Translate

CERPEN PUNK VS Dangdut

Written By iqbal_editing on Rabu, 16 Agustus 2017 | 04.23

Punk vs Dangdut
            Dipagi hari yang cerah ini, gue sambut dengan ceria. Biasa lah jingkrak-jingkrak dulu sambil dengerin lagu bergenre rock biar tambah semangat. Itu udah jadi kebiasaan rutin gue. Nyokap, bokap gue udah memaklumi kebiasaan anak semata wayangnya ini.
            Ting, tong, ting , tong
            Bel pintu rumah gue udah bunyi. Itu pasti jemputan gue dateng. Elang si tukang ojek. Upss salah!!!!!!!!!! Gue kenalin dulu yahhhhhhhh. Elang itu pacar gue. Pacar terbaik gue, pacar tersabar gue, pacar tercakep gue, pacar tergokil gue. Uhhhhhhhh, pokoknya dia sempurna deh dimata gue. Kita berdua memang banyak perbedaan tapi dengan perbedaan itu kita menjadi satu, saling mengerti dan menyayangi. Gue buru- buru ngebukain pintu buatnya.
            “Hai”. Senyum manisnya mengembang. Gue membalasnya dengan senyuman yang pualing muanis. Heheheeeeeee
            “Kamu udah sarapan?”
            “Belum.”
            “Kok belum? Kalau gitu kamu sarapan dulu deh dirumahku, entar sakit lho.”
            “Enggak deh, ni kan hari senin?”
            “Ada apa dengan hari senin?”
            “Ini kan piketku, Lian sayang.” What!!!!!!!!!! Dia rajin banget gue ampe kalah.
            “Kalu gitu kamu tunngu sini bentar ya...” Dia hanya mengangguk. Tak lama kemudian aku keluar dengan kotak nasiku.
            “Nih, buat kamu, Elang sayang.” Gue menyodorkan kotak nasi itu padanya. Dia agak terkejut sih. Tapi dengan penjelasanku, akhirnya dia mau menerima kotak nasi itu. Hmmm, gue kan khawatir bnaget kalau dia sakit gara-gara gak sarapan.
            Oh iya, kita berdua beda sekolah lho. Gue sekolah di SMK Garuda dan pacar gue di SMK Nusantara. Sekolah kita lumayan berdekatan sih. Tiba di sekoalh gue tercinta, gue udah disambut para sobat-sobat gue. Tapi mereka sambut gue hari ini dengan beda, gak kayak biasanya. Gue sedikit heran, ada apa ya.....dengan mereka??? Bryan,Johan,Edwin, loh si Roy mana??? Hmm emang ada yang beda hari ini.
            “Ech, Roy mana?” Tanya gue pada mereka tapi mereka tetap aja diem.
            “Kalian kenapa sih? Gak kayak biasanya deh.”
            “Roy sakit Li, dia habis dikroyok ama anak-anak geng dangdut. Jawaban dari Johan itu membuat gue tersentak kaget.
            “What?! Gue gag salah denger nih?”
            Kemudian Bryan menjelaskan panjang lebar ke gue, kenapa Roy bisa dikroyok anak- anak geng dangdut. Sore itu Roy jalan-jalan ketaman kota. Dengan gag sengaja Roy nyenggol salah satu anak geng dangdut yang sedang nongkrong-nongkrong disana. Roy sudah minta maaf tapi mereka keburu emosi. Anak geng dangdut yang jumlahnya banyak itu ngroyok Roy ampe babak belur. Untung aja Roy ditolongin orang.
            Gue duduk disalah satu bangku kelas. Tiga sahabat gue berdiri didepan gue. Waktu itu semua siswa udah pada pulang . Tinggal kita berempat yang masih ada dikelas. Tegang, keringet dingin mengalir ditubuh gue. Gue kayak tersangka yang diintrogasi ama para polisi.
            “Li, loe milih kita apa pacar loe yang ikut geng dangdut itu? Tanya Edwin dengan serius.
            “Tau gag Li, yang ngroyok Roy itu temen-temen Elang.” Tambah Johan.
            “Tapi Elang kan gag ikut-ikutan. Dia baik.” Bela gue
            “Tetep aja Li, kita bertiga gag suka hubungan loe ama Elang, yang pasti kita gag setuju!!!”
Deg, harapan gue terasa pupus. Runtuh sudah. Sahabat-sahabat gue gag suka kalau gue pacaran ama Elang.
            Gue galau, gue bimbang. Dengan segala yang telah terjadi. Tiga sahabat gue ngasih dua pilihan yang sebenarnya kedua pilihan itu sama-sama penting bagi gue. Gue gag mau persahabatan gue hancur dan gue gag mau kehilangan pacar gue tercinta. Terus sekarang gue harus gimana? Gue harus bisa nyelesain masalah ini secepatnya. Yahhhhhhhhh SECEPATNYA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
            Tiap detik tiap menit gue hanya bisa mikir gimana jalan keluar dari masalah ini. Tiba-tiba ide konyol gue muncul. Gue harus membuat damai dari dua belah pihak. Hmmm tapi gimana caranya??? Itulah yang harus dipikirkan. Hadddddduuhhhh!!!! Karena kepala gue udah pusing mikirin masalah ini, gue hubungin aja Elang, mungkin aja dia tahu solusinya. Selain dia baik, dia juga pinter lhoooooooo. Setelah gue hubungin, dengan cepat Elang udah nyampe dirumah gue. Dia udah tau permasalahannya dan dia juga lagi mikirin gimana cara menyelesaiakan masalah ini. Nah, gue kasih tau ya kenapa Elang bisa jadi penggemar dangdut. Almarhum ibunya dulu adalah seorang penyanyi dangdut terkenal. Jadi darah dangdut dari ibunya itu udah mengalir di darahnya. Gitu, cerita singkatnya, cerita panjangnya lain kali aja yeeeeeeeeeeeeeee, hikz hikz hikz.
