Manusiawiku
Bukanlah keindahan dari caramu
Bukan pula
kepul bemo gantikanku
Juga taksi
tempatmu terduduk
Manusiawiku adalah
Reot papan kayu rumahku
Selembar
sarung tempat sholatku
Seseragam SD untuk anakku
Secangkir
kopi pagi hari dan semangkuk nasi
Manusiawiku
terwujud
Lewat
keringat dan kayuh kakiku
Menapaki
kotaku dan bumi Tuhanku
Manusiawiku diatas tiga rodaku
Berputar seiring dengus nafas
Manusiawiku
diantara bising mobilmu
Manusiaku bersama kepul asap knalpot
Manusiawiku
kau berengus
Terlempar-lempar ke Trukmu Terinjak-injak
kekuasaanmu Manusiawiku sekarat Diatas kesombonganmuPendapatan yang tak pasti
Membuat jenuh dan resah sang istri
Bagaimana mungkin tiap hari bisa masak nasi
Kadang dapat penumpang cuman satu orang sehari
Itupun sudah ditawarin diskon ala Matahari
Makan kadang cuman singkong, jagung, atau kalo lagi beruntung dapet indomi
Mungkin sudah saatnya aku ganti profesi
Aku seorang tukang ojek
Biar kata Cinta Laura kerjaanku becek
Tetap saja ini kerjaan halal dan sesuai pesan mendiang kakek
Lumayan lah ketimbang harus jualan tempe bongkrek
Ataupun harus beternak tokek
Yang pasti dari profesi ini tentu saja ada
Rebutan penumpang jadi salah satunya
Apalagi kalau ada bis luar kota dan bis bandara
Kejar-kejaran antara tukang ojek sudah jadi hal biasa
Ada yang make motor sendiri ada yang make motor sewaan
Ada yang minjem sodara ada yang minjem tetangga kiri-kanan
Ada yang minjem mertua ada yang minjem selingkuhan
Yang penting motornya gak ngadat dan bisa jalan
Kalau lagi sepi kita ngumpul di pangkalan
Main remi, capsa, catur dan kadang tebak-tebakan
Ngobrol politik, negara, masalah sosial dan kebudayaan
Kadang ikut demo kalau ada nasi bungkus sebagai persembahan
Apalagi ada trayek baru angkutan umum yang menganggu pendapatan
Satu daerah punya Paguyuban
Meski hal tersebut tidak mengurangi tingkat persaingan
Tetapi itu jadi wadah persatuan
Menaungi segala keluh kesah dan permasalahan
Walau kadang agak berat juga bayar iuran
Kadang ada tukang ojek dari daerah lain datang kesini cari setoran
Diingetin baik-baik untuk pergi malah cari tantangan
Terpaksa panggil teman-teman se perkumpulan
Akhirnya perkelahian jadi terhindarkan
Paling enak kalau sudah punya banyak langganan
Nomer handphone beredar di kawasan
Tiap jam ada yang mencari untuk diantar ke tujuan
Mulai dari ibu-ibu rumah tangga, karyawan pabrik, sampai anak-anak sekolahan
Ada yang bayarnya besok, ada yang sekarang
Ada yang bayarnya lebih, ada yang bayarnya kurang
Ada yang kabur tanpa sungkan, ada juga yang pura-pura pipis terus tiba-tiba hilang
Paling enak nganter cewek seksi
Rok setinggi lutut bikin tukang ojek lain iri
Tapi makin lama makin kesini
Yang model begini pada pindah naik taksi
Padahal ojek ane juga cukup bergengsi
Jaman makin maju, ada yang bikin ojek pake argo
Ini yang model tawar-menawar begini jadi makin banyak melongo
Ada rekan yang berusaha eksis tempel kalkulator di speedo
Bukannya sirik tapi jadi malah kelihatan bego
Ada yang bisa pesan lewat media online atau internet
Ini lama-lama profesi makin ruwet
Apa ane harus pindah dagang nasi liwet
Secara makin lama metodenya makin njelimet
Dulu pengennya jadi si Rossi
Tapi keinginan itu sudah terkubur rapi
Dulu pengennya jadi Jorge Lorenzo
Tapi sayangnya ane cuman tamatan esde bo
Dulu pengennya jadi si Agostini
Tapi SIM aja sampai sekarang masih belum jadi
Dulu pengennya jadi Michael Doohan
Tapi rupanya ini bukan jalan Tuhan
Naik ojek gak bakal kena macet
