KETEMU
CINTA Di BROMO
Tara,
Hima, Fani dan May hari ini akan pergi untuk menikmati indahnya panorama Gunung
Bromo yang terletak di Malang, Jawa Timur. Dengan ikut biro traveling Gangsa
Travel, mereka hari ini akan berangkat kesana. Fani dan May sudah sampai
terlebih dahulu di rumah Hima, mereka bertiga tampak gelisah menunggu
kedatangan Tara yang belum juga kelihatan, karena tidak lama lagi keempatnya
sudah harus berangkat ke kantor travel untuk segera pergi ke Gunung Bromo.
“Him, Tara mana sih? Jam segini kok
belum datang” May tampak khawatir dengan kebiasaan Tara yang suka sekali
ngaret.
“Iya nih. Tuh anak nggak bisa lihat
situasi banget kalo mau ngaret” Fani ikut menimpali.
Hima juga tidak kalah khawatir
dengan dua sahabatnya tadi, beberapa kali ia mencoba menelpon Tara tapi belum
juga diangkat oleh Tara. TUUT TUUT TUUT. “Ayo dong Tara angkat telponnya” batin
Hima. Sedang ketiganya gelisah sambil terus berdo’a agar mereka tidak ditinggal
oleh para wisatawan yang juga hendak pergi ke Gunung Bromo, tiba-tiba ada suara
cempreng yang mengagetkan ketiganya.
“Haalooo semua!!” Tara masuk ke
rumah Hima dengan wajah yang segar dan tanpa rasa bersalah sedikitpun pada
ketiga temannya yang sudah menunggunya dari tadi.
“Apaan sih kamu!. Jam berapa
sekarang? Kenapa kamu baru datang hah??” May langsung melotot dan berkacak
pinggang begitu Tara duduk disebelahnya.
“Sorry, tadi aku diceramahi dulu
sama ayah dan ibu. Kamu tahu kan mereka kalau aku mau pergi ke mana saja pasti
selalu di kasih wejangan yang
macam-macam dulu?” kata Tara berbohong karena sebenarnya dialah yang bangunnya
kesiangan padahal dari pagi ibunya sudah membangunkannya.
May mendengus kesal dan percaya
dengan alasan yang diberikan Tara pada mereka. Hima dan Fani segera membawa barang-barang
mereka keluar rumah dan menunggu taksi yang akan mengantarkan mereka ke tempat
tujuan.
“Ayo berangkat” Hima mengajak kedua
temannya berangkat begitu taksi yang tedi dipesannya datang.
Ketiganya memasukkan barang bawaan
mereka ke bagasi taksi dibantu sang supir taksi. Setelah semuanya dimasukkan,
segera keempat sahabat itu duduk di dalam. Taksi melaju di jalannan yang tidak
begitu ramai. Dengan riang, keempat sahabat itu bernyanyi tanpa memedulikan
sang supir yang dari tadi memerhatikan mereka dari spion depan.
Tak berapa lama, mereka sampai
dikantor travel dan setelah mengeluarkan semua bawaan, mereka segera berkumpul
untuk dicek kelengkapannya. Disana sudah banyak para wisatawan yang akan
berlibur bersama mereka dan menikmati keindahan panorama Gunung Bromo yang
menjadi salah satu ikon yang paling terkenal di Jawa Timur itu. Saat melihat
kedatangan mereka, terlihat kelegaan di wajah semua orang.
“Maaf ya semuanya, membuat kalian
menunggu” Hima berkata sopan pada seorang ibu yang berada disebelahnya sambil
membungkukkan badan.
“Tidak apa-apa kok dik, bukan hanya
kalian yang terlambat” kata ibu-ibu tadi.
Hima dan ketiga temannya hanya
tersenyum kecut mendengar jawaban dari ibu itu. Karena satu orang lagi yang
ditunggu belum juga datang, tour guide yang akan menemani mereka menyuruh untuk
masuk ke dalam bus terlebih dahulu dan sebelumnya sudah mengecek orang sudah
datang sekali lagi. Saat keempat sahabat itu akan masuk ke bus, tiba-tiba Tara
membuat ulah yang membuat temannya yang lain memandang kesal kearahnya.
“Eh, Hima temani aku ke toilet yuk?
Udah kebelet nih” Tara meminta dengan wajah memelas. Dan dengan terpaksa, Hima
menemaninya ke toilet sambil terlebih dahulu meminta ijin kepada tour guide
mereka.
Tara langsung berlari ke toilet begitu
saja tanpa mengiraukan Hima yang berada dibelakangnya. “Aku tunggu didepan saja
ya? Jangan lama-lama” teriak Hima saat Tara sudah masuk kedalam toilet.Begitu
keluar dari toilet, Tara celingukan mencari sosok Hima karena tadi ia tidak
mendengar teriakan terakhir Hima yang akan menunggunya di luar. Dengan panik
dan tergesa-gesa, Tara berlari ke luar kantor dan hendak kembali kedalam bus
yang sudah menunggunya. Namun, karena tidak memerhatikan jalan didepannya Tara
menabrak seseorang yang sedang berada didepannya. BRAAK.
Begitu kerasnya ia menabrak
seseorang dan membuatnya jatuh ke lantai, namun tidak dengan orang yang
ditabraknya. Orang itu tetap berdiri tegak di hadapan Tara hanya saja ponsel
yang sedang digenggamnya terjatuh dan rusak. Merasa bersalah atas kelakuannya,
Tara segera mengambil ponsel yang jatuh itu dan menyerahkannya pada sang
pemilik sambil meminta maaf. Tapi betapa terkejutnya Tara saat tahu siapa
pemilik dari ponsel itu dan orang yang telah ditabraknya. Karena terkejut, Tara
hanya meminta maaf dan pergi begitu saja dari hadapan Raka –orang yang tadi
ditabraknya- .
Diluar
Tara mendapati Hima yang sedang menunggunya, lalu keduanya segera masuk ke
dalam bus. Tak lama setelah itu, tour guide mengatakan bahwa satu orang yang
sedang ditunggunya itu sudah masuk dan duduk dikursi paling belakang bus.
Didalam
bus, Tara duduk bersebelahan dengan Hima sedangkan May duduk di depannya dengan
Fani. Tara merasa sangat senang sekali. Tak henti-hentinya ia mengagumi daerah
disepanjang perjalanan ke Gunung Bromo yang terlihat sangat indah.
Gunung
Bromo terletak di 4 perbatasan Jawa Timur, yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten
Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang. Gunung Bromo terkenal
dengan sunrisenya yang sangat indah. Maka dari itu, sebisa mungkin datang ke
Gunung Bromo harus melihat sendiri keindahan tersebut. Perjalanan dari Jakarta
ke Gunung Bromo menbutuhkan waktu kurang lebih 19 jam dengan menggunakan alat
transportasi umum seperti bus.
Karena
perjalanan yang cukup jauh, dan akan tiba keesokan harinya semua penumpang
diharuskan untuk beristirahat agar besok pagi semuanya menjadi lebih segar dan
mampu untuk berjalan jauh ke tempat kawah Gunung Bromo yang terkenal dengan abu
vulkaniknya. Itulah mengapa Gunung Bromo sangat terkenal baik di nusantara
maupun mancanegara. Wisata yang paling suka dikunjungi oleh turis mancanegara
yang ingin melihat sendiri sunrise dari puncak gunung dan kawah yang sangat
luas dengan diameter 600 m dengan asap putih
keluar dari kawah. Dan juga savanah, yaitu padang rumput hijau yang terletak di
bukit Jemplang arah selatan wisata gunung Bromo.
