Translate

CERPEN KETEMU CINTA DI BROMO

Written By iqbal_editing on Rabu, 22 Maret 2017 | 06.20

KETEMU CINTA Di BROMO
Tara, Hima, Fani dan May hari ini akan pergi untuk menikmati indahnya panorama Gunung Bromo yang terletak di Malang, Jawa Timur. Dengan ikut biro traveling Gangsa Travel, mereka hari ini akan berangkat kesana. Fani dan May sudah sampai terlebih dahulu di rumah Hima, mereka bertiga tampak gelisah menunggu kedatangan Tara yang belum juga kelihatan, karena tidak lama lagi keempatnya sudah harus berangkat ke kantor travel untuk segera pergi ke Gunung Bromo. 
            “Him, Tara mana sih? Jam segini kok belum datang” May tampak khawatir dengan kebiasaan Tara yang suka sekali ngaret.
            “Iya nih. Tuh anak nggak bisa lihat situasi banget kalo mau ngaret” Fani ikut menimpali.
            Hima juga tidak kalah khawatir dengan dua sahabatnya tadi, beberapa kali ia mencoba menelpon Tara tapi belum juga diangkat oleh Tara. TUUT TUUT TUUT. “Ayo dong Tara angkat telponnya” batin Hima. Sedang ketiganya gelisah sambil terus berdo’a agar mereka tidak ditinggal oleh para wisatawan yang juga hendak pergi ke Gunung Bromo, tiba-tiba ada suara cempreng yang mengagetkan ketiganya.
            “Haalooo semua!!” Tara masuk ke rumah Hima dengan wajah yang segar dan tanpa rasa bersalah sedikitpun pada ketiga temannya yang sudah menunggunya dari tadi.
            “Apaan sih kamu!. Jam berapa sekarang? Kenapa kamu baru datang hah??” May langsung melotot dan berkacak pinggang begitu Tara duduk disebelahnya.
            “Sorry, tadi aku diceramahi dulu sama ayah dan ibu. Kamu tahu kan mereka kalau aku mau pergi ke mana saja pasti selalu di kasih wejangan yang macam-macam dulu?” kata Tara berbohong karena sebenarnya dialah yang bangunnya kesiangan padahal dari pagi ibunya sudah membangunkannya.
            May mendengus kesal dan percaya dengan alasan yang diberikan Tara pada mereka. Hima dan Fani segera membawa barang-barang mereka keluar rumah dan menunggu taksi yang akan mengantarkan mereka ke tempat tujuan.
            “Ayo berangkat” Hima mengajak kedua temannya berangkat begitu taksi yang tedi dipesannya datang.
            Ketiganya memasukkan barang bawaan mereka ke bagasi taksi dibantu sang supir taksi. Setelah semuanya dimasukkan, segera keempat sahabat itu duduk di dalam. Taksi melaju di jalannan yang tidak begitu ramai. Dengan riang, keempat sahabat itu bernyanyi tanpa memedulikan sang supir yang dari tadi memerhatikan mereka dari spion depan.
            Tak berapa lama, mereka sampai dikantor travel dan setelah mengeluarkan semua bawaan, mereka segera berkumpul untuk dicek kelengkapannya. Disana sudah banyak para wisatawan yang akan berlibur bersama mereka dan menikmati keindahan panorama Gunung Bromo yang menjadi salah satu ikon yang paling terkenal di Jawa Timur itu. Saat melihat kedatangan mereka, terlihat kelegaan di wajah semua orang.
            “Maaf ya semuanya, membuat kalian menunggu” Hima berkata sopan pada seorang ibu yang berada disebelahnya sambil membungkukkan badan.
            “Tidak apa-apa kok dik, bukan hanya kalian yang terlambat” kata ibu-ibu tadi.
            Hima dan ketiga temannya hanya tersenyum kecut mendengar jawaban dari ibu itu. Karena satu orang lagi yang ditunggu belum juga datang, tour guide yang akan menemani mereka menyuruh untuk masuk ke dalam bus terlebih dahulu dan sebelumnya sudah mengecek orang sudah datang sekali lagi. Saat keempat sahabat itu akan masuk ke bus, tiba-tiba Tara membuat ulah yang membuat temannya yang lain memandang kesal kearahnya.
            “Eh, Hima temani aku ke toilet yuk? Udah kebelet nih” Tara meminta dengan wajah memelas. Dan dengan terpaksa, Hima menemaninya ke toilet sambil terlebih dahulu meminta ijin kepada tour guide mereka.
            Tara langsung berlari ke toilet begitu saja tanpa mengiraukan Hima yang berada dibelakangnya. “Aku tunggu didepan saja ya? Jangan lama-lama” teriak Hima saat Tara sudah masuk kedalam toilet.Begitu keluar dari toilet, Tara celingukan mencari sosok Hima karena tadi ia tidak mendengar teriakan terakhir Hima yang akan menunggunya di luar. Dengan panik dan tergesa-gesa, Tara berlari ke luar kantor dan hendak kembali kedalam bus yang sudah menunggunya. Namun, karena tidak memerhatikan jalan didepannya Tara menabrak seseorang yang sedang berada didepannya. BRAAK.
