Pada suatu hari terjadi suatu hal yang menyebabkan permasalahan dalam kehidupanku, yang mengganggu sekolahku. Yah! Semua berawal dari pertama kali mengenalnya. Dia yang mengubah kehidupanku, dia alasan mengapa aku sering bolos sekolah.
Pada waktu itu aku mampir mengerjakan tugas di rumah temanku, sudah menunjukkan jam 5 sore tugas itu selesai aku berpamitan pulang. Aku berdiri di pinggir jalan menunggu mobil angkutan umum sambil berdoa semoga masih ada mobil angkutan umum yang lewat. Aku cukup lama menunggu sehingga membuatku gelisah sendiri, hingga akhirnya ada juga! Sopir mobil itu hanya tersenyum melihatku, yah aku mengenalnya aku yang hampir setiap hari naik di mobilnya.
Di mobil itu hanya ada 2 orang penumpang, aku dan seorang perempuan setengah baya. Di saat hampir sampai di rumahku tiba-tiba dia berkata dan meminta persetujuanku dia akan mengantar penumpang itu. Aku hanya bisa menganggukkan kepala dan lagi-lagi dia tersenyum padaku, entah apa maksud dari senyumannya? Rumah penumpang itu cukup jauh ke pinggir pantai, sambil mengantar penumpang itu aku menikmati pemandangan kehidupan di pinggir pantai dan melihat indahmya matahari terbenam di dasar laut yang nan jauh.
Aku sudah belajar dan siap-siap untuk tidur tiba-tiba aku kaget mendengar handphoneku berdering, aku lihat ada yang menelpon namun nomornya tanpa nama di kontakku, aku ragu untuk mengangkatnya! Hingga ku putuskan untuk mengangkatnya, aku mendengar suara seorang laki-laki namun aku tak mengenalnya. Orang itu menjelaskan siapa dia dan apa tujuannya menelpon!
Terakhir aku ketahui bahwa dia sopir mobil itu yang ternyata namanya Iwan. Entah mengapa meski aku baru saja mengenalnya tapi aku seperti sudah lama mengenalnya. Begitu panjang lebarnya kita bicara tak terasa sudah larut malam, akhirnya dia pun menyuruhku untuk istirahat dan berjanji akan menunggunya besok.
Pada pagi itu aku hampir saja naik di mobil tetanggaku, untungnya aku ingat aku harus menunggu ka Iwan. Cukup lama aku menunggu akhirnya dia datang juga, aku pura-pura marah karena keterlambatannya. Aku diam, dan tidak pernah menghiraukan dia, tapi aku tahu dari tadi dia memperhatikanku. Hingga aku sampai di depan sekolah aku turun dan membayarnya namun dia tidak mau mengambil uangku, tapi tetap saja aku menyimpannya dan pergi tanpa menhiraukannya yang masih bicara padaku.
Di kelas aku mulai tidak berkonsentrasi dengan pelajaranku, pikiranku melayang-layang memikirkan dia. Temanku sempat menegurku dan bertanya ada apa denganku? Aku hanya bisa diam dan tersenyum, temanku semakin heran melihat tingkat lakuku yang aneh di pagi itu. Aku gelisah menanti waktu pulang sekolah hingga akhirnya waktunya pulang pun tiba, aku dan temanku menunggu mobil menjauh dari keramaian adik kelasku. Sambil berjalan aku melihat dari kejauhan ka Iwan sudah datang hingga dia semakin dekat denganku tapi aku pura-pura tidak melihatnya. Sampai di dekatku namun aku terus berjalan tanpa menhiraukan kehadirannya, melihatku tidak menhiraukannya dia berhenti dan turun mengejarku temanku heran melihat semua kejadian itu!
Akhirnya aku mengalah dan naik di mobilnya dengan wajah cemberut, tidak lama kemudian mobilnya pun penuh dan berangkat. Dan tiba saatnya semua penumpang turun, tinggallah aku dan dia. Namun aku tak pernah peduli dengannya, dia terus berbicara semua tentang dia dan alasan dia ingin mengenal aku lebih jauh. Namun aku tetap diam, melihatku hanya diam dan tidak menhiraukannya tiba-tiba dia melaju dengan kencang hingga aku terkejut. Dan berkata mengapa dia melaju kencang sehingga membuatku takut? Dia hanya memjawab “aku tidak suka dicuekin” setelah itu kami pun hanya diam tanpa ada kata lagi hingga aku sampai dan lagi-lagi dia tidak mengambil uangku…
Di malam itu setelah belajar aku terus memikirkan dia, bayangannya tidak pernah lepas dari pikiranku. Akhirnya aku putuskan sms dia dan minta maaf atas semua apa yang ku lakukan padanya tadi siang. Dia memanglah baik karena dia mau memaafkan aku. 5 menit kemudian dia menelponku begitu banyak hal yang dibicarakan hingga akhirnya dia nembak aku, akau sangat kaget mendengar pengakuannya. Aku tidak tahu harus menjawab apa, aku bingung? Aku butuh waktu untuk memutuskan apa jawabanku.
Setelah kejadian malam itu aku berusaha menghindarinya untuk beberapa hari. Dan di beberapa hari itu aku merasa kehilangannya, aku merindukannya, aku ingin bertemu dengannya. Ya Tuhan ada apa denganku? Mungkinkah aku diam-diam telah menyayanginya, bingung, gelisah, hingga aku tidak lagi fokus dengan sekolahku. Sepertinya aku memang menyayanginya, dan aku telah menemukan jawabannya ya aku akan menjawab iya atas pertanyaannya.
Di pagi harinya aku sengaja menunggunya, tak lama kemudian dia datang dan singgah mengambilku dia hanya tersenyum padaku aku jadi senyum-senyum sendiri dibuatnya. Sesampai di depan sekolah aku turun dan membayarnya tapi dia hanya tersenyum dan menagih janjiku, aku hanya diam sambil tersenyum hingga membuatnya bertanya-tanya. Tapi aku memutuskan berkata iya atas pertanyaannya, dan berlalu pergi meninggalkanya.
Semenjak aku mengatakan iya maka itulah awal dari alasan kenapa aku bolos sekolah? Setiap aku pulang maupun pergi ke sekolah aku selalu bersamanya, dan aku merasa tidak bisa lepas darinya. Hingga pada hari minggu dia mengajak aku menemaninya aku hanya menurut saja. Setelah semua pekerjaan rumahku selesai aku pun berangkat dan menunggunya di tempat biasa, tak lama kemudian dia pun datang dan tersenyum sambil membukakan pintu depan. Satu persatu sudah ada penumpang hingga mobil itu penuh dan sampai di terminal kota, seharian aku benar-benar merasa menjadi sopir mobil dan mengetahui susahnya mencari uang, susahnya hidup sendiri, susahnya untuk bertahan hidup, aku benar-benar mngetahuinya yang selama ini aku hanya belajar dengan teori tanpa pernah merasakannya sendiri. Aku diam terpaku merenungkan semua itu, bersamanya aku tahu susahnya menjalani kehidupan ini, aku mendapatkan pembelajaran yang sangat berharga bagi kehidupan. Aku benar-benar menginsafi susahnya untuk hidup tidak aku sadari tiba-tiba aku menangis melihat kejadiaan itu kak Iwan kaget dan tidak tahu harus apa? Melihatku masih menangis ka Iwan memelukku erat dan mengusap kepalaku, setelah itu aku sadar aku menangis di dalam pelukannya, aku jadi malu sendiri. Setelah aku berhenti menangis dia bertanya alasan mengapa aku menangis, hingga aku menceritakan semuanya dia hanya menertawakanku. Aku hanya diam dan tersenyum dalam hati aku menertawakan diriku sendiri, melihatku tersenyum dia juga ikut tersenyum dan tanpa aku sadari tiba-tiba dia mencium pipiku spontan saja aku diam terpaku, melihatku diam dia hanya tersenyum padaku.
Kami harus mengantri di terminal itu untuk menunggu penumpang, hingga 2-3 orang sudah ada tiba-tiba dia turun dan berkata dia mau ke kamar kecil dulu. Hingga akhirnya mobil hampir penuh di dalam penumpang sudah panas tapi dia belum juga datang. Sebenarnya aku pun gelisah hingga ada penumpang yang bertanya padaku kemana sopirnya? Aku hanya bisa memjawab dia ke kamar kecil, melihat semua penumpang gelisah aku berkata pada mereka aku akan menelpon dia. Di saat aku menelpon dia aku mendengar salah satu penumpang berkata kepada penumpang yang lain, “mungkin dia istri dari sopir mobil ini, makanya dia menelponnya dan dia pun dari tadi duduk di depan” penumpang yang lain hanya mengiyakan pernyataan tersebut. Mendengar itu semua aku hanya bisa senyum-senyum sendiri, setelah aku telpon kak Iwan aku memberitahu semua penumpang bahwa dia segera datang. Tak lama kemudian dia datang juga kami semua lega termasuk aku, dia pun naik dan meminta maaf kepada penumpang. Aku terus diam di sampingnya sesekali dia melihatku aku hanya tersenyum padanya, lama-kelamaan melihatku hanya diam dia pun bertanya keadaanku sambil memegang keningku? Melihat semua itu penumpang yang sejak dari tadi ingin tahu siapa aku akhirnya dia bertanya kepada kak Iwan, “yang di depan istrinya yah?” ka Iwan hanya tersenyum sambil melirik padaku, melihat tingkahku dan ka Iwan yang malu-malu penumpang itu hanya tersenyum dan sepertinya dia mengerti.