            “Gimana kalau kita bujuk satu persatu temen temen kita.” Kata Elang
            “Kita coba dech.”
            Gue udah sama sahabat gue disekolahan.
            “Gimana Li? Pilih sahabat atau pacar?
            “Aku mau dua-duanya!!!” Jawabku tegas
            “Gak bisa!!!”
            “Kenapa? Aku sayang kalian sebagai sahabatku dan aku juga mencintai Elang. Katanya kita solid, tapi mana? Kita gak boleh pecah gara-gara masalah sepele kayak gini. Kita harus tetap kayak dulu. Katanya kita cinta damai, tapi mana? Kita harus bisa nyelesain masalah dengan kepala dingin, jangan dengan emosi kayak gini. Aku rela melakukan apa saja, asal aku gag kehilangan kalian dan juga Elang.” Semua curahan hati gue, gue sampaikan pada mereka. Bersamaan dengan air mata yang gag bisa kubendung lagi. Semuanya diam membisu. Sunyi dan Tegang. Gue harap mereka berubah pikiran, gue harap mereka udah mencabut 2 pilihan itu, yang membuat gue bimbang akhir-akhir ini. Karena gue memang benar-benar tak mau kehilanagn Bryan, Johan, Edwin dan juga Roy, mereka sahabat-sahabat gue sejak SD. Musik rock telah menyatukan kita menjadi persahabatan yang solid. Mesti gue perempuan sendiri dalam persahabatan ini, tapi mereka tetap menghargai gue. Gue tahu hati mereka sebenarnya baik.
            Lalu Johan mengambil sapu tangannya dari sakunya. Dan memberikannya ke gue.
            “Usap air mata Loe itu, Lian. Shyerliana Dewi yang gue kenal, dia seorang cewek yang tegar. Gag pernah nangis kayak gini.” Gue terima sapu tangan dari Johan dan segera gue seka air mata ini. Tapi tetep aja air mata gue masih mengalir. Entah mengapa jadi seperti ini.
Dalam suasana tegang ini tiba-tiba terdengar suara yang tidak asing dari telinga gue.
            “Aku datang sobat!!” dengan tak terduga Roy muncul dari balik pintu kelas.
            “Roy gue butuh bantuan loe,,,,” Lirihku dalam hati. Ya, Roy muncul dengan tepat. Tampak Roy dengan luka-lukanya yang masih dalam proses pengobatan. Yang lebih mengejutkan lagi, dia datang tidak sendiri. Dia datang bersama  Elang dan kawan-kawannya.           “Gini sob, gue jelasin.” Roy mendekati kami yang nasih bingung dengan kejadian-kejadian ini. Mulai dari Roy datang dengan luka yang belum sembuh dan Roy datang bersama kawan-kawannya.
            “Mereka udah minta maaf ke gue dan udah mau tanggungjawab. Sebenarnya ini adalah kesalahpahaman. Dua hari yang lalu, salah satu teman mereka ada yang kecelakaan, bisa dibilang tabrak lari sih. Mereka kira yang nabrak itu anak punk tapi ternayata mereka salah informasi, yang nabrak itu orang lain. Nach, kemarin juga pas gue jalan-jalan ketaman, gue gag sengaja nabrak temen mereka soalnya gue jalannya sambil BBM-an. Kata Roy sambil nyengir. Roy melanjutkan penjelasannya setelah dia berhenti sejenak. “Karna mereka salah informasi, dengan spontan mereka langsung ngroyok gue. Tapi sekaarng mereka udah minta maaf dan mau tanggung jawab ke gue. Gue juga udah minta maaf pada mereka karena gue gag sengaja pas jalan nabrak salah satu temen mereka. Gue udah maafin mereka. Kuharap  kalian juga memaafkan mereka. Kita harus damai. Oke sob!!!!!!!!!!
            Pastinya gue setuju aja dengan pendapat Roy. Tapi gag tau dengan Bryan, Johan, E dwin. Tampaknya mereak masih pikir-pikir.
            “Kita damai.” Terdengar suara yang keluar dari mulut ke tiga sahabat gue.
            Horeeeee!!!!!!!!!!!! Yes yes yes. Sorak dalam hati gue, seneng banget dengernya. Tampak Elang yang dari tadi mukanya tegang, tersenyum bahagia. Saking senengnya gue sampe nangis terharu.
            “Sob, aku dan teman-temanku minta maaf dengan tulus sama kalian.” Kata Elang. Tanda damai, kita saling berjabat tangan. Elang mendekati gue. Dia mengusap air mata gue yang masih mengalir dengan tangannya.
            “Jangan nangis dong, sayang. Muka kamu makin jelek tuh kalau nangis.” Canda Elang. Nyebelin sich, tapi bisa buat gue senyum lagi. Sahabat-sahabat gue dan teman-teman Elang mesam-mesem ngeliat kelakuan Elang ama gue. Hehehe
TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik