Ayam Rasa Cinta (cerpen)
Sekarang aku sedang menunggu temanku Bunga di halte bus. Entah sudah berapa kali aku melirik jam tangan mungil di tangan kiriku, jarum pendeknya tepat di angka tiga. Ups… Bunga telat lagi! Sebentar aku melirik terotoran yang dipenuhi oleh penjalan kaki yang kepanansan—seperti aku sekarang—mereka menggunakan handuk kecil untuk sekedar menutup sebagian kepalanya, atau dengan payung atau juga koran. Hm… aku menemukan yang lain, di sampingku ada beebrapa orang mencoba mencari sedikit angin dari kipasan tangan mereka. Aku memang harus mengakui kalau hari ini memang panas sekali padahal hari sudah hampir sore. Mungkin matahari sedang marah pada manusia yang senaknya mengotori alam dengan polusi. Mungkin nanti sore atau malam akan turun hujan.
Tampak sosok berambut lurus, sebahu, tertata sangat rapih, warna hitam khas Indonesia melapisi rambutnya. Siapa lagi kalo bukan Bunga? Dia berlari kecil mendekat ke arahku.
Dengan muka seperti habis lari marathon Bunga memasang muka memelasnya. Tapi aku terlanjur kesal karena terlalu lama menunggu, “Woiiii… kurang lama gue nunggu lo!!! Kepanasan nih!” teriakku tanpa malu, tentu diiringi pelototan mata dari orang-orang yang kenapasan di sekitarku.
Bunga cuma bisa meringis, lalu coba memecah rasa kesalku, “kita mau makan di mana?” tanyanya.
“Terserah gue!” jawabku ketus.
“Galak banget sih? Ya udah gue nurut deh lo mau ajak gue ke mana aja asal lo jangan marah sama gue.” Kata Bunga memasang wajah memelas.
“Bener lo nurut ya sama gue hari ini aja?” Tanyaku dengan mukaku.
“Iaa sebagai tanda maaf gue…” akhirnya Bunga bisa juga bikin aku tidak cemberut lagi.
^_^
sampai deh aku dan Bunga di sebuah tempat yang tidak terlalu kecil dan tidak juga terlalu besar. Tapi terlihat nyaman buat tempat makan santai. Warna merah melapisi semua dinding ruangan. hm… tapi aroma yang tidak disukai Bunga sangat tercium dengan jelas. Membuatnya meringis.
“KFC?!” Pekik Bunga kelabakan.
“Iya, bener banget,” jawabku tanpa dosa.
“Lo udah gila ya? Ini isinya ayam semua? Gue udah tahu dari namanya aja KFC. Pasti ayam melulu isi menunya. Gak mau gue makan di sini! Baunya aja udah bikin gue pengen masuk ke surga apa lagi nyobain makanannya? Gue bisa mati dadakan!” Bunga hampir marah.
“Coba dulu baru bilang gak suka,” kataku berusaha menenangkannya.
“GAK!” seru Bunga dengan muka marah.
“Ayo dong, kan lo udah janji mau nurut sama gue? Nanti gue marah lagi ya?” kataku agak memaksa, “hm… gini deh lo temenein gue aja makan gimana? Lo mesen makanan yang gak pake ayam. Ada kok? Pasti lo laper kan?” Bunga pun mengangguk pelan dan malas.
“Nah gitu donk!” Seruku senang.
Pertama biar dia biasa dulu sama bau ayam… nanti baru aku paksa dia makan ayam goreng. Bisik hatiku sambil masuk ke dalam ruangan serba merah itu.
“LIta, kok harus makan di tempat ini sih? Kan lo tau gue anti banget sama bau ayam? Emang sih tempatnya enak tapi…” kata Bunga sambil meringis kebauan.
Belum selesai Bunga mengakhiri ucapannya aku cepat-cepat memotongnya, “maka dari itu gue bawa lo ke sini. Biar phobia aneh lo tu ilang. Karena gue peduli sama lo. Bunga lo tau gak? Gak ada yang gak enak sebelum lo coba. Kan lo belum tahu rasanya tapi kok lo gitu aja kasih penilaian kalau ayam tu gak enak?” Aku mulai menyantap ayam goreng dan nasi di sela ocehanku.
