Belajar Sejarah Perang Dunia dari Sebuah Novel
Fall of Giants (Runtuhnya Dinasti Raksasa)
oleh Ken Follett
Penerjemah: Alphonsus C. Putro
Esensi; Oktober 2010
ISBN 978-979-099-304-4
Rate: 4/5
Franz Ferdinand terbunuh di Sarajevo. Kaisar Austria-Hungaria yang
tidak terima putra mahkotanya tiada berniat menginvasi Serbia, tempat
di mana sang putra mahkota terbunuh dan pihak yang diduga bertanggung
jawab atas pembunuhan tersebut. Bersama sekutunya yang setia, Jerman,
mereka ingin membuat Serbia mempertanggung jawabkan peristiwa naas
tersebut. Sekutu Serbia pun tidak tinggal diam. Rusia dengan kekuatan
prajurit terbesar di dunia bersiap memobilisasi pasukannya ke perbatasan
barat Rusia. Inggris dan Prancis yang merupakan sekutu Rusia juga ikut
bereaksi.Kejadian-kejadian itu mengejutkan Fitz dan Walter. Mereka sudah lama bersahabat, tetapi kejadian itu membuat mereka harus berperang satu sama lain. Fitz memimpin pasukan Inggris dan Walter memimpin pasukan Jerman. Billy juga harus meninggalkan pekerjaannya sebagai penambang batu bara di Wales untuk bergabung dengan militer membela panji Inggris Raya. Gus Dewar juga harus meninggalkan karier politiknya sebagai penasihat presiden ketika Jerman menerapkan perang kapal selam tak terbatas yang membuat AS ikut berperang. Dan jauh di timur Eropa Grigori terpaksa bergabung dengan militer Rusia karena memiliki masalah dengan kepolisian Rusia.
Mereka semua berasal dari lima keluarga yang berbeda dan lima negara yang berbeda pula. Namun satu takdir membuat mereka saling terkait satu sama lain, yaitu Perang Dunia I. Mereka harus menghadapi kenyataan bahwa terkadang kawan bisa menjadi lawan, dan lawan pun bisa menjadi kawan.
***
Buku ini sangat berbobot. Berbobot dalam makna denotatif maupun
konotatif. Bagaimana tidak? Dengan dimensi panjang 24,5 cm, lebar 17,5
cm, tebal 6 cm (xiv + 928 halaman), serta sampul hardcover
benar-benar membuat buku ini kokoh dan berbobot. Begitu juga isi buku
ini. Mengambil latar belakang sejarah Perang Dunia I menjadikan buku ini
sebagai sebuah novel historis yang padat akan informasi dan data
sejarah nan akurat yang mampu membuat kita secara tidak langsung (dan
tidak sadar) juga belajar sejarah.Kemampuan Ken Follett dalam menulis novel historis tidak perlu diragukan lagi. Sebelum buku ini dia sudah menulis beberapa novel dengan genre serupa, di antaranya adalah The Pillars of the Earth dan World Without End, yang keduanya merupakan international bestseller. Jadi menggabungkan cerita fiksi dengan fakta-fakta sejarah sudah bukan hal yang baru lagi bagi Ken Follett.
Bagi penikmat sejarah dunia, melihat judul dan setting buku ini saja sudah kelihatan ke mana arah buku ini. Perang Dunia I jelas menjadi peristiwa utama yang diangkat dalam buku ini. Selain itu ada peristiwa lain yang diangkat dalam buku ini dengan porsi yang berimbang, yaitu Revolusi Bolshevik di Rusia dan perjuangan hak suara pemilu bagi wanita di Inggris. Ketiga peristiwa inilah yang memicu keruntuhan dinasti yang telah memimpin Eropa begitu lama, antara lain Kekaisaran Rusia, Kekaisaran Jerman, dan Kekaisaran Austria-Hungaria.
Kompleksnya peristiwa-peristiwa selama Perang Dunia I itulah yang membuat tokoh di dalam buku ini menjadi begitu banyak dan juga kompleks. Dalam buku ini Ken Follett menghadirkan tokoh utama yang berasal dari lima keluarga dan dari lima negara yang berbeda pula. Kelima negara tersebut juga merupakan “peserta” Perang Dunia I. Mereka adalah Earl Fitzherbert atau Fitz dan adiknya, Maud dari Inggris, kakak beradik Ethel dan Billy Williams dari Wales, Walter von Ulrich dari Jerman, Gus Dewar dari AS, dan kakak beradik Grigori dan Lev Peshkov. Selain tokoh-tokoh fiktif tersebut ada pula tokoh-tokoh yang benar-benar ada dalam sejarah, seperti Woodrow Wilson, Winston Churchill, David Lloyd George, Kaiser Wilhelm II, Raja George V, Sir Edward Grey, Arthur Zimmermann, Pangeran Lichnowsky, Leon Trotsky, dan Lenin. Semuanya mampu dijabarkan dengan baik oleh Ken Follett lewat sudut pandang orang ketiga sehingga kita tidak akan bingung dengan banyaknya penokohan tersebut.
Alur cerita buku ini menurut saya sedang-sedang saja, tapi cenderung ke lambat. Mungkin hal itu disebabkan banyaknya tokoh yang ada dalam buku ini. Penggunaan sudut pandang orang ketiga dalam gaya bercerita sangat membantu kita untuk mengikuti alur cerita buku ini dengan mudah. Apalagi dengan tokoh utama sebanyak itu. Penerjemahan yang baik dan penggunaan ukuran huruf yang pas membuat kita semakin nyaman untuk membaca buku ini. Namun, ada satu dua hal dalam penerjemahan yang membuat saya kurang nyaman, yaitu dalam sapaan. Jika kita terbiasa membaca kalimat sapaan “Selamat pagi, Mr./Mrs. Dewar” maka dalam buku ini akan menjadi “Selamat pagi, Tuan/Nyonya Dewar”. Selain itu kata sapaan “Sir” juga diterjemahkan menjadi “Pak” dalam buku ini. Hal tersebut memang terkesan sepele, tapi bagi saya hal itu agak “mengganggu”. Bayangkan jika kita terbiasa dalam menyebut kucing Filch dalam buku Harry Potter dengan Mrs. Norris, lalu menjadi Nyonya Norris. Atau Mr. Potter menjadi Tuan Potter. Terasa janggal, kan?
Secara keseluruhan buku ini sudah menyajikan yang terbaik bagi pembaca. Baik dari segi kemasan maupun isi. Meskipun masih ada beberapa kekurangan, menurut saya tidak terlalu mengganggu kenikmatan membaca secara keseluruhan. Buku ini mungkin memang tergolong buku yang berat, tapi ketika kita membacanya saya yakin pasti terasa akan “seringan” membaca Harry Potter.
0 komentar:
Posting Komentar