Rombongan
tour yang diikuti Tara dan ketiga sahabatnya telah sampai di tempat tujuan, dan
tepat pada pukul 4 dini hari jadi mereka semua dapat melihat secara langsung
sunrise dari Puncak Gunung Pananjakan dengan hamparan lautan kabut dan lautan
pasir yang mengelilingi Gunung Bromo dan Gunung Batok.
Karena
jalur yang dilalui untuk sampai ke puncak sangatlah terjal, jadi semua
wisatawan harus menggunakan jeep untuk dapat kesana. Jeep hanya mampu membawa 4
orang dan jeep yang disewakan disana sangatlah terbatas, jadi jika ingin
menikmati sunrise harus berlomba-lomba untuk mendapatkan jeep terlebih dahulu.
Saat
itu, hanya tersisa dua jeep namun sayangnya salah satu jeep itu ternyata tidak
dalam keadaan baik yang memungkinkan untuk dapat digunakan. Fani, May dan Hima
sudah terlebih dahulu mendapat tumpangan jeep dari tour guide mereka dan hanya
tinggal Tara yang belum mendapatkan tumpangan jeep untuk dapat kesana.
Saat
sedang kebingungan, tiba-tiba tangan Tara ditarik dengan paksa oleh seseorang,
dia adalah Raka. Raka yang sedari tadi melihat Tara sedang bingung mendapatkan
tumpangan, tidak tega meninggalkannya sendirian. Jadi ia memutuskan untuk
memberinya tumpangan kepada gadis itu. Tara duduk disebelah Raka yang sedang
mengemudikan jeep. Raka terlihat sangat mahir dalam mengendarai jeep itu, dan
seolah sudah terbiasa dengan keadaan jalur yang terjal.
Keduanya
turun dari jeep sesampainya di kawah gunung Bromo. Di atas kawah gunung Bromo,
udaranya sangat dingin. Tara yang waktu itu hanya menggunakan sweater tipis
merasa sangat kedinginan. Raka yang melihat Tara sedikit menggigil karena
kedinginan, melepas jaketnya dan memberikannya pada Tara.
“Nih,
pakai jaket ku biar nggak kedinginan” Raka menyerahkan jaket itu pada Tara.
Tara
tidak langsung menerima jaket itu dan malah memandang aneh ke mata Raka seolah
mencari tahu apa yang sedang dipikirkan cowok itu. Namun karena Tara tidak
segera menerima jaketnya, Raka langsung memakaikan jaketnya itu untuk
menyelimuti tubuh Tara.
“Jangan
berpikir yang macam-macam, aku tidak ada maksud apapun selain kasihan melihatmu
kedinginan” setelah berkata demikian Raka melangkah lebih dekat ke arah
savanah. Tara mengikuti langkah Raka dari belakang.
“Sebentar
lagi kita akan lihat sunrise” Raka berkata sambil terus melihat ke depan. Tara
mengalihkan pandangannya dari Raka dan mengikuti arah pandang Raka yang melihat
ke depan.
Dan benar, semburat cahaya merah
sedikit demi sedikit keluar dari peraduannya. Tara menatap dengan takjub ciptaan
Allah itu, yang bisa dengan jelas ia mikmati sendiri dari puncak gunung Bromo.
Tara berjalan semakin dekat, dan merentangkan kedua tangannya lebar sambil
menutup mata dan merasakan hembusan angin mererpa wajah cantiknya. Raka menoleh
pada Tara yang sedang asyik menikmati udara yang mulai menghangat pagi itu. Ia
terus memerhatikan wajah yang telah lama ia rindukan itu.
Tara
membuka matanyan dan menoleh pada Raka yang tengah memerhatikannya, dan
tiba-tiba ia merasa jantungnya berdebar sangat cepat. Dengan segera ia
memalingkan wajahnya kedepan lagi. Begitu pula dengan Raka ia merasa sangat
canggung berada di sebelah Tara, gadis yang selama empat tahun ini selalu
terbayang di matanya.
