Translate

cerpen kejutan untuk sahabat kami

Written By iqbal_editing on Rabu, 10 Mei 2017 | 18.19

Di hari yang cerah dan menyenangkan, tepat pada jam 11 siang tentunya aku sudah berada di sekolah, mengikuti kegiatan belajar seperti hari-hari yang biasanya. Kegiatan belajar mengajar (KBM) telah dimulai dari jam 07:05 yang lalu. Aku, bersama empat sahabatku dan teman-teman yang lain sedang di dalam kelas. Kebetulan saat jam belajar yang gurunya lama masuk. Kami pun merasa hari itulah waktu yang menyenangkan dan waktu yang tepat untuk melakukan segala kegiatan yang menyegarkan pikiran seperti membaca buku,berfoto-foto, main game di HP, dan bercerita.
Pada jam 11:05, aku dan tiga sahabatku duduk di satu meja barisan paling ujung sebelah kiri, meja yang keempat kalau dihitung dari meja yang terdepan. Di meja itulah tempat duduk dua sahabatku saat sedang belajar, namanya Haris dan Maul. Jadi, kami duduk di meja mereka dengan posisi saling berhadapan wajah, aku duduk berdua dengan Maul di satu bangku, begitu juga dengan Yoga dan Haris, mereka duduk berdua juga di satu bangku. Setelah duduk dengan tenang, kemudian kami berempat fokus bercerita mengenai berpergian ke tempat wisata-wisata alam yang ada di Sumatra Utara sampai kami dapatkan tempat yang paling enak untuk kami datangi. Kami masih duduk berempat, kecuali sahabatku yang satu lagi namanya San.
Dia sedang kami diamkan dan kami jauhkan, karena pada hari itu juga dia sedang ber-ULTAH yang ke-16 tahun. Jadi, aku dan tiga sahabatku telah mendiamkan dan menjauhkannya selama 2 minggu yang lalu dari hari itu. Dengan maksud akan memberikan kejutan kepadanya setelah tiba waktu ulang tahunnya. San, sahabat yang kami diamkan, duduk sendiri tanpa teman. Dia bermain HP Samsung yang dimilikinya, sambil memakai headset di kedua telinganya. Aku tidak tahu dia mendengarkan musik atau hanya action aja, yang jelas dia duduk sendirian dan tidak ingin melihat dan mendengarkan pembicaraan kami.
Sedangkan aku dan tiga sahabatku yang tersisa, kami sudah bercerita lain judul. Yang tadinya cerita tentang rencana berpergian, berubah jadi cerita tentang ulang tahunnya San. Di samping bercerita, kami juga sambil memakan jajanan yang harganya lumayan murah. Akan tetapi, jajanan tersebut cukup banyak macamnya yang yang dibelikan oleh Maul dan Yoga. Bukan mereka sih yang pergi membelinya, tetapi Maul yang menitip kepada teman lain yang sekelas agar membelikan jajanan tersebut. Aku pun berkata dengan merasa senang karena jajanannya dibeli dengan uang mereka.
“Alhamdulillah.. Beginilah yang namanya sahabat, ngerti keadaan sahabatnya yang lain.” Pujiku sambil tersenyum.
“Haha.. Iya Dho, namanya juga lagi ada rezeki,” kata Yoga sambil merendah diri.
“Iyalah Dho, kalau kita punya uang, harus saling berbagi,” Sambung Maul dengan menepuk-nepuk punggungku sambil tersenyum.
“Emm.. Baiklah Yog, Mol. Makasih ya atas jajanannya,” Ucapku berterima kasih.
“Iya iya, makasih ya wee.. atas jajannya, thank you.. thank you!” sambung Haris berkata menyeru sambil menyalam tangan Yoga dan Maul.
“Iya Dho, Ris… lanjut aja makannya! Gak usah makasih-makasih sama kami. Bukan kami yang berikan, tapi Allah lah pemberinya. Kami ini hanya perantara..” kata Maul dengan menyuruh kami dan menjelaskan.
“Iya tuh.. Dho, Ris. betul kata Maul! Dia bersabda tuh, dengerin! haha.” Perjelas Yoga kepadaku dan Ris sambil tertawa.
Dan sejenak, aku pun pergi meninggalkan ketiga sahabatku mencari tempat duduk yang kosong untuk berpikir. Masih di dalam kelas, dengan suasana yang tidak kondusif. Aku duduk sendiri memikirkan rencana untuk memberikan kejutan kepada San, dan akhirnya aku dapatkan ide yang aku pikir lumayan mengejutkan.