“Gue gak pernah bilang gak enak. Cuma gue tiba-tiba aja kalau nyuim baunya bikin gue enek. Gue juga bingung, Ta.”
“Gak da sebabnya?” kata Bunga meringis.
Sebenrnya aku tidak tega memaksanya ke tempat ini. Tapi karena rasa peduliku padanya phobia-nya sama ayam, mau tidak mau aku harus bisa buat dia sembuh dari phobia-nya.
“Hm… ada siy, dulu waktu gue kecil gue pernah makan ayam bakar terus masih ada darahnya. Gue jadi jijik. Makanya walapun cuma cium baunya aja gue udah enek gak kepalang.”
“Ini kan ayam goreng bukan ayam bakar. Lebih terjamin kok. Jadi lo cobain deh dulu ya? Masa udah gue traktir kombo double buat kita berdua malah lo gak makan. Itu atrinya lo gak ngehargain gue,” aku memasang muka kecewaku dan membuatnya jadi tidak tega.
“Maaf Ta, gue belum bisa ngilagin rasa phobia gue deh kayaknya. Hm… ini boleh gak gue bungkus?”
“Buat apa?”
“buat kucing gue, si Marry. Dia suka banget makan ayam. Biasanya gue kasih makanan yang berbau ayam walaupun gue gak suka ayam. Gue mau coba kasih ayam goreng bukan ayam yang udah diolah buat makanan kucing. Kayaknya mending gue kasih makanan ini ke kucing gue aja gimana? Boleh ya, Ta?”
“Duh… segitu pedulinya lo sama kucing tapi lo gak peduli sama diri lo?” ucapku agak sinis tapi ingin ketawa. Abisnya lucu gitu ya, kok bisa-bisanya Bunga kepikiran sama kucingnya. Hihihi… jadi salut punya temen peduli banget sama hewan peliharaannya.
“Maksud lo gak peduli sama diri gue?” Tanya Bunga bingung.
“Iya, hm… lo kan belum makan siang. Dapet traktiran tapi malah inget sama kucing lo? Gue jadi kagum. Gue bangga punya temen kayak lo. Ya boleh lah. Kalo gue bilang gak berarti gue gak punya hati dong?”
Waw, hebat juga efek kombo double KFC jadi bikin aku dan Bunga gak marahan lagi. Bisik hatiku senang.
^_^
“Ya Ampun, KFC lagi? Lo mau ngebunuh gue pelan-pelan? Lo kan udah tau gue phobia banget sama yang berbau ayam,”
“Gak kok! Justru gue mau bikin phobia lo ilang. karena gue sayang dan peduli banget sama lo, gue pengen lo gak punya phobia apapun. Gue mohon, sekali ini aja? Sebagai tanda persahabatan kita,” akhirnya aku pun berhasil memasang wajah memelasku.
“Males ah…!” tapi Bunga belum bergeming.
“Gue traktir lagi! Tapi hari ini lo harus makan ayam, gak boleh dikasih ke kucing lagi! Gue mau phobia lo ilang! Sekali ini aja lo nurut sama gue, susah banget ya? Siapa tau aja lo suka sama ayam goreng di sini? Ayo dong Bunga sekali ini aja!”
Sepertinya Bunga malas mendengar celotehanku. Aku melihat tatapan Bunga malah memusat pada bagian lain. Cowok berseragam merah lengkap dengan topi merah, baru saja turun dari motor bebek warna hitam. Kaca matanya tidak membuatnya cupu justru membuatnya lebih keren. Aku yang menyadari hal itu langsung mengibaskan tangannya ke arah wajah Bunga.
“Kenapa lo? Kok bengong?” Tanyaku pura-pura tidak tahu apa yang membuatnya bengong. Dan satu ide muncul di benakku.
Bunga menggaruk kepalanya, “ganteng banget…” kata Bunga pelan sambil menutup mulutnya dengan ke dua telapak tangannya.
“Mana?” kataku lagi-lagi pura-pura mencari sosok cowok tadi.
“Itu!” Bunga menjulurkan jari telunjuknya ke arah cowok tadi berdiri.
Tapi cowok tadi sudah menghilang, aku jadi bisa bilang “Ah, ngayal lo. Gak ada apa-apa kok?”
pasti udah masuk, kataku dalam hati dan langsung semangat menggandeng tangan Bunga masuk ke dalam KFC, dan hal ini bisa melanjarkan ideku tadi. Aku pun mencari sosok cowok tadi. Dan benar cowok tadi kerja di KFC. Seragam merah khas KCF melekat di tubuhnya. Dia menjaga kasir. Tadinya aku mau menarik lengan Bunga masuk ke dalam ruangan tapi kok terbalik ya? Malah Bunga yang menarik tanganku ke dalam. Hei, kenapa nih?
“Lo beneran kan traktir gue?” Tagih bunga sambil melotot ke arahku, aku cuma bisa mengiakan.
Bunga terlihat semangat. Entah kemana rasa phobia ayamnya hilang begitu saja.
“Kita duduk di situ ya?” Bunga menyeret tanganku ke kursi dekat kasir. Hm… pasti dia pikir supaya bisa melihat cowok tadi. memang tempat ini pasti paling strategis buat dia lihat dengan jelas cowok tadi lagi.
“Ta,biar gue aja ya yang pesen ke kasirnya? Tapi duitnya mana?” kata Bunga dengan semangat yang baru saja diisi ulang. Aku jadi garuk-garuk kepala. Binggung sama tinggah aneh Bungga.
“Iya deh… gue tunggu di sini ya? Oia, gue pesen Packet attack aja ya? ” Aku pun mengeluarkan uang lima puluh ribuan. Bunga menunjukan ibu jarinya tanda setuju.
Karena rasa penasaran aku jadi mengikutinya dari belakang. Ternyata dia mengantri di barisan paling panjang. Ih… dasar aneh. Pertama aku pikir mungkin dia sengaja pilih yang antriannya panjang supaya tidak tercium sekali bau ayamnya. Tapi kan jadi lama. Kan ada kasir yang agak sepian dari kasir yang Bunga pilih.
Aku tahu, mataku menangkap sosok cowok yang tadi aku dan Bunga temui. Dia menjaga kasir yang di pilih Bunga. Hm… segitunya ya pengaruh cowok? Sampe bunga rela cuek sama phobia-nya? Benar-benar di luar akal pikiran. Bunga masih waras kan? Hhh… jadi bingung.
Lima menit, limabelas menit, tiga puluh menit, hampir satu jam Bunga masih saja berdiri mengantri. Dan aku pun masih betah mengamatinya dari kasir pojok kanan yang tanpa penjaga kasir. Kakiku terasa sangat pegal. Hm… pasti Bunga juga merasakan hal yang sama. Antrian pun sudah berkurang banyak. Bunga sudah sampai di barisan tiga depan menghadap kasir. Wajah lucu, menggemaskan punya si cowok membuat Bunga jadi salah tingkah. Sepertinya dia bingung mau pesan apa. Dia Cuma diam dan diam saja.
“Mau pesan apa, silahkan?” Tanya si cowok kasir yang menggemaskan.
Bunga belum menjawab, sepertinya Bunga masih bingung mau jawab apa. Lima menit berlalu tanpa suara apapun. Tampak kaki Bunga agak menggigil. Sepertinya dia bukan hanya phobia sama ayam tapi sama cowok juga ya? Aku jadi ingin tertawa melihat garakan tubuh temanku.
“Mau pesan apa, silahkan?” Ulang si cowok kasir yang menggemaskan.
“Paket… paket cinta,” jawab Bunga dengan ekspresi tidak banget. Aku tahan tawaku.
“Paket cinta?” kerutan mampir di kening si cowok, “adanya packet attack, packet panas, paket jumbo, kombo hit list dan kombo double, atau mau pesan paket lain? Hm… bisa liat yang ada di daftar menu KFC. Oia, memangnya mbak ini mau makan sendiri atau dengan teman?”
“Hm… berdua sama teman sih.“
oh, kalau sama teman. Dan cuma berdua kayaknya tepat deh packet double kombo hits list gimana Mbak mau coba?” Bunga mengangguk pasrah tanpa tahu apa yang dia pesan. Tidak selang lima menit pesanan Bunga sudah sampai. Bunga menahan napasnya saat melihat apa yang ada di depannya. Rasanya jantungnya minta cuti untuk berdetak.
