkat di pipi Raffi.
Raffi jelas terkejut dibuatnya. Lelaki itu membelalakan matanya tak percaya. “Lo terima gue juga?”
Cherry mendecak lalu mengangkat bahunya, “apa perlu gue perjelas?”
Raffi tersenyum senang mendengarnya.
The End
Cerpen Karangan: Chera Lee
0 komentar:
Posting Komentar