PANTAI YANG MENJAUH
Cerpen NN
Gerimis
turun perlahan seiring langkah kakiku keluar dari pintu pesawat menuju
ke ruang kedatangan bandara Ahmad Yani Semarang. Semarangku, betapa aku
merindukanmu.
Bulan Desember di kota Semarang, tidaklah semeriah
kota Manila. Tidak ada hiasan natal di penjuru kota, tidak ada choir
indah yang mengalunkan lagu-lagu natal. Yang ada hanya kesunyian,
sesunyi hatiku yang merindukan kota ini, dan semua yang bercokol
didalamnya.
Kulihat ke area penjemputan, dari kejauhan kulihat mamaku
yang tersenyum bahagia menyambutku. Si kecil Austin, keponakan
tersayangku berlari kencang memeluk tubuhku. Kudekap erat mahkluk kecil
ini dalam pelukku, dan semenit kemudian kudengar semua ocehannya tentang
kado natal yang sudah dipesannya jauh-jauh hari.
Sore itu, Semarang
diguyur hujan. Sambil menyetir mobil, terdengar alunan musik dari radio
RCTFM, yang berslogan” radionya orang Semarang”. Ah Semarang, aku begitu
merindukan tempat ini. Ada sesak yang hebat di dadaku, saat kusadari
aku hanya sendirian didalam mobil ini. Mobil yang sudah sepuluh tahun
ini menjadi sahabatku, dan juga saksi perjalananku bersama dia. dan otak
ini seolah mengingatkan aku untuk tidak melupakan, alasanku kembali ke
Semarang saat ini.
14 Maret 2001, Astro Cafe
“Hi...”
“Hi juga..”
“Temannya Indra ya??” kata nya padaku.
“iya, kenapa emangnya?”
“enggak papa..aku juga temennya Indra kok” sahutnya santai.
“oo..ya udah kalau gitu” sambungku cepat, untuk menutup pembicaraan singkat itu segera.
Huh,
pasti dia adalah satu dari sekian cowok yang ingin mencoba mendekatiku,
pikir hati kecilku. Setelah perselingkuhan Denny, rasanya lebih senang
untuk berteman dulu dengan diri sendiri. Aku tidak siap membuka hati ini
lagi untuk terluka.
“Kenalin, namaku Bayu” katanya dengan percaya diri.
Aku hanya menjabat tangannya sambil lalu, dan kembali menghisap dalam rokok sampoerna merahku.
“Nama kamu siapa?” sambungnya lagi
“penting ya, namaku siapa?”
“ya sudah, kalau gitu kasih aja nomer telponmu, kalau gak mau ngasih nama” katanya sambil tertawa.
“loh..nama aja aku gak merasa perlu ngasih, kenapa juga aku harus kasih nomer telponku”, ujarku lagi dengan ketusnya.
“ealah..sadis banget jadi cewek!” ujarnya tajam
“Suka-sukaku lah..apa urusanmu? Kalau mau tau nama dan nomer telponku tanyalah sama Indra”
“gak usah deh..gak dapet juga gak papa, sombong banget kamu!”
Aku
tersentak seketika, dan menyadari mungkin aku sudah kelewatan. Bisa
saja kan dia hanya ingin berkenalan dan menjalin pertemanan. Merasa
kurang sopan, aku pun meminta maaf padanya.
“Bayu..sorry ya..aku Cuma lagi bad mood aja, gak bermaksud sombong”
“Aku April..ini nomer telponku..08156542980”
“hmmm...bad mood ya? Pantesan ngerokok terus!”
“iya..aku gak terlalu suka dugem begini, tapi Indra maksain aku kesini tadi”.
“Ya udah..pulang aja kalau gitu kamu..daripada gak enjoy” ujarnya singkat
Benar
juga katanya, untuk apa aku berada di tempat yang tidak membuatku
nyaman. Kenyamanan yang aku butuhkan saat ini, dan tempat ini
benar-benar membuatku tidak nyaman.
Setengah merajuk aku mengajak
Indra pulang, dan wajah cemberutnya menemani perjalanan pulang kami. Di
dalam mobil, aku baru menyadari aku bahkan tidak mengucapkan pamit pada
Bayu yang sudah memberikan saran bagus. Bodoh!!
Setelah mengantarkan
Indra kembali ke kos-nya, aku memarkir mobilku di depan Alam Indah dan
menghabiskan sisa malamku memandang kota Semarang dan menulis dalam
sepi. Ah betapa nikmatnya suasana ini pikirku.