Sepuluh menit yang tersisa di les pelajaran yang ketujuh untuk bersenang-senang akan habis. Aku pun segera memberitahu ideku kepada ketiga sahabatku yang duduk bertiga sedang tertawa, ngakak kelucuan dengan pembicaraan mereka. Datanglah aku kepada mereka bertiga mengusulkan ide yang telah aku pikirkan dahulu.
“Wee.. Para sahabatku!! hari ini kan kita tahu kalau San ber-ULTAH yang yang ke-16 tahun, jadi gimana kalau pulang sekolah kita berempat ke rumahnya diam-diam?!” Usulku dengan tegas kepada mereka bertiga.
“Oh iyaya… itu ide bagus Dho!” jawab Ris setuju dengan usulanku.
“Emm.. iyalah, kau kan Ris asyik bagus-bagus aja, nanti ujung-ujungnya nggak ikut, hehe..” kataku sambil bercanda sepele kepadanya.
“Kau Dho-dho, nggak boleh gitu! Ris kan kalau kita pigi-pigi dia selalu ikut. Jarang absen..” sambung Yoga menyarankanku dan membela Haris.
“Haha.. Iyalah iya. Aku kan cuma becanda Yog,” jelasku kepada Yoga.
“Oh ya ya Dho, hahaha.. becandanya kau rupanya,” kata Yoga setelah mengerti sambil tertawa malu.
“Iya iya.. Ohya Yog, Mol. Kalian berdua bisa ikut ke rumah San nanti setelah pulang sekolah kan?” tanyaku kepada keduanya dengan meyakinkan.
“Haha.. Ya bisalah Dho-dho. Mana mungkin sahabat yang ulang tahun aku nggak datang, selagi aku masih bisa datang,” jawab Maul dengan yakin sambil tertawa kecil.
“Hmm.. yaaa baguslah Mol,” kataku sambil tersenyum.
“Sebenarnya Dho aku nggak bisa ikut dengan kalian, karena di rumahku nggak ada orang yang jaga rumah. Tadi pagi aku disuruh mamakku jaga rumah kalau udah pulang sekolah. Tapi, karena sahabat kita yang ulang tahun, yaaa aku harus ikutlah. Kasihan San, mamaknya perempuan. Lagian dia juga kecewa nanti kalau aku nggak datang,” kata Yoga kepada kami bertiga sambil tersenyum.
“Naaah gitulah.. Hahaha, itu baru sahabat yang baik,” kataku memuji dan merasa senang sambil merangkul bahu mereka bertiga. “Iya, iya Dho.. itu memang harus kami lakukan!” kata Yoga dengan meyakinkanku.
“Okelah best! akhirnya kita bisa ikut semua. Lagian kalau di antara kita berempat ada yang nggak ikut, pasti acara kejutan untuk San kurang seru, ya kan?” kataku kepada tiga sahabatku.
“Iyala Dho, Itu pasti!” sambung Maul berkata kepadaku.
Akhirnya ide pertamaku untuk membuat kejutan kepada San diterima baik oleh mereka, walaupun dari mereka ada yang harus melalaikan amanat dari mamaknya. Pembicaraan kami di dalam kelas sangat lancar, aman, dan tidak ada perbedaan pendapat, serta tidak ada teman lain yang mengganggu pembicaraan kami.