            Begitu kerasnya ia menabrak seseorang dan membuatnya jatuh ke lantai, namun tidak dengan orang yang ditabraknya. Orang itu tetap berdiri tegak di hadapan Tara hanya saja ponsel yang sedang digenggamnya terjatuh dan rusak. Merasa bersalah atas kelakuannya, Tara segera mengambil ponsel yang jatuh itu dan menyerahkannya pada sang pemilik sambil meminta maaf. Tapi betapa terkejutnya Tara saat tahu siapa pemilik dari ponsel itu dan orang yang telah ditabraknya. Karena terkejut, Tara hanya meminta maaf dan pergi begitu saja dari hadapan Raka –orang yang tadi ditabraknya- .
Diluar Tara mendapati Hima yang sedang menunggunya, lalu keduanya segera masuk ke dalam bus. Tak lama setelah itu, tour guide mengatakan bahwa satu orang yang sedang ditunggunya itu sudah masuk dan duduk dikursi paling belakang bus.
Didalam bus, Tara duduk bersebelahan dengan Hima sedangkan May duduk di depannya dengan Fani. Tara merasa sangat senang sekali. Tak henti-hentinya ia mengagumi daerah disepanjang perjalanan ke Gunung Bromo yang terlihat sangat indah.
Gunung Bromo terletak di 4 perbatasan Jawa Timur, yaitu Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Lumajang. Gunung Bromo terkenal dengan sunrisenya yang sangat indah. Maka dari itu, sebisa mungkin datang ke Gunung Bromo harus melihat sendiri keindahan tersebut. Perjalanan dari Jakarta ke Gunung Bromo menbutuhkan waktu kurang lebih 19 jam dengan menggunakan alat transportasi umum seperti bus.
Karena perjalanan yang cukup jauh, dan akan tiba keesokan harinya semua penumpang diharuskan untuk beristirahat agar besok pagi semuanya menjadi lebih segar dan mampu untuk berjalan jauh ke tempat kawah Gunung Bromo yang terkenal dengan abu vulkaniknya. Itulah mengapa Gunung Bromo sangat terkenal baik di nusantara maupun mancanegara. Wisata yang paling suka dikunjungi oleh turis mancanegara yang ingin melihat sendiri sunrise dari puncak gunung dan kawah yang sangat luas dengan diameter 600 m dengan asap putih keluar dari kawah. Dan juga savanah, yaitu padang rumput hijau yang terletak di bukit Jemplang arah selatan wisata gunung Bromo.
Rombongan tour yang diikuti Tara dan ketiga sahabatnya telah sampai di tempat tujuan, dan tepat pada pukul 4 dini hari jadi mereka semua dapat melihat secara langsung sunrise dari Puncak Gunung Pananjakan dengan hamparan lautan kabut dan lautan pasir yang mengelilingi Gunung Bromo dan Gunung Batok.
Karena jalur yang dilalui untuk sampai ke puncak sangatlah terjal, jadi semua wisatawan harus menggunakan jeep untuk dapat kesana. Jeep hanya mampu membawa 4 orang dan jeep yang disewakan disana sangatlah terbatas, jadi jika ingin menikmati sunrise harus berlomba-lomba untuk mendapatkan jeep terlebih dahulu.
Saat itu, hanya tersisa dua jeep namun sayangnya salah satu jeep itu ternyata tidak dalam keadaan baik yang memungkinkan untuk dapat digunakan. Fani, May dan Hima sudah terlebih dahulu mendapat tumpangan jeep dari tour guide mereka dan hanya tinggal Tara yang belum mendapatkan tumpangan jeep untuk dapat kesana.
Saat sedang kebingungan, tiba-tiba tangan Tara ditarik dengan paksa oleh seseorang, dia adalah Raka. Raka yang sedari tadi melihat Tara sedang bingung mendapatkan tumpangan, tidak tega meninggalkannya sendirian. Jadi ia memutuskan untuk memberinya tumpangan kepada gadis itu. Tara duduk disebelah Raka yang sedang mengemudikan jeep. Raka terlihat sangat mahir dalam mengendarai jeep itu, dan seolah sudah terbiasa dengan keadaan jalur yang terjal.
Keduanya turun dari jeep sesampainya di kawah gunung Bromo. Di atas kawah gunung Bromo, udaranya sangat dingin. Tara yang waktu itu hanya menggunakan sweater tipis merasa sangat kedinginan. Raka yang melihat Tara sedikit menggigil karena kedinginan, melepas jaketnya dan memberikannya pada Tara.
“Nih, pakai jaket ku biar nggak kedinginan” Raka menyerahkan jaket itu pada Tara.
Tara tidak langsung menerima jaket itu dan malah memandang aneh ke mata Raka seolah mencari tahu apa yang sedang dipikirkan cowok itu. Namun karena Tara tidak segera menerima jaketnya, Raka langsung memakaikan jaketnya itu untuk menyelimuti tubuh Tara.