Tinggal naik, duduk manis, sejam pun dapet
Nyampe tujuan tanpa perlu takut telat, karena transportasi ini terkenal cepet
Semua kita anter, ga peduli jauh ataupun deket
Manusiawiku
Bukanlah keindahan dari caramu
Bukan pula kepul bemo gantikanku
Juga taksi tempatmu terduduk
Manusiawiku adalah
Reot papan kayu rumahku
Selembar sarung tempat sholatku
Seseragam SD untuk anakku
Secangkir kopi pagi hari dan semangkuk nasi
Manusiawiku terwujud
Lewat keringat dan kayuh kakiku
Menapaki kotaku dan bumi Tuhanku
Manusiawiku diatas tiga rodaku
Berputar seiring dengus nafas
Manusiawiku diantara bising mobilmu
Manusiaku bersama kepul asap knalpot
Manusiawiku kau berengus
Terlempar-lempar ke Trukmu
Terinjak-injak kekuasaanmu
Manusiawiku sekarat
Diatas kesombonganmu
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.bsaja/puisi-seorang-tukang-becak_550a5bbb8133116175b1e609
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.bsaja/puisi-seorang-tukang-becak_550a5bbb8133116175b1e609
Manusiawiku
Bukanlah keindahan dari caramu
Bukan pula kepul bemo gantikanku
Juga taksi tempatmu terduduk
Manusiawiku adalah
Reot papan kayu rumahku
Selembar sarung tempat sholatku
Seseragam SD untuk anakku
Secangkir kopi pagi hari dan semangkuk nasi
Manusiawiku terwujud
Lewat keringat dan kayuh kakiku
Menapaki kotaku dan bumi Tuhanku
Manusiawiku diatas tiga rodaku
Berputar seiring dengus nafas
Manusiawiku diantara bising mobilmu
Manusiaku bersama kepul asap knalpot
Manusiawiku kau berengus
Terlempar-lempar ke Trukmu
Terinjak-injak kekuasaanmu
Manusiawiku sekarat
Diatas kesombonganmu
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.bsaja/puisi-seorang-tukang-becak_550a5bbb8133116175b1e609
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.bsaja/puisi-seorang-tukang-becak_550a5bbb8133116175b1e609
Manusiawiku
Bukanlah keindahan dari caramu
Bukan pula kepul bemo gantikanku
Juga taksi tempatmu terduduk
Manusiawiku adalah
Reot papan kayu rumahku
Selembar sarung tempat sholatku
Seseragam SD untuk anakku
Secangkir kopi pagi hari dan semangkuk nasi
Manusiawiku terwujud
Lewat keringat dan kayuh kakiku
Menapaki kotaku dan bumi Tuhanku
Manusiawiku diatas tiga rodaku
Berputar seiring dengus nafas
Manusiawiku diantara bising mobilmu
Manusiaku bersama kepul asap knalpot
Manusiawiku kau berengus
Terlempar-lempar ke Trukmu
Terinjak-injak kekuasaanmu
Manusiawiku sekarat
Diatas kesombonganmu
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.bsaja/puisi-seorang-tukang-becak_550a5bbb8133116175b1e609
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.bsaja/puisi-seorang-tukang-becak_550a5bbb8133116175b1e609
Manusiawiku
Bukanlah keindahan dari caramu
Bukan pula kepul bemo gantikanku
Juga taksi tempatmu terduduk
Manusiawiku adalah
Reot papan kayu rumahku
Selembar sarung tempat sholatku
Seseragam SD untuk anakku
Secangkir kopi pagi hari dan semangkuk nasi
Manusiawiku terwujud
Lewat keringat dan kayuh kakiku
Menapaki kotaku dan bumi Tuhanku
Manusiawiku diatas tiga rodaku
Berputar seiring dengus nafas
Manusiawiku diantara bising mobilmu
Manusiaku bersama kepul asap knalpot
Manusiawiku kau berengus
Terlempar-lempar ke Trukmu
Terinjak-injak kekuasaanmu
Manusiawiku sekarat
Diatas kesombonganmu
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.bsaja/puisi-seorang-tukang-becak_550a5bbb8133116175b1e609
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.bsaja/puisi-seorang-tukang-becak_550a5bbb8133116175b1e609
0 komentar:
Posting Komentar