Di les pelajaran terakhir, sepuluh menit yang berarti bagiku dan bagi semua teman sekelasku telah habis dimakan waktu. “Tuk, Tuk, Tuk,” suara ketukan pintu.
“Assalamualaikum.” Ucap ibu guru biologi dengan lemah lembut.
“Waalaikumsalam.” Jawab kami semua yang berada di dalam kelas.
Akan tetapi, aku dan sahabatku kaget sambil menjawab salam ibu guru itu, dan teman satu kelasku pun yang sedang beraktivitas lain dari pelajaran juga kaget semua. Kami langsung bubar, berlari terbirit-birit menuju ke tempat duduk kami masing-masing, karena merasa takut dan segan dengan sosok guru yang baik dan tegas itu. Ibu guru itu pun duduk sambil menghirup dan menghelakan napasnya -terlihat sangat lelah, mungkin karena kelas kami berada di lantai dua yang tangganya dua kali bertingkat. Setelah kami melihat dan mendengar helaan napas ibu guru, seketika di dalam kelas langsung tenang. Aku merasa seperti berada di tengah malam yang gelap dan sunyi senyap. Setelah hal itu berlalu, ibu guru pun memberikan tugas kepada kami yang cukup banyak agar kami tidak ribut. Di samping kami sedang belajar, aku memanggil Haris untuk kembali membicarakan tentang kepergian kami ke rumah San.
“Ris, ke mari sebentar.. ada yang mau aku bicarakan denganmu!” panggilku kepada Haris.
“Iya, iya Dho, aku akan ke situ.” Kata Haris turuti panggilanku. Aku dan Haris pun melanjutkan pembicaraan kami yang tersembunyi -kami duduk di lantai kelas dengan bersila berhadapan.
Setelah komat-kamit berbicara, akhirnya kami menghasilkan ide kedua yang cukup unik, yaitu memberikan bolu kepada San (bukan “bocah lucu” yaa), sambil mengejutkannya, dan tertawa keras berkoak-koak di depan dirinya. Rencana kedua selesai, aku kembali ke tempat dudukku langsung kembali belajar dan Haris juga ku suruh kembali ke tempat duduknya untuk kembali belajar lagi agar kami tidak dimarahi guru dan ditandai, bahkan sampai dimasukkan nama kami kedalam buku catatan siswa. Kami pun fokus ke pelajaran dan sibuk mencari jawaban dari tugas yang ibu guru berikan kepada kami sampai bel pulang sekolah berbunyi dengan mengeluarkan suara jeleknya.

