Cerpen - Kebahagiaan Setelah Penderitaan
Cerpen ini terinspirasi dari
curahan hati seorang sahabatku. Maaf ya gais kalo pemilihan katanya
kurang tepat. Selamat membaca :)
Aku adalah seorang gadis
yang rindu akan kasih sayang dan kebahagiaan . Namaku adalah Bella. Dulu aku
adalah anak yang terlahir di tengah-tengah keluarga yang sangat berkecukupan.
Aku memiliki seorang ibu tiri dan adik tiri. Ibu kandungku telah dipanggil
Tuhan saat aku berada di kelas tiga SD. Ibu kandungku mengidap penyakit jantung
yang sangat kronis dan sampai akhirnya dia menyerah untuk bertahan hidup.
Setelah satu tahun kepergian ibuku, ayahku memutuskan untuk menikah lagi.
Kisah
hidupku memang seperti Cinderella, yang mempunyai ibu tiri sangat kejam. Selama
satu tahun pernikahan ayahku, aku masih bisa merasakan kebahagiaan. Namun
setelah itu, ibu tiriku melahirkan seorang putri. Dan disitulah awal dari
penderitaanku. Aku memiliki beberapa pembantu. Namun bagi ibu tiriku, aku merupakan
pembantu baginya. Ayahku tidak tau kalau selama ini aku hidup membabu dirumahku
sendiri. Ayahku memiliki perusahaan mebel di Jepara, sehingga ia jarang pulang
ke rumah. Betapa sakitnya hati, ketika merasakan perbuatan ibu tiriku yang
sangat berbeda ketika ayah sedang dirumah. Saat ayah dirumah, ibu tiriku
memperlakukanku bak Putri Mahkota, namun saat ayah tidak ada dirumah dia
memperlakukanku seperti pembantu.
Kini aku telah menduduki bangku SMA. Penderitaanku
masih belum usai, bahkan semakin menyakitkan. Tak kusangka ayahku harus pergi
meninggalkan dunia ini. Ayah meninggal karena penyakit diabetes. Entah apa yang
sedang direncanakan ibu tiri dan adik tiriku saat itu. Mereka tau bahwa ayah
memiliki gula darah yang sangat tinggi, tapi ibu tiriku selalu menyajikan
makanan-makanan yang dilarang oleh Dokter. Sampai akhirnya ayah harus
meninggalkanku dan berada di sisi Tuhan. Aku sangat marah dan kecewa. Ingin
rasanya aku ikut pergi dengan ayah, agar aku bisa berkumpul dengan kedua
orangtuaku di kehidupan yang abadi.
Terkadang orang bertanya-tanya, “mengapa anak gadis
seorang konglomerat masih banting tulang?”. Bagaimana aku tidak bantingtulang,
kalau semua biaya hidupku tidak sepeser pun ibu memberi uang. Ibu hanya memberi
uang SPP. Aku bekerja di salah satu counter hape milik temanku. Setiap hari
aktivitasku yaitu sekolah, bersih-bersih rumah dan kerja. Dan setiap hari pula
lah aku harus menyaksikan perbuatan tidak wajar ibu tiriku. Ia sering pulang tengah
malam dengan kondisi mabuk. Anak perempuannya bahkan sudah tiga bulan tidak
pulang rumah. Karena sikap ibu yang tidak pernah mengurusi perusahaan milik
almarhum ayah akhirnya perusahaan peninggalan ayah dinyatakan pailit. Kini didalam
doa, hanya satu hal yang aku panjatkan, “Tuhan
? Kapan penderitaanku ini akan berakhir ? Kumohon akhiri ini semua Tuhan”.
Tiga tahun telah berlalu, aku memutuskan untuk pergi
kuliah ke luar kota. Dengan menyisihkan sedikit demi sedikit uang hasil
kerjaku, aku mampu membiayai uang kuliahku sendiri dan akhirnya aku juga mampu
membuat suatu usaha kecil. Usaha kecil inilah yang akhirnya membuatku menjadi
seorang eksekutif muda. Aku merintis usahaku dari modal awal hanya Rp 5.000.000,-
kini berubah menjadi Rp 50.000.000,-
Karena kesuksesan usaha kecilku, ibu tiriku akhirnya
memohon kepadaku untuk mau menerimanya lagi. Walaupun masih ada rasa sakit
hati, namun aku tetap menerimanya kembali. Karena hanya dialah yang aku punya.
Meskipun banyak kenangan pahit yang ia torehkan. Aku percaya selalu ada pelangi
setelah hujan, begitu juga hidup . Selalu ada kebahagiaan setelah penderitaan.
Terima kasih Tuhan, aku yakin kedua orangtuaku di alam sana pasti bangga dan
senang melihat kebahagiaanku saat ini.
0 komentar:
Posting Komentar