“Ayam?” Teriak Bunga dalam hati. Masih gak percaya kalau dirinya baru saja memesan makanan yang paling dia benci. Tapi Bunga tidak punya pilihan lain selain membawa baki berisi makanan yang dia benci. Dengan senyum terpaksa Bunga pun meninggalkan kasir. Aku langsung lari buru-buru ke tempat meja yang tadi Bunga pilih.
Sejenak ku perhatikan apa yang Bunga bawa,” lo pesen ayam goreng juga?” Bunga tidak menjawab apa pun, hanya menggaruk kepalanya yang pasti tidak gatal. “tadi kan gue pesennya packet attack bukan packet double kombo hits list?” kataku menyalahkanya.
“Hm… gue gak tau, Ta. Maaf..” katanya dengan muka bersalah. Aku menahan tawa.
“Ya udah tapi dimakan loh! Awas aja di kasih kucing lagi! Kan lo sendiri yang mesen. Rugi gue kalo gue yang traktrir tapi di kasih kucing!” kataku sambil memsang muka memaksa. Bunga cuma menunduk. Meratapi kebodohannya.
^_^
“Ta, nanti kita makan siang bareng lagi yuk?” kata Bunga yang abru datang dan langsung duduk si sampingku.
Aku yang sedang membaca novel sambil duduk di bangku kayu di bawah pohon beringin di taman kampus, langsung menoleh ke arah suara nyaring. “makan siang? Kita kan hari ini jam kuliahnya sampe sore?” aku menjawab agak malas, habisnya Bunga ganggu acara baca novelku.
“Pak Dodo dosen akuntansi yang palanya licin tapi baik hati tidak sombong dan menyayangi sesame juga rajin menbung, kan sekarang gak masuk sekarang?” ucap Bunga panjang lebar.
“Cieee ilaaah… segitunya lo tau banyak ya tetang Pak Dodo?” Aku tesenyum jail.
“Yeee enak aja,” Bunga menepuk pundakku, “gue tu up to date, ga kaya lo kerjaan’a jadi penunggu pohon beringin. Udah jadi mau gak?”
“Makan di mana?”
“KFC donk,” kata Bunga berseri-seri.
“Apa? Gue gak salah denger kan?”
Bunga menggeleng sambil bilang, “gak kok,” dengan muka polosnya.
Aku tersenyum aneh, “lo yakin? Kemaren gue trakrir aja ribet sekarang ngajak? Ada yang gak beres nih?” kataku sambil mengedipkan sebelah mata usil.”
Bunga menunduk, “hm… gue ketagihan nih sama ayam rasa cinta,” kata Bunga pelan.
Aku terkejut dengan ucapan Bunga, ”Apa Ayam rasa cinta? Gimana rasanya tu ayam?” aku tidak bisa menahan tawa. Aku terbelalak.
“Ih.. kok malah ketawa. Gue serius!” Bunga tampak kesal.
“Iya iya… tapi, cerita dulu apa alesan lo kok bisa ilang phobia lo sama ayam?”
“Hm… gue kan udah bilang. Gue ketagihan sama ayam rasa cinta.”
“Nah, ayam rasa cinta itu kayak gimana?”
“Emang ya gue tuh gak bisa gak curhat sama lo!”
“Ehehehe… ya curhat aja lah? Emang kenapa sih?”
“Itu, kemarin kan kita ke KFC terus terpaksa gue maksa makan ayam goreng. Hm… ternyata bener juga kata lo, Gak ada yang gak enak sebelum lo coba. Abis gue coba ternyata ayam crispy tu enak juga, Ta. Hm… pa lagi pas makan bisa liat cowok ganteng. Hm… phobia gue kayaknya ilang deh. Tapi… baru ayam crispy aja yang gue rasa enak. Soalnya kemarin sore gue masih takut liat ayam tetangga di potong depan rumah gue. Gue langsung nangis Ta liat darahnya,” kata Bunga sambil tersenyum.
“Wah… gue seneng dengernya. Ya, apapun ada prosesnya. Gak langsung phobia lo ilang gitu aja. Butuh waktu,” kataku sok bijaksana.
“Eh Ta, jangan-jangan sebenernya gue tuh phobianya sama darah bukan sama ayam? Tapi… gue enek kalo nyium bau ayam… aduh gue bingung deh,” Bunga menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“yang lebih tepat kayaknya lo phobia sama darah ayam dan bau ayam deh. Kalo sama daging ayam dan cowok ganteng kayaknya lo gak phobia ya? Buktinya lo jadi pengen lagi lagi dan lagi…” kataku sambil tertawa.
^_^
Sudah seminggu Bunga dan cowok yang ternyata mempunyai nama Kevin—si penjaga kasir KFC—jadi semakin dekat. Gara-gara ku juga sih—narsis dikit—yang nyomblangin mereka. Mana berani Bunga PDKT duluan. Secara Kevin tipe cowok pendiam dan Bunga tipe cewek malu-malu tapi mau. Gak harus ditanya, sudah kelihatan kalau memang Kevin pendiam. Terlhiat kok dari penampilannya yang cool, rambutnya gaya emo gitu tapi pake kaca mata free frame. Lucu dan menggemaskan banget deh penmpilannya. Sehari sehabis Bunga mengajakku makan siang bareng, dia juga menaraktirku tapi dengan syarat, ya aku harus mencombanginya. Dan cuma seminggu mereka sudah seperti perangko dan amplom. Nempel terus. Aku berhasil! Ada yang mau pakai jasaku? Ehehe…
Hari ini aku punya rencana buat kasih kejutan sama mereka. Karena hari ini bertepatan dengan hari valentine. Jadi ini memang hari yang benar-benar tepat buat menjlankan jurus terakhir sebagai mak combalng dadakan. Mau tahu apa yang aku udah rencanain? Aku udah siapin tempat istemewa buat mereka.
Waktu itu Bunga sedang menginap di rumahku karena orang tuanya sedang pergi ke luar kota untuk urusan kerja. Ide jailku pun datang saat Bunga mandi. Dia meninggalkan hand pphone-nya di tempat didurku. Diam-diam aku mengirim sms ke Kevin dengan nomer Bunga. Hm… pasti seru! isi smsnya yaitu :
Bisa gak waktu valentine kita ketemuan di pantai?
Jam lima di tempat dulu
kita pertama kali jalan bareng
Ada yang mau aku omongin.
Tidak selang lima menit Kevin sudah membalas smsku yang pasti dia kira dari Bunga. Tanda-tanda baik nih. Isinya mengiakan. Besoknya aku mengajak Kevin ketemuan. Aku mengajaknya makan siang bareng tanpa pengetahuan Bunga. Dengan alasan mau curhat tentang Bunga. Dan di tengah obrolan aku pura-pura tidak bawa hand phone, aku pun meminjam hand phone Kevin, dengan alasan mau sms teman. Tanpa tanya apapun Kevin meminjamkan hand phone-nya. Jadi dengan bebas aku meng-sms Bunga. Isinya sama seperti sms yang ku kirim ke Kevin. Ya, mengajaknya ketemuan. Bunga mebalasnya dalam waktu satu menit kurang, dengan jawaban setuju. Waw! Semangatnya dia. Ehehehe… semoga rencanaku berjalan jancar.
Tempat istimewanya yaitu, pantai dekat rumah. Waktu sore nanti, menjelang matahari ingin tenggelam mereka akan bertemu di sana. Tatanan meja bulat dengan sepasang bangku kayu terlapis kain merah muda. Dan hidangan murah meriah menghiasi meja kayu. Ada kue tart berbentuk hati warna pink dengan strawberry menghiasi atas kue tart itu. Dua gelas berisi jus strawberry, tentunya berwarna merah senada dengan warna bunga mawar merah yang merdiri anggun di pas bunga menghiasi meja kayu bulat.
Aku sudah datang setengah jam sebelum jam janjian mereka. Yup, aku tidak mau tertinggal satu adengan pun. Dengan hati harap-harap cemas. Takut ketahuan. Tapi semoga tidak. Waw, kurang dari lima belas menit dari jam yang ditentukanku, Kevin sudah datang. Kaos polos hitam tangan panjangnya membuatnya sanngat keren tapi santai. beberapa menit kemudian aku menemukan sosok cantik dengan gaun merah muda berjalan anggun menuju Kevin duduk. Bunga melambaikan tangan kanannya sambil tersenyum ceria. Kevin pun membalasnya dengan senyuman. Wah… rencanaku tinggal selangkah lagi. Dan selangah lagi aku bisa dinobatkan menjadi Mak Comblang.
Senja mulai menyapa. Langit mulai menjingga. Matahari seprtinya sudah mulai lelah dia sudah siap-siap berpamitan tidur. Rona jingga di langit melengkapi suasana jingga juga di hati Kevin dan Bunga. Mereka duduk berhadapan. Aku mengintip dari balik pohon kelapa yang tidak jauh dari meja tempat Kevin dan Bunga menunggu matahari tenggelam. Dari sini aku bisa mendnegar obrolan mereka.
“Kamu ngajak aku ketemuan ada apa? Katanya mau ada yang diomongin?” tanya Bunga malu-malu.
Kevin terlihat bingung dengan pertanyaan Bunga, “hm… diomongin?”
“Iya, kan kamu yang sms aku supaya datang. Hm… tempatnya romantris banget. Aku gak nyangka kamu bisa romantis ini ya,” kata Bunga dengan warna pipinya yang hampir sama dengan warna kue tart.
“Hah? Sms? Aku? Bukannya kamu yang sms aku…?” kata Kevin polos. Aduh… bodoh! Rasanya aku mau menepuk kepala Kevin dengan buah kepala. Bunga jagi salah tingkah mendengar ucapan Kevin.
Lima menit… sepuluh menit… dua puluh menit… Aw… aku jadi geregetan! Mereka Cuma diam sambil emnyantap makanan masing-msing. Rencanaku tidak berjalan mulus. Aku jadi tidak tahan melihat pemandangan ini. Tanpa sadar aku keluar dari persembunyianku, “Woi kanpan nembaknya nih? Keburu low bat deh hand phone gue nih, buat ngerekam adegan teromantis tahun 2010! Masa udah hampir setengah jam cuma diem-dieman aja? Mana ekspresinya!!!” mereka tampak kaget dengan kehadiranku. Tapi lalu mereka melotot kesal ke arahku.
“Jadi ini rencana konyol lo?” jerit Bunga.
“Rencana cinta,” kataku santai tanpa dosa, “udah deh Kevin tembak tu Bunga. Nunggu apa lagi sih? Tar keburu si Bunga lumutan nunggu lo gak nembak-nembak,” kataku sambil tertawa.
Bunga meolotot makin lebar, tapi Kevin terlihat tersenyum, “Lita, gue cekik lo ya!!!” Bunga bangun lalu mengejarku.
Dia menjambak rambut hitam dan halusku, “ya ampun, ini kan bagian dari rencana combalangan gue. Kan lo yang minta gue nyombalangin lo sama Kevin,” kataku tapa dosa.
“Hm… jadi kamu minta Lita nyombangin kita?” Kevin melerai aku dan Bunga yang sedang perang rambut. Bunga langsung tersipu malu.
“Hm… anu… hm… itu… gak.. kok… eh, tapi… aku… hm… cumaa… eh…”
“Udah ngaku aja!” aku menepuk pundak Bunga.
Kevin tersenyum ke arahku, lalu dia meraih tangan Bunga, “mau gak besok makan ayam rasa cinta bareng aku di KFC ?” tanya Kevin dengan senyum temanisnya. Bunga tersipu, lalu mengangguk mengiyakannya.
“Cieeee… gaya lo nembak boleh juga, Kevin. Gak pake aku sayang kamu, kamu kamu gak jadi pacarku gitu nih?” kataku dengan nada menyindir.
“Gak perlu, gue udah tau kok jawaban Bunga apa,” kata Kevin sambil menatap mata Bunga dalam-dalam.
“Natapnya jangan dalam-dalam donk Kevin kalo dalam-dalam nanti tenggelam loh,” kataku dengan nada usil.
“Lita…!!!” teriak mereka bersamaan.
^_^ selesai ^_^
0 komentar:
Posting Komentar