Tet.. Tet.. Tet.. suara bunyi bel pulang sekolah
“Yeeee… Horeeee….” suara kelas ketika bel berbunyi. Kami semua bersorak gembira ketika mendengar bel tersebut berbunyi, sampai teman-temanku yang hobinya Drummer juga ikut bersorak sambil menggendang-gendang meja yang ada di kelas. Mereka sampai tidak sadar kalau mejanya kuat dan keras meskipun dari terbuat kayu.
“Akhirnya, yang ditunggu-tunggu telah tiba!!!” kata Maul sambil membanting pulpen dan seketika berdiri terlihat seperti lama menahan kesabaran.
“Hahahaha… Mol-mol… hahaha.” tawaku melihat ekspresi wajahnya yang serius itu padahal dia gembira.
Berakhirlah waktu kami di kelas pada hari itu. Setelah aku dan tiga sahabatku bersalaman dengan guru, kami langsung berkumpul di bawah pohon yang cukup besar dan rindang (berada di halaman sekolah, depan kelas kami). Dengan maksud menghindari diri dari panasnya sinar matahari siang yang sangat terik dan terang. San, sahabat kami yang biasanya selalu berkumpul bersama kami, tetapi selama dua minggu yang lalu hingga tiba hari yang surprise itu baginya, dia enggan menegur, melihat, bertanya, dan berkumpul dengan kami para sahabatnya. Ku lihat San berjalan sendiri dengan wajah yang sepi sedih menuju pintu gerbang ke luar dari sekolah. Akan tetapi aku tak peduli dengan dirinya, ku lanjutkan dua rencana yang telah kami buat saat berada di dalam kelas tadi.
Kami pun juga yang pergi membeli bolu dan cokelat silverqueen untuk memberikan kejutan kepada San dan pergi berjalan hingga kami sampai ke halaman rumahnya. Sampailah kami di halaman rumah San meski perjalanan ke rumahnya cukup jauh dan membuat kami berempat merasa cape. Setelah itu salah satu dari sahabatku mengucapkan kalimat syukur karena kami telah sampai dan melalui segala masalah, mulai dari menghadapi penjaga Minimarket yang sangar dan marah-marah tidak bersebab, menghadapi gonggongan dua ekor anjing di jalan, menghadapi perjalanan jauh yang ditemani dengan panasnya cuaca pada hari itu.
“Alhamdulillah, akhirnya sampai juga ya wee.. meskipun kita merasakan lelah dan cape,” kata Maul setelah menghelakan napasnya.
“Elleh, baru kayak gini.. udah kecapean kau Mol-mol,” sambung Yoga dengan sepele padahal dia juga merasa cape, tetapi ditahannya.
“Iyalah Yog, emang cape!!” bentak Haris dengan membela kata-kata Maul.
“Hahaha… iyalah emang cape, wajarlah.. kita kan jalan kaki. Coba kita jalan tangan, Pasti nggak mungkin kan? Hehe,” kataku perjelas sembil sedikit melawak untuk menghibur mereka sahabatku.
“Hahahahaha..” tawa Maul yang tidak bisa berkata lagi sambil memijat-mijat kaki kanannya.
“Hahaha Dho-dho,” tawa Yoga juga setelah mendengar aku berkata tadi.
“Haak..Haak..Haakkk.. Ada yang lucuuu?” Tanya Haris setelah tertawa mengejekku sambil memajukan mulutnya.
“Hahaha, nggak ada Ris.. Mulutmu itu loh Ris.. haha, kayak lutung.” Sambung Maul menjawab pertanyaan Ris yang melawak itu.
Di sekitar halaman rumah San, kami bersembunyi di balik tembok tinggi yang tidak kelihatan dari pintu rumahnya. Setelah tertawa-tawa kami lupa dengan lelah dan cape yang kami rasakan sebelumnya. Kami langsung bergegas untuk memberikan kejutan kepada San. Yang memegang bolunya Ris, dia ingin langsung menghidupkan lilin yang ada di dalam kotak bolu tersebut. Tetapi, korek apinya tidak ada pada Ris. Dan ternyata, korek apinya ada di tangan Maul. Jadi, Maul lah yang menghidupkan lilinnya. Tiba-tiba ada kesalahan yang terdapat pada bolu yang dipegang oleh Haris.
“Lohh.. lilinnya kok jadi angka 19 wee? padahal San kan hari ini ulang tahun yang ke-16 tahun?!” ujar Maul terdengar bingung.
“Udahlah Mol, itu nggak masalah. Yang terpenting dia kita doakan sesuai dengan umurnya yang asli..” kataku memperjelas dan menyarankan kami semua.
“Iya Mol… lanjutkan aja! nggak usah sok-sok bingung gitu, kau terlihat seperti anak autis. Haha…” kata Yoga sindir pedas diri Maul yang benar-benar kebingungan.
“Eeeh.. Yog, jangan gitulah Yog. Kita kan sahabat, jadi jangan saling mengolok!!” kataku menasihati Yoga.
“Iya iya Dho, maaf. Aku khilaf..” ucap pinta maaf yoga kepadaku.
“Loh.. kok minta maaf sama aku? minta maaf sama Maul lah Yog!” saranku kepada Yoga dengan tegas.
“Ohh iya ya, Emm.. Mol, aku minta maaf ya Mol kalau aku udah buat kau sakit hati,” pinta Yoga maaf dengan raut wajah yang merasa bersalah.
“Iya iya Yog, aku maafin. Lagian aku nggak sakit hati kok, tetapi aku laparrr… haha..” terima Maul pinta maaf dari Yoga dan menjelaskan keluhannya.
Tak lama setelah Maul terima permintaan maaf dari Yoga, Ris menyuruh kami bertiga agar tidak membuang-buang waktu. Dan perlahan, kami berjalan sampai ke depan pintu rumah San. Aku meminta Ris yang membawa bolunya dan Maul yang membawa cokelat silverqueennya. Aku pun menyuruh Yoga agar nanti setelah sampai, tepat di depan pintu Dia mengetuknya kuat-kuat sampai San ke luar dari dalam rumahnya. Akhirnya San pun membuka pintunya, dia berdiri di hadapan kami terlihat kaget, terharu, merasa senang ketika melihat kami berempat karena telah mengingat hari ulang tahunnya.
Kami mengucapkan selamat ulang tahun kepada San, kami bernyanyi lagu, “happy birthday to you” kuat-kuat di hadapannya sambil tertawa, memberikan cokelat untuknya, dan menyuruhnya agar menghembuskan lilin walaupun satu lilinnya salah angka. Kami berempat meminta maaf kepadanya atas perlakuan kami selama dua minggu yang lalu itu, dan kami pun bercerita panjang tentang rencana kami dalam membuat kejutan di hari ulang tahunnya. Akhirnya aku dan tiga sahabatku berhasil memberikan kejutan untuk sahabat kami.
Cerpen Karangan: Muhammad Ridho

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik