Punk vs Dangdut
Dipagi hari yang cerah ini, gue
sambut dengan ceria. Biasa lah jingkrak-jingkrak dulu sambil dengerin lagu
bergenre rock biar tambah semangat. Itu udah jadi kebiasaan rutin gue. Nyokap,
bokap gue udah memaklumi kebiasaan anak semata wayangnya ini.
Ting, tong, ting , tong
Bel pintu rumah gue udah bunyi. Itu
pasti jemputan gue dateng. Elang si tukang ojek. Upss salah!!!!!!!!!! Gue
kenalin dulu yahhhhhhhh. Elang itu pacar gue. Pacar terbaik gue, pacar tersabar
gue, pacar tercakep gue, pacar tergokil gue. Uhhhhhhhh, pokoknya dia sempurna
deh dimata gue. Kita berdua memang banyak perbedaan tapi dengan perbedaan itu
kita menjadi satu, saling mengerti dan menyayangi. Gue buru- buru ngebukain
pintu buatnya.
“Hai”. Senyum manisnya mengembang.
Gue membalasnya dengan senyuman yang pualing muanis. Heheheeeeeee
“Kamu udah sarapan?”
“Belum.”
“Kok belum? Kalau gitu kamu sarapan
dulu deh dirumahku, entar sakit lho.”
“Enggak deh, ni kan hari senin?”
“Ada apa dengan hari senin?”
“Ini kan piketku, Lian sayang.”
What!!!!!!!!!! Dia rajin banget gue ampe kalah.
“Kalu gitu kamu tunngu sini bentar
ya...” Dia hanya mengangguk. Tak lama kemudian aku keluar dengan kotak nasiku.
“Nih, buat kamu, Elang sayang.” Gue
menyodorkan kotak nasi itu padanya. Dia agak terkejut sih. Tapi dengan
penjelasanku, akhirnya dia mau menerima kotak nasi itu. Hmmm, gue kan khawatir
bnaget kalau dia sakit gara-gara gak sarapan.
Oh iya, kita berdua beda sekolah
lho. Gue sekolah di SMK Garuda dan pacar gue di SMK Nusantara. Sekolah kita
lumayan berdekatan sih. Tiba di sekoalh gue tercinta, gue udah disambut para
sobat-sobat gue. Tapi mereka sambut gue hari ini dengan beda, gak kayak
biasanya. Gue sedikit heran, ada apa ya.....dengan mereka??? Bryan,Johan,Edwin,
loh si Roy mana??? Hmm emang ada yang beda hari ini.
“Ech, Roy mana?” Tanya gue pada
mereka tapi mereka tetap aja diem.
“Kalian kenapa sih? Gak kayak
biasanya deh.”
“Roy sakit Li, dia habis dikroyok
ama anak-anak geng dangdut. Jawaban dari Johan itu membuat gue tersentak kaget.
“What?! Gue gag salah denger nih?”
Kemudian Bryan menjelaskan panjang
lebar ke gue, kenapa Roy bisa dikroyok anak- anak geng dangdut. Sore itu Roy
jalan-jalan ketaman kota. Dengan gag sengaja Roy nyenggol salah satu anak geng
dangdut yang sedang nongkrong-nongkrong disana. Roy sudah minta maaf tapi
mereka keburu emosi. Anak geng dangdut yang jumlahnya banyak itu ngroyok Roy
ampe babak belur. Untung aja Roy ditolongin orang.
Gue duduk disalah satu bangku kelas.
Tiga sahabat gue berdiri didepan gue. Waktu itu semua siswa udah pada pulang .
Tinggal kita berempat yang masih ada dikelas. Tegang, keringet dingin mengalir
ditubuh gue. Gue kayak tersangka yang diintrogasi ama para polisi.
“Li, loe milih kita apa pacar loe
yang ikut geng dangdut itu? Tanya Edwin dengan serius.
“Tau gag Li, yang ngroyok Roy itu
temen-temen Elang.” Tambah Johan.
“Tapi Elang kan gag ikut-ikutan. Dia
baik.” Bela gue
“Tetep aja Li, kita bertiga gag suka
hubungan loe ama Elang, yang pasti kita gag setuju!!!”
Deg, harapan
gue terasa pupus. Runtuh sudah. Sahabat-sahabat gue gag suka kalau gue pacaran
ama Elang.
Gue galau, gue bimbang. Dengan
segala yang telah terjadi. Tiga sahabat gue ngasih dua pilihan yang sebenarnya
kedua pilihan itu sama-sama penting bagi gue. Gue gag mau persahabatan gue
hancur dan gue gag mau kehilangan pacar gue tercinta. Terus sekarang gue harus
gimana? Gue harus bisa nyelesain masalah ini secepatnya. Yahhhhhhhhh
SECEPATNYA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Tiap detik tiap menit gue hanya bisa
mikir gimana jalan keluar dari masalah ini. Tiba-tiba ide konyol gue muncul.
Gue harus membuat damai dari dua belah pihak. Hmmm tapi gimana caranya???
Itulah yang harus dipikirkan. Hadddddduuhhhh!!!! Karena kepala gue udah pusing
mikirin masalah ini, gue hubungin aja Elang, mungkin aja dia tahu solusinya.