Waktu begitu cepat, tidak terasa sudah sore aku dan dia pulang, saat aku sampai dan ingin turun tiba-tiba dia memegang tanganku, aku pun duduk sebentar dia menatapku dan mencium keningku di mengucapkan terima kasih karena aku sudah menemaninya seharian ini! Setelah itu sebelum aku turun aku mencium pipinya dan mengucapkan terima kasih karena dia sudah mengajarkanku pelajaran yang berharga. Aku sempat melihatnya begitu kaget saat aku mencium pipinya.
Hari ini aku sangatlah senang dan tidak peduli lagi belajar, aku hanya smsan sama dia. Aku merasa lebih tertarik dengan pelajaran yang aku dapatkan hari ini di bandingkan pelajaran di sekolah jadi jika dia mengajak aku menemaninya aku selalu berkata iya meski pun aku sekolah hari itu, aku tidak memperdulikannya sehingga aku sering bolos sekolah. Konsekuensi yang aku harus terima karena bolos sekolah aku di panggil ke ruang BK untuk menjelaskan mengapa akhir-akhir ini aku sering bolos sekolah pada hal sebelumnya aku tidak perna bolos sekolah namun aku hanya diam dan di berikan peringatan agar tidak mengulanginya lagi. Kejadian itu terjadi tidak aku pedulikan aku masih sering bolos sekolah dan aku sering bermasalah dengan tugas-tugas sekolahku. Semua orang heran melihat perubahanku, mereka sering bertanya apa yang terjadi? tapi aku tidak pernah menhiraukannya.
Hingga suatu hari aku mengetahui ternyata dia mempunyai seorang pacar selain aku. Awalnya aku tidak percaya akan hal tersebut tapi setelah salah satu temannya menunjukkan kepadaku siapa pacarnya itu. Namun aku berpikir sebelum percaya dengan semua yang dia katakan tentang kak Iwan, setelah kejadian itu aku menyelidiki semuanya tanpa ada yang mengetahui. Dan hasilnya memang gadis itu adalah pacar kak Iwan aku sempat tidak percaya akan pengkhianatan dia, aku tidak pernah menyangka dia setega itu padaku. Jika aku bandingkan semua sikapnya selama ini padaku rasanya tidak mungkin dia melakukan hal itu, pikiranku benar-benar kacau dan tertekan. Orang yang selama ini aku percayai, aku hargai dan hormati dialah yang telah menhancurkankanku, menjerumuskanku dan hampir saja menghancurkan masa depanku. Ya Tuhan aku sangat berterima kasih karena-Mu telah membukakan pintu hatiku…
Beberapa hari setelah aku tahu semuanya aku hanya diam dan merenungkan apa yang telah aku korbankan untuknya selama ini. Melihat tingkahku yang tidak seceria kemarin-kemarinnya temanku bertanya ada apaa denganku? Namun aku hanya tersenyum dan bertekad akan mengubah segala yang telah aku tinggalkan. Aku akan memperhatikan sekolahku, aku akan mengejar cita-citaku, aku tidak ingin mengecewakan kedua orangtuaku dan keluargaku. Hari ini aku merasa terlahir kembali dengan jiwa yang lapang, hati yang bersih. Dan meski aku sudah mengetahuinya namun aku tidak pernah menanyakan semua kepadanya, aku hanya diam bagai tidak tahu apa-apa. Sampai detik ini aku dan dia masih bersama meski tidaklah seperti dulu, dia sering bertanya mengapa aku berubah? Namun aku hanya tersenyum dan terdiam, munkin dia bosan dengan sikapku hingga dia tidaklah seperti dulu lagi dia cuek kepadaku meskipun terkadang dia tersenyum padaku saat bertemu. Namun terus terang aku sering menhindarinya dan aku berusaha untuk tidak bertemu dengannya walaupun aku tahu itu tidak mungkin karena dia selalu saja ada di mana aku berada. Dan anehnya sampai detik ini tidak ada kata PUTUS darinya maupun dariku. Tapi aku tidaklah begitu peduli dengan semua itu, meskipun masih ada perasaanku yang tersisa untuknya, terkadang aku merindukan akan hadirnya seperti dulu namun aku berusaha untuk menahan perasaanku itu walaupun sakit rasanya.
Hari semakin hari aku terbiasa tanpanya, hingga aku tidak begitu peduli dengannya. Saat ini aku sudah bahagia dengan sekolahku dan aku berjanji tidak akan pernah mengabaikan sekolahku lagi. Sekarang aku merasa jauh lebih baik, bersama teman dan keluargaku.a. aku benar-benar bahagia!!! Dan tidak pernah berpikir untuk bolos sekolah lagi, semua orang bahagia aku kembali seperti dulu. Kisahku bersamanya aku simpan dalam hati, yang kujadikan pembelajaran berharga untuk hidupku ke depannya. Semoga aku dapat menyelesaikan sekolahku dengan baik dan dapat mengejar cita-citaku untuk membahagiakan kedua orangtuaku dan keluargaku.
Amin!!!
Cerpen Karangan: Munirah Abduh P.
0 komentar:
Posting Komentar