“Ngapain
kamu ngeliatin aku begitu?” pipi cantik Tara mulai memerah saat bertanya pada
Raka.
“Eh.ehm.
nggak kok, siapa bilang aku ngeliatin kamu? Orang aku lagi ngeliat orang-orang
yang ada di sana tuh” Raka berbohong sambil berpura-pura memerhatikan pada
turis luar negeri yang sedang berfoto-foto.
“Oh,
kirain..” Tara merasa sangat kecewa dengan perkataan Raka berusan, karena ia
berharap Raka memerhatikannya karena sebenarnya Tara juga merasakan apa yang
saat ini tengah dirasakan oleh Raka, yaitu rasa rindu yang amat dalam.
“Foto-foto
yuk?” ajak Tara tiba-tiba. Tanpa menunggu kesediaan Raka, Tara langsung
mengeluarkan handicamnya dari dalam tas dan menggandeng tangan Raka mendekati
para turis yang tengah asyik dengan kegiatannya untuk meminta tolong agar mau
menggambil gambarnya dan Raka dengan latar gunung Bromo.Setelah mendapatkan
banyak foto dengan latar Bromo, Raka dan Tara duduk di atas jeep. Tidak ada
percakapan diantara keduanya, karena keduanya sedang terlihat asyik dengan
pikiran masing-masing.
“Maaf”
kata Raka tiba-tiba. Tara menoleh ke arah Raka, wajahnya terlihat kebingungan.
“Maaf
karena aku tidak berani berkata jujur padamu” Raka berbicara sambil terus
memandang ke depan, seolah tengah berbicara sendiri. Seolah sudah mengetahui
maksud Raka, Tara kembali memandang kedepan.
“Aku
juga” kata Tara kemudian, yang sekarang membuat Raka langsung menoleh
kearahnya. Tara menoleh dan tersenyum padanya, lalu menggenggam tangan Raka
dengan hangat. “Sejujurnya, dari SMA aku juga sudah suka sama kamu. Kamu adalah
cinta pertama ku” Tara melanjutkan kata-katanya. Mata Raka membulat tak percaya,
tapi ia tahu bahwa sekarang Tara sedang tidak bercanda padanya.
“Kamu
tahu kalau aku juga suka sama kamu?” kata Raka tidak percaya pada apa yang baru
saja didengarnya. Dan untuk menjawab pertanyaan Raka, Tara hanya tersenyum
dengan sangat manis dan itu membuat Raka menjadi salah tingkah.
“Hima
yang sudah menceritakan semuanya pada ku, kenapa waktu itu kamu tiba-tiba
menjauh dari aku tanpa alasan yang jelas. Itu karena kamu mau menyelamatkan aku
dari Bella yang juga menyukaimu, namun kamu malah suka sama aku, ya kan?”. Tara
bertanya dengan mata sambil menerawang mengingat masa lalunya. Raka mengangguk
membenarkan kata-kata Tara.
“Aku
hanya tidak ingin gadis cantik yang aku sukai itu terluka gara-gara aku.”
“Aku
tahu” Tara maklum dengan sifat Raka yang sudah ia kenal dari dulu sangat
menyayangi dan melindungi seorang wanita. “Tapi sekarang Bella bagaimana?.”
Rasa penasaran Tara pada Bella tiba-tiba muncul begitu saja.
“Setelah
aku mau mengikuti perintah Bella untuk menjadi pacarnya, dia sangat over
protektif pada semua teman wanita ku. Dan setelah kita lulus, Bella meneruskan
kuliahnya di luar negeri dan memutuskan aku begitu saja, mungkin dia tahu kalau
sebenarnya aku tidak menyukainya dan terpaksa mau menjadi pacarnya karena aku
sayang sama kamu” cerita dari Raka mengalir begitu saja. Tara menyimak cerita
Raka dari awal sampai akhir tanpa menyelanya sedikitpun.
“Oh,
begitu ceritanya” Tara menanggapi cerita Raka begitu ceritanya selesai. “Ya
udah kita balik yuk?” ajaknya Tara kemudian. Tara turun dari atas jeep dan
hendak masuk ke dalamnya namun saat ia baru mau membuka pintu jeep tangannya
dicekal oleh Raka.
“Tunggu
dulu, aku mau bertanya sesuatu sama kamu” Raka melepaskan tangan Tara saat
mereka telah berhadapan. Tara tersenyum melihat tingkah Raka yang tiba-tiba
menjadi gugup, keringat tampak membasahi keningnya.
“Ak..ak.aku
suka sama kamu Ra” dengan susah payah Raka mengatakan kalimat itu, namun Tara
malah menertawakannya. “Kenapa kamu malah tertawa?” Raka merasa malu dengan
Tara.
“Kamu
udah tahu jawaban ku kan?” bukannya menjawab, Tara malah bertanya kembali pada
Raka. Dan itu membuat Raka kebingungan dan menggaruk kepalanya yang tidak
gatal. Tara semakin tertawa keras melihat tingkah Raka yang menurutnya sangat
lucu itu.
“Jadi
jawabannya kamu mau apa tidak dong jadi pacarku?” Raka masih belum mengerti
maksud Tara dengan jawaban yang sudah ia berikan, karena menurutnya Tara belum
menjawab apa-apa mengenai pernyataan yang dilontarkannya.
“Aku
mau” akhirnya Tara menjawab sambil tersenyum manis dan anggukan kepala. Raka
bengong dengan jawaban Tara, dan itu sekali lagi membuat Tara tertawa dengan
tingkah lucunya yang sangat ia rindukan selama ini.
“Apa?
Kamu mau. Kamu serius mau menjadi pacar aku?” Raka masih tidak percaya dengan
pendengarannya.
“Tau
ah, kamu lemot banget diajak bicara. Ayo balik” Tara sudah akan naik ke dalam
jeep sebelum tangannya ditarik lagi oleh Raka. Tara sangat terkejut saat Raka
tiba-tiba memeluknya, tapi segera Tara membalas pelukan Raka dengan memeluknya
erat.
Tanpa
mereka tahu bahwa ketiga sahabat Tara, yaitu Hima, Fani dan May dari tadi
tengah memerhatikan mereka dari kejauhan. Kedua temannya tidak mengetahui siapa
Raka, hanya Hima yang tahu apa yang sedang terjadi pada sahabatnya itu,
tersenyum bahagia melihat Raka dan Tara akhirnya dapat bertemu kembali.
Savanah
gunung Bromo kini telah menjadi saksi bersatunya kembali dua cinta yang dulu
sempat terpisah karena masalah yang rumit. Dan kebahagiaan yang tak bisa
dijelaskan tampak di kedua wajah dua orang yang sedang sama-sama jatuh cinta
itu.
Lalu
keduanya memutuskan untuk turun dan melihat-lihat kuil yang ada tepat di bawah
puncak kaki gunung Bromo sebelah utara. Kuil itu merupakan tempat yang
digunakan masyarakat sekitar untuk mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo
yang biasa diadakan pada tengah malam hingga dini
hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo
(kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Setelah puas melihat-lihat kesekeliling kuil, mereka
akhirnya kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Jakarta,
namun sebelum pulang seperti biasa wisatawan akan diajak ke tempat oleh-oleh
souvenir maupun makanan khas Malang itu.
Didalam bus, Tara menceritakan semua kejadian yang
dialaminya dan pertemuannya kembali dengan Raka yang akhirnya membuatnya
menjadi pacar Raka. Terlihat dengan jelas kebahagiaan yang tercipta di wajah
cantik Tara saat menceritakan semua itu kepada Hima, begitu pula Hima yang ikut
bahagia mendengar cerita bahagia dari salah seorang sahabat yang selama ini
sudah dianggapnya seperti saudaranya sendiri itu.
0 komentar:
Posting Komentar