Selain dia baik, dia juga pinter lhoooooooo. Setelah gue hubungin, dengan cepat
Elang udah nyampe dirumah gue. Dia udah tau permasalahannya dan dia juga lagi
mikirin gimana cara menyelesaiakan masalah ini. Nah, gue kasih tau ya kenapa
Elang bisa jadi penggemar dangdut. Almarhum ibunya dulu adalah seorang penyanyi
dangdut terkenal. Jadi darah dangdut dari ibunya itu udah mengalir di darahnya.
Gitu, cerita singkatnya, cerita panjangnya lain kali aja yeeeeeeeeeeeeeee, hikz
hikz hikz.
“Gimana kalau kita bujuk satu
persatu temen temen kita.” Kata Elang
“Kita coba dech.”
Gue udah sama sahabat gue
disekolahan.
“Gimana Li? Pilih sahabat atau
pacar?
“Aku mau dua-duanya!!!” Jawabku
tegas
“Gak bisa!!!”
“Kenapa? Aku sayang kalian sebagai
sahabatku dan aku juga mencintai Elang. Katanya kita solid, tapi mana? Kita gak
boleh pecah gara-gara masalah sepele kayak gini. Kita harus tetap kayak dulu.
Katanya kita cinta damai, tapi mana? Kita harus bisa nyelesain masalah dengan
kepala dingin, jangan dengan emosi kayak gini. Aku rela melakukan apa saja,
asal aku gag kehilangan kalian dan juga Elang.” Semua curahan hati gue, gue
sampaikan pada mereka. Bersamaan dengan air mata yang gag bisa kubendung lagi.
Semuanya diam membisu. Sunyi dan Tegang. Gue harap mereka berubah pikiran, gue
harap mereka udah mencabut 2 pilihan itu, yang membuat gue bimbang akhir-akhir
ini. Karena gue memang benar-benar tak mau kehilanagn Bryan, Johan, Edwin dan
juga Roy, mereka sahabat-sahabat gue sejak SD. Musik rock telah menyatukan kita
menjadi persahabatan yang solid. Mesti gue perempuan sendiri dalam persahabatan
ini, tapi mereka tetap menghargai gue. Gue tahu hati mereka sebenarnya baik.
Lalu Johan mengambil sapu tangannya
dari sakunya. Dan memberikannya ke gue.
“Usap air mata Loe itu, Lian.
Shyerliana Dewi yang gue kenal, dia seorang cewek yang tegar. Gag pernah nangis
kayak gini.” Gue terima sapu tangan dari Johan dan segera gue seka air mata
ini. Tapi tetep aja air mata gue masih mengalir. Entah mengapa jadi seperti
ini.
Dalam
suasana tegang ini tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing dari telinga gue.
“Aku datang sobat!!” dengan tak
terduga Roy muncul dari balik pintu kelas.
“Roy gue butuh bantuan loe,,,,”
Lirihku dalam hati. Ya, Roy muncul dengan tepat. Tampak Roy dengan luka-lukanya
yang masih dalam proses pengobatan. Yang lebih mengejutkan lagi, dia datang
tidak sendiri. Dia datang bersama Elang
dan kawan-kawannya. “Gini sob,
gue jelasin.” Roy mendekati kami yang nasih bingung dengan kejadian-kejadian
ini. Mulai dari Roy datang dengan luka yang belum sembuh dan Roy datang bersama
kawan-kawannya.
“Mereka udah minta maaf ke gue dan
udah mau tanggungjawab. Sebenarnya ini adalah kesalahpahaman. Dua hari yang
lalu, salah satu teman mereka ada yang kecelakaan, bisa dibilang tabrak lari
sih. Mereka kira yang nabrak itu anak punk tapi ternayata mereka salah
informasi, yang nabrak itu orang lain. Nach, kemarin juga pas gue jalan-jalan
ketaman, gue gag sengaja nabrak temen mereka soalnya gue jalannya sambil
BBM-an. Kata Roy sambil nyengir. Roy melanjutkan penjelasannya setelah dia
berhenti sejenak. “Karna mereka salah informasi, dengan spontan mereka langsung
ngroyok gue. Tapi sekaarng mereka udah minta maaf dan mau tanggung jawab ke
gue. Gue juga udah minta maaf pada mereka karena gue gag sengaja pas jalan
nabrak salah satu temen mereka. Gue udah maafin mereka. Kuharap kalian juga memaafkan mereka. Kita harus
damai. Oke sob!!!!!!!!!!
Pastinya gue setuju aja dengan
pendapat Roy. Tapi gag tau dengan Bryan, Johan, E dwin. Tampaknya mereak masih
pikir-pikir.
“Kita damai.” Terdengar suara yang
keluar dari mulut ke tiga sahabat gue.
Horeeeee!!!!!!!!!!!! Yes yes yes. Sorak
dalam hati gue, seneng banget dengernya. Tampak Elang yang dari tadi mukanya
tegang, tersenyum bahagia. Saking senengnya gue sampe nangis terharu.
“Sob, aku dan teman-temanku minta
maaf dengan tulus sama kalian.” Kata Elang. Tanda damai, kita saling berjabat
tangan. Elang mendekati gue. Dia mengusap air mata gue yang masih mengalir
dengan tangannya.
“Jangan nangis dong, sayang. Muka
kamu makin jelek tuh kalau nangis.” Canda Elang. Nyebelin sich, tapi bisa buat
gue senyum lagi. Sahabat-sahabat gue dan teman-teman Elang mesam-mesem ngeliat
kelakuan Elang ama gue. Hehehe
TAMAT
0 komentar:
Posting Komentar