Sesampainya di depan hutan itu, kami memutuskan untuk berjalan kaki karena mobil tidak dapat masuk lewat jalan setapaknya. “Pak, jemput kita besok siang ya…” aku pun meninggalkan pak Udin. Kami menempuh perjalanan sekitar 30 menit berjalan. Aku terkagum-kagum saat sampai benar-benar di dalam hutan itu. Kami menemukan 3 gerbong kereta api, gerbong itu banyak terdapat coretan-coretan tangan yang keren. Aku langsung mengambil kamera dan memotret gerbong itu. Tak lupa aku meminta Zella untuk mengambil fotoku bersama gerbong itu. Selesai kami berfoto, kami menyiapkan bekal kami dan duduk di batang kayu yang menjalar di tanah.
Bermalam di hutan adalah hal yang seru. Aku mendirikan tenda di dekat gerbong untuk aku, Zella, dan Rianna tidur. Sebelum tidur, aku menyempatkan diri untuk melihat hasil potretan diriku. Namun, saat aku melihat foto yang Zella ambil, aku melihat sesosok gadis kecil, sangat cantik. Matanya biru sebiru laut, rambutnya ikal berwarna pirang kecokelatan, hidungnya mancung, gadis itu mengenakan gaun berwarna putih biru dengan renda di bagian bawahnya. Aku tak memikirkan foto itu lagi, aku memilih untuk tidur karena mataku sudah sangat lelah, saking nyenyaknya aku tidur, aku bermimpi…
“Aha… I hope so honey. (aha… Aku juga berharap begitu sayang.)” ibunya menjawab sambil mengelus rambutnya.
“Ehm. Hello?” aku berusaha menyapa, namun seakan mereka tak mendengar aku.
“Let’s go honey. (ayo sayang.)” ibunya memanggil anak itu. Anak itu mengangguk.
Mereka berjalan melewati rel kereta api itu. “Mom? I can wait this train? (ibu? Bisakah aku menunggu kereta ini?)” anak itu menunjuk kereta itu.
“Sure… (tentu)” saat kereta itu hampir terlihat gerbong belakangnya, anak itu mengejar kereta itu.
“Wait!!! Wait Grace!!! Wait!!! (tunggu!!! Tunggu Grace!!! Tunggu!!!)” ibunya mengejar anak itu. Namun, anak itu berlari dengan cepat dan ia berada di dekat gerbong depan kereta. “Mom! I can touch train!!! Hoo… (ibu! Aku bisa menyentuh kereta!!! Ho…)” belum selesai anak itu berteriak gembira, kereta itu menyerempetnya. Aku hanya menatap anak itu, tak terasa mataku meneteskan air mata. “Grace!” ibunya terlihat histeris. Aku terbangun. Napasku tak karuan. Baru kali ini aku merasa takut. Aku memilih untuk menghirup udara di malam hari.
“Hey you!!!” seseorang memanggilku. Aku celingak-celinguk mencari orang yang memanggilku.
“Awhh!!!” seperti pisau menusuk di bagian belakangku.
“Kamu sudah mengetahui rahasia anakku. Jangan harap kamu bisa hidup setelah mengetahui rahasia anakku.” sesosok perempuan, ia mirip dengan ibunya Grace. Aku juga baru tahu kalau sebenarnya Grace orang indonesia, ayahnya belanda, ibunya indonesia, dan satu hal lagi yang aku ketahui.
“Seseorang yang mengetahui rahasia Grace harus mati termasuk kamu! Dan Grace tidak mau kalian tahu karena ia tak mau kereta itu menjadi kotor akibat campur tangan manusia.”
Cerpen Karangan: Salvia Juliandra Putri
0 komentar:
Posting Komentar