***************
Dua
hari berlalu sejak malam itu, dan aku kembali sibuk dengan segala
tugas-tugas kampusku. Laporan praktikum yang sudah dua hari tak
tersentuh, ujian mid-semester yang menunggu didepan mata, benar-benar
sibuk.
Bayu dan aku saling mencari sejak malam itu. Dimulai dengan
sebuah pesan singkat darinya yang berisi “Selamat pagi Cantik....” kami
mulai mengenal satu sama lain. Diantara segudang kegiatanku sebagai
mahasiswa Elektro tingkat satu Universitas Diponegoro , ada sosok Bayu
yang menemaniku. Bayu ternyata seorang pemain basket dari klub lokal
Semarang. “not bad” pikirku, pasti lah dia anak orang kaya dan banyak
duitnya, pikir otak mudaku lagi.
Gairah mudaku bergejolak.
Idealismeku tentang sosok pengganti Denny yang tajir, mobilnya keren,
anak pengusaha pula, rasanya terpenuhi dengan hadirnya sosok Bayu, yang
menurutku lebih keren.
***************
28 Maret 2001...
“ Kring....” telpon rumahku berbunyi.
Terdengar
suara Bayu diseberang sana. Ah aku mulai malas dengan kegiatan saling
menelpon ini. Sudah seminggu ini kami saling menelpon dan berkirim pesan
singkat. Aku bahkan sudah lupa seperti apa wajah Bayu.
“lagi ngapain kamu April?”
“lagi ngerjain tugas”
“oo..mengganggu gak nih aku?”
“enggak juga seh..Cuma aku males telponan kaya gini”.
“loh..kenapa memangnya? Gak suka ya aku telpon”
“bukan gitu Bay, aku cuma males aja ngobrol gak keliatan mukanya” sahutku dengan malas.
“oo..gitu ya..aku gak berani dateng ke rumahmu”
“besok-besok aja ya kita ketemuan” sahutnya lagi dari seberang sana.
Semakin
jengkel aku mendengar jawabannya yang selalu sama. Takut mendatangi
rumahku. Tiba-tiba rasanya aku ingin sekali mengutarakan apa yang aku
pendam selama ini. Dan aku pun tanpa basa-basi melakukannya.
“Bay...”
“iya..ada apa?”
“Gini aja deh..nanti malem ada inagurasi fakultas Hukum, dan aku mau kesana.” Kataku
“oh ya? Lalu maksudnya apaan neh?”
“Gini
deh, kalau kamu masih mau terus berhubungan sama aku, mendingan kita
pacaran aja deh, kalau gak mendingan kamu gak usah cari-cari aku lagi
deh. Aku males ah..gak jelas gini” kataku dengan penuh percaya diri.
“hah?? Maksudmu kita jadian? Pacaran gitu?”
“Iya, tapi kalau gak mau ya udah..ga papa juga” kataku mulai khawatir cintaku ditolak.
“eh..April..ini kayanya aku harus pergi deh sekarang,..udah dulu ya”
“KLIK..” bunyi telpon yang terputus diseberang sana.
Ohhh..tidakkkkk...betapa
malunya hatiku. Rasanya tulang tulang badanku ingin lepas dari
tempatnya. Aku ditolak mentah-mentah. Ah dasar sialan Bayu, pikirku
geram.
***************
Malam itu, di pelataran kampus UNDIP bawah,
aku datang bersama teman-temanku. Kudengar didalam auditorium suara
TOFU yang menyanyikan lagu hits-hits mereka.
“Sudah lupakan saja, semua cerita yang tlah lalu..anggap tak pernah ada sesuatu antara kita berdua”
Huh..dengerin lagu itu, bikin aku tambah emosi dan bete.
Saat
sedang nongkrong bersama Rika, Negros dan beberapa teman kampus
lainnya, hapeku bergetar. Dilayar terlihat sebuah pesan masuk dari Bayu.
Aduh ada apa lagi nih, pikirku sebal.
“Kamu dimana April? Aku lagi di belakang lapangan basket” isi pesan singkat itu.
“aku di dalam auditorium” balasku singkat
“ketemuan yuk disini”
“ok.. 5 menit lagi ya” balasku.
Aduhh..apa
yang harus aku jelaskan pada Bayu nanti, kalau dia menyinggung tentang
percakapan kami di tepon sore tadi. Mampuslah aku! Keringat dingin dan
deg-deg an aku tiba-tiba. Ruangan Auditorium yang panas, membuat aku
semakin keringatan.
Dengan pasrah dan menahan malu, aku pergi menemui
Bayu di belakang lapangan Basket UNDIP. Kulihat dia sedang duduk di
pinggiran lapangan, dengan celana pendek hitam dan kaos Converse nya.
“Aduh..matilah aku” pikirku.
“hi..sini lah duduk dekatku” katanya sok baik dan cool.
Aku
pun duduk di sebelahnya dan kami terdiam sekian lama. Sunyi!! Tidak ada
pembicaraan yang hangat seperti hari-hari kemarin. Benar-benar sunyi.
“ Kamu kenapa?” katanya memecah kesunyian
“gak kok..ga ada apa-apa”
“loh..trus kenapa diem aja dari tadi..kok gak cerewet kaya biasanya?” ujarnya sambil tersenyum
Ihhh..manusia
ini emang ga punya perasaan. Emangnya dia gak sadar ya dia baru aja
nolak aku. Kok aku disuruh cerewet. Maksudnya suruh marah-marah gitu??
Teriak hati kecilku
“dasar gak punya perasaan...lagi mabok ya kamu, nyuruh aku cerewet disini”
“ eh orang yang kamu bilang mabok ini, sekarang pacarmu loh” ujarnya singkat dan tetap SOK cool.
“hah?? Maksudnya?? Jadian kita” kataku terkaget-kaget.
“ya iyalah..kalau ga ngapain aku kesini sekarang, mendingan aku nongkrong ama temen-temenku lah” katanya.
Ihhh..sok banget manusia satu ini, pikirku.
“ow gitu ya..tapi beneran kan kamu ga lagi mabok? Atau ngigau gitu?” kataku lagi
“apa sihhhhh....dasar anehhh” katanya!
“enak aja anehh..kamu lah yang aneh..kok aku”
Tiba-tiba bayu memberikan kelingkingnya padaku, dan berkata
“ Aku beneran suka sama kamu dan ayo kita pacaran. Mari berjanji gak saling melirik kanan kiri lagi mulai sekarang ya” katanya
So sweeeeettt, pikirku dan aku pun mengulurkan jari kelingkingku dengan senang.
“Janji..” kataku mantab!
Saat kelingking kami bersentuhan, baru aku menyadari..aku belum bertanya dia naik mobil apa?? Aduhhhh....gawat nehh pikirku.
“Bay..kamu naik mobil apa motor?”
“Aku naik motor”
Ah mungkin saja dia lagi pengen naik motor malam ini dan meninggalkan mobilnya dirumah, aku berusaha meyakinkan diriku sendiri.
“oo...tapi mobil ada kan?” kataku lagi
“ya ampun April...boro-boro mobil, motor aja Cuma satu..butut pula” jawabnya cuek
Tidakkkkkkkkkkkkk....teriak
hatiku..matilah aku. Ahh..BODOH!! aku terlalu cepat bilang iya,sekarang
pusing sendiri aku dibuatnya.
Dengan kekhawatiran tingkat tinggi, aku bertanya lagi.
“ Sebutut apa motormu?”
“Kamu tau gak, motor bebek tahun 70 an..yang warnanya merah dan bentuknya aneh?” katanya
“gak tau” jawabku lemas
“itu tuh, yang depannya cembung trus warnanya merah dan kecepatannya Cuma 20 km/jam?” ujarnya lagi
Sialllllllll...batinku...aduhhh...gimana
dia mau boncengin aku ya? Pikirku. Dengan badanku yang terlalu sexy
alias sedikit montok ini, aku takut ban motornya kempes!
“ah..yang bener ah..aku gak mau ah” kataku
“sekarang kalau mau jalan, pake mobilku aja deh, gak mau aku naik motormu”. Kataku lagi
“halah...udah lah dibahas besok-besok aja..aku Cuma pengen happy sekarang” katanya lagi
“ehhh..tapi beneran lho aku gak mau naik motor bututmu itu” kataku setengah teriak.
“iya..iya...ya udah kalau gitu..masuk yuk” katanya lagi
Dengan cepat dia menarik tanganku, dan kami bergandengan masuk ke dalam auditorium dan menikmati sisa malam itu.
Bodo
amat lah masalah motor itu, yang penting sekarang aku dah punya pacar
aja dulu. Biar Denny tau aja..emang Cuma dia doang yang bisa move on.
Malam itu, kami larut dalam kegembiraan. Ternyata Bayu sangat lucu dan selalu menggodaku. Sebentar-sebentar dia bilang.
“non,...pulang yuk naik motorku?”
Dan aku hanya bisa berteriak
“ogahhhh...ga mauuu..sorry...bisa ancur reputasiku”.
Herannya
dia cuek cuek aja, malah tertawa terpingkal-pingkal sambil sambil terus
menggodaku. Malam itu adalah awal perjalanan percintaan kami yang penuh
liku selama 9 tahun.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar