Teriak seorang ibu kepada anaknya sambil menyodorkan jaket.
Pagi-pagi sekali
Riris bersiap-siap untuk pergi. Ya, Riris akan pergi ke sebuah tempat yang
sudah lama menjadi impiannya untuk menuntut ilmu. Jogjakarta, menjadi tempat
tujuan Riris. Sebuah kota yang masih asri dengan budaya yang masih lestari dan ngangeni. itulah sebab mengapa seorang
gadis asal sumatera menjadikan kota pelajar ini sebagai sandaran untuk
mendapatkan ilmu.
“Ibu,Bapak aku berangkat dulu ya.”
Ujar Riris
meminta izin kepada orang tuanya.
“Baiklah, hati-hati Nak.”
Perjalanan yang
ditempuh Riris tidaklah dekat, selama dua hari ia harus merasakan hidup didalam
bus yang pengap dan sangat membosankan. Tetapi inilah yang harus Riris hadapi
demi cita-citanya yang sudah lama ia pendam.
Beberapa hari
kemudian, Riris telah sampai di kota impiannya.
“Wah, asyik aku sudah sampai Jogja…aku mau telpon bapak”
ujar Riris dalam hati
ujar Riris dalam hati
Tiba-tiba saja
ada seorang laki-laki bertubuh besar berdiri di samping Riris kemudian HP yang
ada di genggaman Riris dijambret.
“Toloooong….toloong…”
Teriak Riris
meminta tolong.
Untung saja ada
segerombolan bapak-bapak yang membantu Riris mengejar penjambret itu.
Tapi sayang,
mereka tak dapat mengejar penjambret itu karena ia sudah pergi mengendarai
sepeda motor.
“Hiks hiks apes banget aku, bagaimana ini..”
Riris menangis
“Dek, nggak usah nangis nanti Mas bantu lapor polisi.”
Terdengar suara
lembut dari seorang laki-laki yang tidak dikenal.
Langsung saja Riris
kaget dan menatap wajah laki-laki itu. Ternyata dia seorang penjual Koran yang
sedang menjual dagangannya.
“Emm iya Mas makasih, Mas ini siapa?
“Kenalkan nama saya Ridwan, saya penjual Koran disini. Mbak pendatang baru ya, lain kali hati-hati”
“Kenalkan nama saya Ridwan, saya penjual Koran disini. Mbak pendatang baru ya, lain kali hati-hati”
Ujar laki-laki
itu mencoba menasehati.
“Mbak dari mana asalnya?”
“Saya dari Sumatera Mas, saya
disini mau kuliah tapi saya nggak tau mau tinggal dimana”
“Oh gitu, saya punya tetangga yang
punya kos-kosan. Apa Mbak mau?”
“Baiklah Mas, kalau gitu tolong
antarkan saya ke tempat kos-kosan itu”. Riris
menyetujuinya.
Sekitar 10 menit
Riris berjalan menyusuri kota jogja. Akhirnya sampai juga ke tempat tujuan.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam, eh Ridwan ono opo? Tumben dolan mrene”
Tanya seorang Ibu
yang keluar dari dalam rumah.
“Iki bu, ada cewek mau ngekos disini, dia dari Sumatera mau kuliah disini”
“Oh ngono, mari Mbak sini masuk
dilihat-lihat dulu kamarnya mau yang diatas apa yang dibawah?”
Tanya Ibu kos.
“Saya pengen dibawah aja Bu”
“Ini kuncinya”
Ujar Ibu sambil
memberikan kunci.
Kamar kos yang
ditempati Riris sempit, tidak seperti dirumah. Dia mulai kangen dengan orang
tuanya dan ingin pulang. Tetapi bagi Riris, inilah kehidupan yang harus ia
jalani, tak boleh mengeluh apalagi mundur. Tekadnya untuk meraih cita-cita
sudah sangat bulat.
Riris merasa
kesepian, ia mencoba beradaptasi dengan suasana sepi sendiri tanpa ada yang
menemani. Itulah nasib anak kos yang kini sedang dirasakan oleh Riris.
Tiba-tiba saja
ada seorang yang menghampiri Riris
“Hey, kamu anak baru ya ?”
“Iyah, kamu siapa?”
Tanya Riris.
“Kenalkan aku Siska anak kos disini”
Jawab seseorang
itu.
Mereka tampak
mulai akrab setelah cukup lama berbincang-bincang.
Datanglah anak
kos yang lain yang berhasil mengusir rasa kesepian Riris. Riris sudah mulai
nyaman untuk tinggal disini.
Hari demi hari Riris
lewati dengan penuh semangat untuk kuliah dan bertanggung jawab mengerjakan
tugasnya.
Ketika rindu
pada orang tua mulai melanda, Riris tak mampu berbuat apa-apa, ia hanya bisa
menatap foto orang tuanya. Ingin rasanya ia ,menelpon orang tuanya tapi apa
daya HP satu-satunya telah hilang dicuri orang. Ia berjanji akan membuat orang
tuanya bahagia dengan prestasinya.
“Pak, Bu, Riris janji suatu hari nanti Riris akan menjadi sarjana dengan
nilai cumloud dan berusaha menyenangkan Ibu dan Bapak. Kelak Riris pasti akan
sukses dan membelikan Ibu Bapak rumah”
Ujar Riris dalam
hati sambil menahan air matanya yang hampir jatuh membasahi pipi. Riris ingin
sekali membelikan rumah orang tuanya karena rumah yang ia tempati bersama
keluarganya adalah rumah kontrakan.
Keesokan
harinya, Riris berjalan menuju kampus untuk kuliah. Tiba-tiba saja sebuah
sepeda motor menabrak Riris saat ia menyebrang.
“Gubraaaakk…….”
Langsung saja
jalanan menjadi ramai banyak orang mengerumuni Riris yang jatuh tergeletak tak
berdaya. Riris segera dibawa ke rumah sakit oleh seseorang dari mereka
menggunakan ambulance.
Dokter berusaha
menyelamatkan nyawa Riris. Akhirnya Riris tertolong.
Ia mulai sadar.
“Aku dimana?”
“Kamu sedang di rumah sakit”
Jawab dokter
yang menangani Riris
“Hah, rumah sakit? Memangnya aku kenapa?”
“Kamu tadi mengalami kecelakaan,
kamu ditabrak motor”
Dokter
menjelaskan.
Setelah ditangani
oleh dokter akhirnya Riris diperbolehkan untuk pulang. Dia diantar oleh seorang
yang tadi membawanya ke rumah sakit. Sesampainya di rumah kos, riris
beristirahat dan menenangkan diri. Namun, ia masih kepikiran dengan kuliahnya
apalagi masih banyak tugas yang belum ia selesaikan.
“Aduh… bagaimana ini tugasku masih banyak, aku capek aku lelah”
Riris mengeluh.
Riris merasa lelah
dengan apa yang ia alami saat ini. Sejak pertama merantau saja sudah kehilangan
HP, setelah itu dia tertabrak motor. Belum lagi tugas yang menumpuk. Hampir saja
Riris putus asa. Ia menatap foto kedua orang tuanya. Mereka lah yang membuat
Riris semangat.
“Assalamualaikum”
Ada seseorang
yang mengucapkan salam.
Riris lalu
membukakan pintu. Ternyata Ridwan datang.
“Riris, aku dengar kamu kecelakaan?”
Tanya Ridwan.
“Iya Mas, aku ditabrak motor”
Jawab Riris.
“Tapi kamu nggak papa kan?”
“Iyah nggak papa kok”
“syukurlah, ini aku bawakan
makanan buat kamu semoga kamu suka”
Ujar Ridwan
sambil memberikan makanan untuk Riris.
Hari itu
keakraban antara Ridwan dan Riris mulai terjalin. Hubungan mereka semakin erat.
Seringkali Ridwan menemui Riris di kos dan terkadang ia membantu Riris disaat
kesulitan. Bahkan ridwan rela berpanas-panasan menjual Koran mengumpulkan
rupiah demi membelikan Riris sebuah HP agar dapat berkomunikasi dengan orang
tuanya di Sumatera. Ridwan sangat mencintai Riris, dia mau melakukan apapun
demi orang yang ia cintai. Dia berharap Riris juga mencintainya.
Suatu hari uang
Ridwan telah terkumpul dan siap untuk membelikan HP Riris. Hanya HP murahan
yang dapat Ridwan beli. Tetapi Ridwan yakin usahanya untuk menyenangkan Riris
tidak sia-sia. Datanglah Ridwan ke tempat Riris.
“Assalamualaikum”
“Walaikumsalam”
Riris membukakan
pintu.
“Riris, aku ingin memberikan sesuatu untukmu”
“Apa itu?”
Tanya Riris.
“ini”
Ujar Ridwan
sambil memberikan sebuah kado.
“Wah apa ini, aku buka ya?”
Riris penasaran.
Setelah membuka
hadiahnya, ternyata isinya HP. Riris merasa senang. Dia merasa diberikan
perhatian lebih oleh Ridwan. Ridwan berhasil meluluhkan hati Riris. Sampai akhirnya
mereka menjalin hubungan. Tetapi hubungan mereka tak mendapat restu dari orang
tua Riris, mereka tidak setuju karena Ridwan hanya penjual koran.
Tetapi mereka
tak mau menyerah, mereka berusaha untuk mendapat restu dari orang tua Riris. Ridwan
berusaha bekerja keras banting tulang untuk mendapatkan uang yang banyak agar
orang tua Riris percaya bahwa Ridwan benar-benar mencintai Riris. Begitu juga
dengan Riris, dia berusaha meyakinkan kedua orang tuanya bahwa mereka layak
untuk hidup bersama.
Tak hanya
memperjuangkan cintanya, Riris juga memperjuangkan kuliahnya. Sampai akhirnya
dia wisuda. Kedua orang tuanya datang untuk menyaksikan acara itu dalam sebuah
gedung. Ridwan datang dan menunggu di luar gedung, ia membawa sekuntum bunga
untuk kekasihnya itu.
Ucapan berdatangan
dari teman-teman Riris, tak mau kalah Ridwan juga mengucapkan selamat.
“Riris, selamat ya kamu udah wisuda aku seneng kamu bisa sukses kuliahnya”
“Makasih ya, ini semua juga
semangat dari kamu”
“Ini bunga untukmu”
Ridwan memberikan
bunga untuk Riris.
Kebahagiaan Riris
begitu lengkap hari itu.
Orang tua Riris
melihat keseriusan Ridwan pada Riris, meskipun ia hanya seorang penjual koran tetapi
dia mau berusaha membahagiakan Riris.
Akhirnya orang tua
Riris menyetujui hubungan mereka dan Riris mencapai cita-citanya menjadi sarjana.
0 komentar:
Posting Komentar