Translate

cerpen perang mimpi

Written By iqbal_editing on Senin, 14 Agustus 2017 | 02.46

Perang Mimpi
By : Shaiful Hidayat Al Khatami
   D
ar, der, dor...!!!, suara senapan selaras panjang yang telah ditembakkan. Pagi-pagi buta pasukan musuh telah menyerang ke daerah penginapan kami, mereka menyerang gedung dengan serentak, tanpa kesiapan, diriku sebagai komandan utama berbintang lima langsung memerintahkan kepada pasukanku agar membalas menembak. Pukul 4.30 sudah terjadi baku tembak di pusat kota, dalam keadaan belum siap, kami semua melawan dengan sekuat tenaga kami dan dengan pasukan yang tinggal ada.
            Gedung hotel yang kami tinggali untuk menginap mempunyai 8 tingkat, dan pasukan kami berada di lantai paling atas. Di luar sana musuh semakin banyak, dan lebih buruknya lagi yang memimpin pasukan musuh adalah sahabatku sendiri yang bernama Rio, sahabat dekatku sejak kecil.
            Tiba-tiba terdengar suara ledakan diluar yang ternyata itu suara granat pasukan musuh yang mencoba menghancurkan pintu utama hotel. Dengan sigap aku memerintahkan pasukan sergap untuk menjaga lantai dasar, dengan sigap pasukan sergap mulai turun dan berjaga di lantai dasar. Benar saja, pasukan musuh dapat menghancurkan pintu utama dan di lantai dasar terjadi baku tembak. Naasnya, pasukan sergap milikku tidak dapat menahan pasuka musuh dan mereka semua tewas.
            Pasukan musuhpun mulai naik menuju ke lantai 2, disana sudah ada pasukan devisi 6 yang akan menghandang pasukan musuh, tanpa pandang bulu merekapun saling baku tembak. Entah mengapa, pasukan musuh bukanya berkurang malah bertambah, seakan-akan seperti laron-laron yang berdatangan di teras rumah saat akan turun hujan. Pasukan devisi 5 kamipun kalah di lantai 2 gedung dengan dibantai dengan lemparan-lemparan granat. Tanpa basa-basi musuh naik ke lantai 3, disana sudah dihadang pasukan devisi 4 milikku, tapi nasib mereka sama seperti pasukan di lantai sebelumnya, kalah dalam baku tembak.
            Dan sampai ke lantai 6 yang dihadang oleh pasukan devisi 1-pun kalah, dan sampailah mereka di lantai 7, yang dimana pasukan devisi utama dan Aku menghadang. Disinilah perang besar terjadi, pasukan musuh banyak yang tewas, walau begitu pasukan merekapun muncul terus sampai kami kualahan menghadapinya.
            Dilain sisi, aku menarik komandan utama musuh, lebih tepatnya sahabatku sendiri Rio, menuju ke salah satu kamar di lantai 7. Kami melakukan perundingan, akan tetapi Rio tidak menyetujui hasil perundingan, karena Ia tidak menyetujuinya kamipun berduel satu lawan satu.
             Pada awalnya kami saling baku tembak dengan senapan selaras panjang, saat duel selaras panjang diriku terluka dibagian tangan kiri dan Rio dibagian kakinya, kami berduel sampai amunisi selaras panjang kami habis. Setelah habis amunisi kami, kami berganti menjadi duel menggunakan pistol. Sama seperti tadi, kami berduel sampai amunisi habis, akan tetapi saatnya duel ini kami tidak ada yang terluka. Amunisi habis, dan kami berganti berduel dengan menggunakan senjata pisau, kami saling menyerang dan saling melukai. Dalam duel ini aku terdesak dipojok kamar, akan tetapi Aku tidak menyerah Aku berusaha sekuat mengkin untuk bertahan.  Dengan sigap diriku melompat dan melompati Rio, lalu Aku menikam dirinya dari belakang dan dirinyapun tewas seketika dihadapanku. Walau begitu, hatiku merasa sedih karena telah membunuh sahabatku sendiri yang sudah lama Aku kenal, dengan besar hati Aku meninggalkan mayat sahabatku dan Aku keluar dari kamar untuk menuntaskan perang ini.
            Tanpa kusangka, seluruh pasukan devisi utama tewas di lantai 7 gedung, banyak sekali darah yang bercucuran diberbagai sudut ruangan. Saat Aku keluar, para pasukan musuh memandangiku dengan sinis, dan mereka siap untuk menembak ke arah diriku. Mengetahui hal itu, Akupun lari menuju lantai 8, lantai puncak dalam gedung tersebut. Aku lari merekapun ikut lari, mereka semua mengejar diriku dengan membawa senapan selaras panjang yang mana diriku hanya menggunakan pisau sebagai pertahanan diri. Sesampainya aku di lantai 8, aku langsung bersembunyi di salah satu kamar sebelum mereka datang. Saat mereka sampai di lantai 8 mereka langsung mendobrak satu persatu pintu yang ada, dan pada akhirnya pintu kamar untuk aku bersembunyi telah didobrak, dan diriku ditemukan, tanpa basa-basi mereka langsung menembakki diriku, seluruh badanku tertembak, kecuali bagian kepalaku.
            Aku terluka parah dan dirikupun jatuh tersungkur dalam keadaan tengkurap. Dengan keadaanku yang seperti itu, musuhkupun langsung meninggalkanku sendirian di kamar. Disana diriku merasakan kesakitan yang amat sangat luar biasa, dalam batinku berkata “ini adalah akhir hidupku”. Lama kelamaan matakupun mulai terpejam, tubuhku mulai mengkaku, rasa sakit mulai berangsur menghilang, nafasku mulai sesak dan jantung sudah berdetak dengan pelan, seakan-akan hidupku menhilang. Akupun mulai terdiam dan tak dapat merasakan apa-apa, ruhku seakan-akan mulai di cabut, aku sudah pasrah akan hal ini.
            Tiba-tiba, disuatu tempat yang sangat gelap, sunyi, dan meyeramkan, aku mendengar suatu hal, dan suara itu memanggil diriku, “Nak, bangun Nak, bangun” seperti itulah kedengarannya. Setelah mendengar hal itu diriku langsung terperanjat dan terbangun, aku langsung duduk dan kaget dengan badanku telah basah akan keringat. Ibuku berada disampingku di tepi kasurku, “Nak, ada apa kok kaget seperti itu?” Tanya ibuku, aku menjawab “Aku tadi mimpi burukbu.”. “memangnya mimpi apa kamu?” Tanya ibu kembali, dan akupun menceritakannya kepada Ibu.
            Akhirnya ibuku mengerti dan Ia keluar dari kamarku dan menyuruhku untuk berwudhu dan shalat shubuh. Akupun melihat ke jendela, memandang keluar jendela kamarku, dalam hatiku Aku bersyukur Aku masih dapat melihat kehidupan dan kuasaNya setelah Aku tidur, dan Aku bersyukur bahwa kejadian tadi hanyalah sebuah mimpi.
TAMAT

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik