Keberanian
Dre
Dre adalah
seorang anak laki laki yang baik dan ramah, dia juga suka membantu orang lain.
Teman temannya juga menyukai Dre, dia juga sering membantu temannya yang
ketinggalan pelajaran.
Walaupun
begitu, Dre juga memiliki banyak kekurangan. Ia takut gelap. Ia takut binatang.
Ia juga takut pergi sendiri ke kedai di
ujung rumahnya sekalipun.
“Dre, aku
punya 5 ekor anak kucing yang lucu. Aku kasih kamu seekor ya!”
“Dre, nanti
malem kita jalan-jalan bareng ya di alun-alun!”
Teman-teman
Dre tahu, Dre sangat takut pada bulu kucing yang berbulu kucing.
Ibu Dre pernah
berkata, “Tidak apa-apa memiliki rasa takut. Orang yang paling berani pun juga
pasti ada rasa takutnya. Orang yang menjadi berani itu tidak harus berani
selamanya, tapi mereka menjadi berani ketika saat harus berani. Kalau kamu
mencoba mengalahkan salah satu ketakutanmu, Dre, kamu akan menjadi anak yang
paling berani.”
Dre hanya
menunduk menggelengkan kepalanya. Ia tidak yakin apakah bisa mengalahkan rasa
takutnya itu.
Suatu hari,
Tante Dina, adik Ibu datang ke rumah Dre.
“Dre, kamu mau
nggak, temani Tante di rumah? Soalnya suami Tante lagi ada acara keluar kota,”
kata Tante Dina dengan wajah memelas.
Tante Dina
memang sedang hamil tua. Sebentar lagi ia akan melahirkan. Itulah alasannya, ia
takut di tinggal sendirian. Dre malah gembira diajak tinggal di rumah Tante
Dina. Ia juga senang sebab rumah Tante Dina dekat dengan sekolahan Dre. Jadi
cukup jalan kaki saja, malah biar bisa menghemat ongkos kendaraan Dre.
Tiba-tiba
Tante Dina mengetuk pintu kamar Dre.
“Dre, Tante
minta tolong, Nak!” padahal Dre sudah persiapan mau tidur.
“Ada apa,
Tante?” tanyanya sambil mengantuk.
“Dre, tolong
carikan taksi atau ojek, ya. Biasanya mangkal di ujung jalan perumahan ini.”
Tante Dina sambil memegang perutnya dengan meringis kesakitan.
“Haaaa, Tante
mau melahirkan? Aku telponkan taksi ya.” Usul Dre
“Tidak, Dre.
Harus sekarang.” Terangnya
Terpaksa Dre
harus mencari kendaraan. Ya ampunn.. sial benar aku! Jengkel Dre di dalam hati.
Malam ini
sepertinya lebih gelap daripada biasanya. Anjing tetangganya juga menggonggong
saat Dre lewat di depan gerbang, untung saja pintu gerbang itu dikunci.
Seketika itu
jantung Dre berdebar kencang. “Aku harus berani! Umurku sudah 10 tahun! Aku
tidak takut pada apa pun!” teriaknya. Ia juga teringat pesan ibunya pada waktu
itu, bila ia bisa mengalahkan rasa takutnya, ia adalah anak yang paling berani.
Tetapi itu terasa sulit baginya. Dre, kemudian ingat Tante Dina. Ya, Tante Dina
sedang mengandalkannya! Menyadari hal itu, tiba-tiba tumbuh keyakinan dalam
diri Dre. Ia mulai berlari tanpa menoleh. Lambat laun pangkalan taksi sudah
terlihat diujung perumahan. Ia segera naik ke salah satu taksi. Ia lalu
menjemput Tante Dinadengan taksi dan mengantarnya ke rumah sakit.
Keesokannya..
“Kamu
benar-benar anak pemberani, Dre. Kalau bukan karena kamu bayiku bisa lahir
dirumah,” ujar Tante Dina sambil menggendong bayi perempuannya.
Dre lalu
tersenyum malu. Ia benar-benar tidak enak atas pujian itu. Ibu tersenyum sambil
mengelus-elus kepalanya.
Sulit sekali
menjadi pemberani, apalagi mengalahkan ketakutannya sendiri. Tetapi Dre yakin,
dia pasti berani dengan kucing yang berbulu lembut. Bukankah dia sudah berani
mencarikan tantenya kendaraan di tengah malam yang gelap?
0 komentar:
Posting Komentar