Lem Rasa Stawberry
Judul Cerpen Lem Rasa Stawberry
Cerpen Karangan: Carmenita
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 6 July 2013
Cerpen Karangan: Carmenita
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Persahabatan
Lolos moderasi pada: 6 July 2013
Hari ini kelas kami mengadakan pelajaran keterampilan. Kami disuruh
membawa lem, cat, kaleng bekas, hiasan, kertas tisu, kuas, dan gunting.
“Lis, minta cat warna merah sama pink dong” Seseorang menghampiriku. Itu adalah Toni, temanku.
“Ini. Ambil saja!” Aku memberikan 2 buah botol kecil berisi cat merah dan cat pink.
“Makasih Lilis baik deh!” Canda Toni sambil berjalan ke mejanya.
“Lis, minta cat warna merah sama pink dong” Seseorang menghampiriku. Itu adalah Toni, temanku.
“Ini. Ambil saja!” Aku memberikan 2 buah botol kecil berisi cat merah dan cat pink.
“Makasih Lilis baik deh!” Canda Toni sambil berjalan ke mejanya.
“Anak-anak hari ini kita akan membuat celengan dari kaleng bekas. Untuk
mengetahui caranya buka halaman 25 di buku pelajaran keterampilan!” Bu
Rita berkata. Bu Rita adalah guru pelajaran keterampilan.
“Ibu akan ke ruang guru sebentar, jangan ribut ya!” Bu Rita menambahkan.
“Ibu akan ke ruang guru sebentar, jangan ribut ya!” Bu Rita menambahkan.
“Lilis, pinjam gunting sebentar yaa…” Seseorang menepuk pundakku.
Ternyata itu adalah Ina, temanku. Dia adalah anak yang berkebutuhan
khusus. Bisa dibilang dia agak-agak autis Hehehe.
“Ini Ina, hati-hati ya! Tajam lho… Nanti kamu luka” Jawabku seraya memberikan sebuah gunting dari mejaku.
“Terima Kasih! I.. Iya aku hati-hati” Jawabnya. Bukannya pergi ke mejanya, Ina malah pergi ke meja Toni dan Deri. Aku mendengar percakapan mereka.
“Ini Ina, hati-hati ya! Tajam lho… Nanti kamu luka” Jawabku seraya memberikan sebuah gunting dari mejaku.
“Terima Kasih! I.. Iya aku hati-hati” Jawabnya. Bukannya pergi ke mejanya, Ina malah pergi ke meja Toni dan Deri. Aku mendengar percakapan mereka.
“Ina ini ada lem rasanya stawberry lho! Rasanya manis-manis-asam! Cobain
nih!” Aku mendengar Deri berkata demikian. Aku segera melihat ke meja
mereka. Astaga! Ina sedang menjilat lem berwarna pink ke merah-merahan.
Aku segera berlari ke arah Ina dan mengambil lem itu. Tapi ternyata Ina sudah menjilat lem itu sebelum aku menghentikannya.
“Ina jangan!” Ucapku.
“Hahahahaha! Temen-temen! Liatin tuh Ina makan lem!” Teriak Toni. Teman-teman sekelas langsung menertawai Ina bersama-sama. Ina menangis dan berlari keluar kelas. Aku mengejarnya.
“Ina! Tunggu! Kamu mau kemana?” Teriakku sambil terus mengejar Ina.
Aku segera berlari ke arah Ina dan mengambil lem itu. Tapi ternyata Ina sudah menjilat lem itu sebelum aku menghentikannya.
“Ina jangan!” Ucapku.
“Hahahahaha! Temen-temen! Liatin tuh Ina makan lem!” Teriak Toni. Teman-teman sekelas langsung menertawai Ina bersama-sama. Ina menangis dan berlari keluar kelas. Aku mengejarnya.
“Ina! Tunggu! Kamu mau kemana?” Teriakku sambil terus mengejar Ina.
Ina memasuki toilet perempuan. Aku mengikutinya. Aku melihat Ina
menangis tersedu-sedu sambil duduk di sebuah kursi di toilet perempuan.
“Ina, sabar ya… Mereka sebenarnya gak bermaksud begitu kok!” Ucapku.
“Kenapa sih orang sepertiku selalu di ejek?! Huhuhu” Isak Ina.
“Kamu yang sabar ya… Aku kan teman kamu!” Jawabku. Ina langsung memelukku. Aku balas pelukannya. Aku tak peduli dia sedikit cacat mental. Karena dia tetap manusia.
“Ina, sabar ya… Mereka sebenarnya gak bermaksud begitu kok!” Ucapku.
“Kenapa sih orang sepertiku selalu di ejek?! Huhuhu” Isak Ina.
“Kamu yang sabar ya… Aku kan teman kamu!” Jawabku. Ina langsung memelukku. Aku balas pelukannya. Aku tak peduli dia sedikit cacat mental. Karena dia tetap manusia.
Aku mengajak Ina ke kelas. Dia mengikutiku.
“Teman-teman! Kalian harus minta maaf kepada Ina! Walaupun dia mengalami sedikit cacat mental, dia tetap manusia! Bayangkan kalau kalian menjadi dia! Apa hati kalian tidak sedih?!” Ucapku kepada seisi kelas. Ina hanya menatapku.
“Ina! Maafkan aku ya!” Deri menghampiri Ina dan mengulurkan tangan kanannya. Mereka berjabat tangan.
Tiba-tiba seisi kelas meminta maaf kepada Ina. Mereka berjanji tak akan mengulanginya. Sekarang aku, Ina, Deri, dan Toni bersahabat.
“Lis, makasih ya!” Ucap Ina
“Sama-sama Ina! Kamu kamu harus berterima kasih kepada lem stawberry itu!” Jawabku
“Hahahahahaha!” Kami tertawa bersama.
“Teman-teman! Kalian harus minta maaf kepada Ina! Walaupun dia mengalami sedikit cacat mental, dia tetap manusia! Bayangkan kalau kalian menjadi dia! Apa hati kalian tidak sedih?!” Ucapku kepada seisi kelas. Ina hanya menatapku.
“Ina! Maafkan aku ya!” Deri menghampiri Ina dan mengulurkan tangan kanannya. Mereka berjabat tangan.
Tiba-tiba seisi kelas meminta maaf kepada Ina. Mereka berjanji tak akan mengulanginya. Sekarang aku, Ina, Deri, dan Toni bersahabat.
“Lis, makasih ya!” Ucap Ina
“Sama-sama Ina! Kamu kamu harus berterima kasih kepada lem stawberry itu!” Jawabku
“Hahahahahaha!” Kami tertawa bersama.
Tamat…
Cerpen Karangan: Carmenita
Facebook: Carmen Nita
Facebook: Carmen Nita
0 komentar:
Posting Komentar