Oleh Ajeng Rizki Faradita
Anak-anak.... teriakku kencang
Melawan angin yang mengusikku
Kemanakah kalian sekarang?
Lupakah akan diriku?
Aku disini menunggu
Ingin bermain bersama
Tapi kini dia tujuanmu
Tanpa menengok lagi kalian pergi bersamanya
Permainan modern mulai menyingkirkanku
Menggeser tempatku untuk kalian
Lantas bagaimana denganku?
Dilupakan karena permainan modern
Teknologi game telah memanjakan kalian
Hingga kalian menganggapku kuno
Jeritanku tak dihiraukan
Seolah kalian berkata "go!"
Tetapi apalah dayaku
Aku hanya permainan tradisional
Yang digandrungi anak-anak dahulu
Aku tak lagi terkenal
ulu aku pernah kalah beradu kelereng
tapi tak pernah seenaknya menuduh lawanku curang
Aku datang membawa sekantung
dan siap pulang bila tak membawa satu pun
Karena di waktu yang lebih dahulu lagi
aku pernah hanya membawa sebutir
kemudian pulang membawa sekantung
Ada kalanya dada membusung
Ada kalanya pula jadi pecundang
Aku tak selalu butuh menang
karena bila aku selalu menang
aku mungkin tak lagi ditemani
dan tak akan dibolehkan main lagi
Ada kalanya pula jadi pecundang
Aku tak selalu butuh menang
karena bila aku selalu menang
aku mungkin tak lagi ditemani
dan tak akan dibolehkan main lagi
Pertemanan lebih berharga dari kelereng ini
Kelereng yang tak akan berharga lagi
bila musim layangan telah mengganti
dan ketika aku dan kawanku
tak jadi bocah lagi
Kelereng yang tak akan berharga lagi
bila musim layangan telah mengganti
dan ketika aku dan kawanku
tak jadi bocah lagi
Bekasi, 23 Juli 2014
Norman Adi Satria
Norman Adi Satria
0 komentar:
Posting Komentar