Translate

profil tokoh puisi jawa suripah sadi butomo

Written By iqbal_editing on Minggu, 25 September 2016 | 17.58

2. SURIPAN SADI HUTOMO
Suripan Sadi Hutomo, lahir di Blora pada tanggal 5 Februari 1940 (meninggal dunia pada tanggal 19 Juni 2001). Beliau sering disebut sebagai HB Jassin-nya sastra Jawa karena aktivitas kritik sastra Jawanya di berbagai majalah berbahasa Jawa, seperti Jayabaya, Panjebar Semangat, Djaka Lodang, Mekarsari, Kumandhang, dan Dharma Nyata serta ketekunannya dalam mendokumentasikan karya sastra Jawa tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh HB Jassin terhadap sastra Indonesia.
Suripan menyelesaikan pendidikan SMA di Blora. Tahun 1968, ia lulus dari Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan Universitas Airlangga di Madang. Pada tanggal 3 Agustus 1987 mendapat gelar doctor dalam bidang filologi lisan dari Universitas Indonesia dengan judul disertasi “Cerita Kentrung Sarahwulan di Tuban”. Selanjutnya, ia menempuh posdoktoral di Universiteit Leiden, Belanda.
Keterlibatan Suripan dalam dunia kesusasteraan, baik sastra Indonesia maupun sastra Jawa, tidak hanya melalui tulisan, tetapi juga secara langsung dalam berbagai aktivitas yang berkaitan dengannya. Suripan aktif membina Organisasi Pengarang Sastra Jawa Pusat (OPSJ), anggota pembina Sarasehan Sastra Jawa di Ungaran, melakukan siaran apresiasi sastra di RRI dan TVRI Surabaya, memprakarsai dan mendanai berdirinya Paguyuban Pengarang Sastra Jawa Surabaya (PPSJS), memprakarsai dan merintis dibukannya Jurusan Bahasa dan Sastra Jawa di IKIP Surabaya, melakukan ceramah-ceramah sastra di berbagai forum, bersama dengan Basoeki Rahmat menjadi anggota pleno Dewan Kesenian Surabaya, dan sebagainya.
Meskipun keberadaannya sebagai akademisi dan kritikus sastra lebih menonjol dibandingkan dengan posisinya sebagai pengarang, Suripan juga menunjukan prestasi yang baik dalam dunia tulis menulis. Dua karyanya pernah mendapatkan penghargaan, yaitu (1) “Cumedhak” berupa puisi, juara I dalam lomba penulisan puisi oleh Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) pada tahun 1971 dan (2) “Apa Wis”, berupa gurit, terpilih sebagai pemenang lomba menulis gurit yang diselenggarakan Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT). Sebagai kritikus sastra, tulisannya yang berupa kritik juga pernah mendapatkan penghargaan yaitu (1) “Kringet Saka Tangan Prakosa: Kumpulan Crita Cekak St. Iesmaniasita” mendapat penghargaan dari Pusat Kesenian Jawa Tengah (PKJT) pada tahun 1974 dan (2) “Ngrembug Layang Jatiswara” yang terbit di majalah Jaya Baya pada tahun 1984 mendapat hadiah dari Proyek Javanologi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Karya-karya yang berupa buku teori dan kumpulan esai adalah (1) Telaah Kesusasteraan Jawa Modern ( Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1974), (2) Mutiara yang Terlupakan : Metode Penelitian Sastra Lisan (Fakultas Bahasa dan Seni IKIP Surabaya), (3) Sosiologi Sastra Jawa, (4) “Intoyo, Bapak Soneta Jawa Anyar” (Jaya Baya, 24 November 1974), (5) “Sepisan Maneh Bab Intoyo, Bapak Soneta Jawa Anyar” (Jaya Baya, 26 Januari 1975), (6) “Pengarang Wanita dalam Sastra Jawa” , (7) “Pengarang Iesmaniasita: Napas lan Lageyane ing Karya-Karyane” (Panjebar Semangat, 20 Agustus—3 September 1983), (8) “Organisasi Pengarang Sastra Jawa (OPSJ)”, dan (9) “Grup Diskusi Sastra Blora”.
Hasil karya sastranya antara lain (1) Angin Sumilir (Balai Pustaka, 1988, antologi guritan)
  1. Kidung Balada (Pusat Kesenian Jawa Tengah, 1980, antologi guritan), (2) Hartati (1988, kumpulan guritan), (3) Guritan : Antologi Puisi Jawa Modern 1940-1980 (Sinar Wijaya Surabaya, 1985), (4) "Kabar Saka Bendulmrisi:" "Ing Kreteg Kaliwangan Ana Rembulan Jingga: Kagem Hari Astuti Sisihanku" dalam Kabar Saka Bendulmrisi: Kumpulan Guritan (PPSJS, 2001), (5) "Kelipe Lampu Kapal" dalam Drona Gugat (Bukan Panitia Parade Seni WR Supratman, 1995), (6) “Prawan Cilik” (Jaya Baya no. 10 tahun 1967, guritan), (7) “Pelabuhan Semarang’ (Jaya Baya no. 30, 1969), (8) “Iki Sonet” (Jaya Baya no. 6, 1972), dan (9) “Cepu Katresnan” (Jaya Baya no. 7, 1974)

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik