Lelah rasanya pagi ini. Biasanya aku bangun agak siang, untuk kali
ini dan mungkin untuk seterusnya harus bangun lebih pagi. Setelah itu
aku harus mandi dan berperang dengan dinginnya hawa pagi. Cepat-cepat
ganti baju lalu sarapan. Setelah sarapan, aku pun dipanggil oleh
temanku, pertanda akan dimulainya perjalanan 4,5 kilometer. Ya, benar,
itulah jarak yang harus kutempuh agar aku sampai di sekolah, dan itu
harus aku tempuh dengan sepeda.
Sebut saja temanku tadi Syahrul dan Wawan. Mereka merupakan teman SD
dan teman SMPku. Walaupun di SMP, kami sudah berbeda kelas. Tetapi
rasanya kebersaman tetap ada saat bersepeda seperti ini.
Perjalanan pun dimulai, biasanya, kami bertiga memperbincangkan
sesuatu sepanjang perjalanan, tetapi diusahakan agar tetap fokus dalam
berkendara dan taat berlalu lintas.
Dalam perjalanan, suka duka mesti aku temui. Di dalam hatiku,
tersirat rasa bangga, karena aku bersepeda, sehingga dapat mengurangi
polusi, sekaligus menunjukkan bahwa aku bisa berolahraga, karena, di
kelas, aku dikenal sebagai anak yang pemalas dan tidak bisa berolahraga.
Tetapi, tersirat juga di hatiku, perasaan minder melihat teman-temanku
naik motor. Iya, masih SMP sudah naik motor. Mungkin bagi kita semua,
khususnya yang sangat mengerti keamanan berkendara, mengganggap ini
suatu pelanggaran total. Tetapi, peraturan dapat dikalahkan oleh realita
yang sudah terjadi. Mungkin teman-temanku itu mengikuti tren masa kini.
Apalagi yang laki-laki, akan merasa minder kalau belum naik motor. Hal
itu pun ditunjang lagi dengan fenomena zaman sekarang, kecil-kecil sudah
pacaran.
Aku pun terkadang merasa dikucilkan, karena naik sepeda merupakan hal
terhina yang pernah diketemukan oleh teman-temanku yang memiliki motor
dan kesombongan yang tinggi. Rasa sedih di dalam hatiku terkadang
bertambah saat cuaca juga mengacaukannya.
Saat pulang, aku harus melewati persawahan yang lumayan luas. Kalau
cuaca cerah, resiko yang aku dan temanku terima ialah kepanasan. Kalau
cuaca hujan, resiko yang kami terima ialah kehujanan, dan mungkin bisa
bertambah jika terjadi petir.
Itulah sedikit penggalan kisah pilu, yang terus mengikuti diriku saat
sekolah. Mudah-mudahan, kalian semua, tidak akan mengalami hal
tersebut.
Cerpen Karangan: Wildan Hasibuan Amriansyah
0 komentar:
Posting Komentar