Rudi baru saja di belikan sebuah play station (PS) oleh Papa. Rudi senang sekali. Setiap hari ia menghabiskan waktunya untuk bermain bola di PS itu.
Hari ini, sepulang sekolah, Rudi langsung menuju mainan barunya. Beberapa menit kemudian ia keasyikan menekan tombol-tombol stick.
“Rudi, ganti dulu baju seragammu,” kata Mama.
Rudi tidak mendengar. Ia tenggelam dalam suara PS yang begitu riuh.
“Ruuddd…..,” Mama memanggil lagi. Kali ini suara Mama lebih keras.
“Iya, Ma. Tunggu sebentar,” jawab Rudi. Tangannya tampak sibuk dan pandangan matanya tidak berpindah dari layar televisi.
“Rudi….,” dari luar terdengar suara memanggil
Ternyata
Amri yang datang. Tadi di sekolah Rudi memang mengajak Amri datang
untuk main PS bersama. Kini, mereka berdua sama-sama asyik di depan
televisi. Tak salah lagi, mereka berdua sedang mengadu kecepatan sepeda
motor masing-masing.
“Wahhh,
gawat nih motornya menabrak pagar pembatas,” kata Rudi. Matanya tidak
lepas-lepas dari layar monitor. Sementara itu tangannya gesit sekali
memainkan stick.
“Yihaaa, motorku sebentar lagi akan melewati garis finish,” kata Amri tak kalah serunya.
“Rudi,
aduuhhh…. Kamu kok masih main PS saja sih? Ganti dulu seragammu, lalu
cepat makan, dan kerjakan PR!” tiba-tiba mama sudah berada di dekat
Rudi. Mama geleng-geleng kepala.
“Iya, Ma sebentar lagi….,” jawab Rudi.
“Dari tadi sebentar lagi?? Ayo matikan PS-nya!” Mama mulai marah.
Amri jadi takut melihat mama. Lalu ia pamit pulang.
Rudi langsung mengganti seragamnya, lalu makan siang. Setelah makan siang, Rudi masuk kamar dan tidur.
***
Sore-sore, sehabis mandi, Amri datang lagi ke rumah Rudi. Mereka berdua melanjutkan main PS.
“Asyik nih, Am. Mama sedang ke rumah Nenek. Pulangnya nanti malam. Kita bisa main PS sampai sore,” kata Rudi.
“Oh ya? Waahh, asyiikkk…,” Amri ikut senang.
“Aku mengerjakan PR-nya nanti malam saja. Sekarang, ayo kita main PS!” teriak Rudi.
Mereka berdua lalu melanjutkan main PS.
“Cihuuyyy… Jagoanku menaaangg!!!” Rudi bersorak kegirangan. Matanya menatap layar televisi tanpa berkedip.
“Eitsss, tunggu dulu. Sebentar lagi jagoanmu bisa kukalahkan,” sahut Amri. Tangannya lincah memainkan stick.
“Huuuu… Ayo coba buktikan!” jawab Rudi.
Rudi dan Amri tidak berhenti bermain PS sampai sore.
“Rud, aku pulang dulu, ya” kata Amri saat maghrib hampir tiba.
“Iya Am. Besok kita lanjutkan lagi ya. Seru sih,” kata Rudi.
“Iya, besok kita coba yang balap mobil juga ya,”
“Oke…,”
Setelah Amri pulang, Rudi langsung mandi. Lalu makan.
“Oh
iya, aku mau mengerjakan PR ah,” kata Rudi pada dirinya sendiri. “Eh,
sebelum mengerjakan PR, aku mau melanjutkan main PS yang tadi. Mumpung
Mama masih di rumah Nenek,”
Rudi
berjalan menuju ruang televisi. Tak lama kemudian ia kembali tenggelam
main PS. Saking asyiknya, Rudi sampai berteriak-teriak seru.
Sedang asyik-asyiknya bermain, tiba-tiba… TAP! Semua ruangan jadi gelap.
“Yaaahhhh, mati lampu!” Rudi terpekik kecewa. “Uuhh, padahal lagi seru nih,”
Rudi
menyalakan lilin. Suasana gelap seperti ini membuat Rudi sebal. Ia jadi
bingung, dan tidak tahu mau apa. Main PS, jelas tidak bisa. Baca buku,
tentu saja tidak enak.
Rudi
hanya duduk diam di kursi makan. Lama sekali. Listrik belum menyala
juga. Rudi mulai cemas. Lama-lama ia takut juga. Mama kok belum pulang
ya?
“Rud? Mati lampu ya?”
Nah, itu dia! Mama sudah pulang.
“Iya, Ma,” Rudi langsung menghambur ke ruang depan.
“Kamu sudah makan?”
“Sudah, Ma”
“Sudah mengerjakan PR?”
“Oh, iya! Aku lupa, Ma!” jawab Rudi tersentak.
“Lupa? Pasti tadi kamu keasyikan main PS ya?” Mama mulai marah. Rudi hanya diam.
“Kamu ini bagaimana sih? Mama kan sudah bilang, kerjakan PR-mu. Sekarang mati lampu. Mana bisa kamu mengerjakan PR?”
Rudi
baru menyadari. PR matematikanya banyak sekali. Satupun belum
dikerjakan. Pak Hasian, guru matematika Rudi, terkenal galak. Kalau ada
murid yang tidak mengerjakan PR, pasti akan dihukum.
Rudi
cepat-cepat masuk kamar. Ia menyalakan lilin, dan mencoba mengerjakan
PR dibawah cahaya lilin. Uhhh, betuk-betul tidak enak. Lama-lama,
matanya terasa sakit. Karena kelelahan, akhirnya Rudi tertidur.
***
“Selamat pagi, anak-anak,” kata Pak Hasian saat masuk ke dalam kelas. “Ayo kumpulkan PRnya,”
Rudi
terkejut. Ia merasa takut sekali karena belum mengerjakan PR. Tadi
malam ia tertidur. Wajah Rudi jadi pucat. Badannya gemetar.
“Rudi, kamu kenapa?” Pak Hasian menatap Rudi.
Rudi hanya bisa menundukkan kepalanya.
“Mana PR-mu?” Pak Hasian menghampiri meja Rudi. “Kamu tidak mengerjakan PR ya?”
Rudi semakin takut.
“Ayo maju ke depan!” perintah Pak Hasian.
Rudi
melangkah lemas ke depan kelas. Keringat dingin mengucur diseluruh
tubuhnya. Semua teman-teman memandang Rudi. Rudi jadi malu sekali dan
terus-menerus menunduk. Pak Hasian menyuruhnya berdiri di depan kelas
sampai bel berbunyi.
Duhh..
Rudi ingin sekali menangis. Dalam hati, Rudi berjanji tidak mau terlalu
banyak main PS, dan tidak akan menunda-nunda mengerjakan PR lagi.
0 komentar:
Posting Komentar