“Jangan berpikir yang macam-macam, aku tidak ada maksud apapun selain kasihan melihatmu kedinginan” setelah berkata demikian Raka melangkah lebih dekat ke arah savanah. Tara mengikuti langkah Raka dari belakang.
“Sebentar lagi kita akan lihat sunrise” Raka berkata sambil terus melihat ke depan. Tara mengalihkan pandangannya dari Raka dan mengikuti arah pandang Raka yang melihat ke depan.   
Dan benar, semburat cahaya merah sedikit demi sedikit keluar dari peraduannya. Tara menatap dengan takjub ciptaan Allah itu, yang bisa dengan jelas ia mikmati sendiri dari puncak gunung Bromo. Tara berjalan semakin dekat, dan merentangkan kedua tangannya lebar sambil menutup mata dan merasakan hembusan angin mererpa wajah cantiknya. Raka menoleh pada Tara yang sedang asyik menikmati udara yang mulai menghangat pagi itu. Ia terus memerhatikan wajah yang telah lama ia rindukan itu.
Tara membuka matanyan dan menoleh pada Raka yang tengah memerhatikannya, dan tiba-tiba ia merasa jantungnya berdebar sangat cepat. Dengan segera ia memalingkan wajahnya kedepan lagi. Begitu pula dengan Raka ia merasa sangat canggung berada di sebelah Tara, gadis yang selama empat tahun ini selalu terbayang di matanya.
“Ngapain kamu ngeliatin aku begitu?” pipi cantik Tara mulai memerah saat bertanya pada Raka.
“Eh.ehm. nggak kok, siapa bilang aku ngeliatin kamu? Orang aku lagi ngeliat orang-orang yang ada di sana tuh” Raka berbohong sambil berpura-pura memerhatikan pada turis luar negeri yang sedang berfoto-foto.
“Oh, kirain..” Tara merasa sangat kecewa dengan perkataan Raka berusan, karena ia berharap Raka memerhatikannya karena sebenarnya Tara juga merasakan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Raka, yaitu rasa rindu yang amat dalam.
“Foto-foto yuk?” ajak Tara tiba-tiba. Tanpa menunggu kesediaan Raka, Tara langsung mengeluarkan handicamnya dari dalam tas dan menggandeng tangan Raka mendekati para turis yang tengah asyik dengan kegiatannya untuk meminta tolong agar mau menggambil gambarnya dan Raka dengan latar gunung Bromo.Setelah mendapatkan banyak foto dengan latar Bromo, Raka dan Tara duduk di atas jeep. Tidak ada percakapan diantara keduanya, karena keduanya sedang terlihat asyik dengan pikiran masing-masing.
“Maaf” kata Raka tiba-tiba. Tara menoleh ke arah Raka, wajahnya terlihat kebingungan.
“Maaf karena aku tidak berani berkata jujur padamu” Raka berbicara sambil terus memandang ke depan, seolah tengah berbicara sendiri. Seolah sudah mengetahui maksud Raka, Tara kembali memandang kedepan.
“Aku juga” kata Tara kemudian, yang sekarang membuat Raka langsung menoleh kearahnya. Tara menoleh dan tersenyum padanya, lalu menggenggam tangan Raka dengan hangat. “Sejujurnya, dari SMA aku juga sudah suka sama kamu. Kamu adalah cinta pertama ku” Tara melanjutkan kata-katanya. Mata Raka membulat tak percaya, tapi ia tahu bahwa sekarang Tara sedang tidak bercanda padanya.
“Kamu tahu kalau aku juga suka sama kamu?” kata Raka tidak percaya pada apa yang baru saja didengarnya. Dan untuk menjawab pertanyaan Raka, Tara hanya tersenyum dengan sangat manis dan itu membuat Raka menjadi salah tingkah.
“Hima yang sudah menceritakan semuanya pada ku, kenapa waktu itu kamu tiba-tiba menjauh dari aku tanpa alasan yang jelas. Itu karena kamu mau menyelamatkan aku dari Bella yang juga menyukaimu, namun kamu malah suka sama aku, ya kan?”. Tara bertanya dengan mata sambil menerawang mengingat masa lalunya. Raka mengangguk membenarkan kata-kata Tara.
“Aku hanya tidak ingin gadis cantik yang aku sukai itu terluka gara-gara aku.”
“Aku tahu” Tara maklum dengan sifat Raka yang sudah ia kenal dari dulu sangat menyayangi dan melindungi seorang wanita. “Tapi sekarang Bella bagaimana?.” Rasa penasaran Tara pada Bella tiba-tiba muncul begitu saja.
“Setelah aku mau mengikuti perintah Bella untuk menjadi pacarnya, dia sangat over protektif pada semua teman wanita ku. Dan setelah kita lulus, Bella meneruskan kuliahnya di luar negeri dan memutuskan aku begitu saja, mungkin dia tahu kalau sebenarnya aku tidak menyukainya dan terpaksa mau menjadi pacarnya karena aku sayang sama kamu” cerita dari Raka mengalir begitu saja. Tara menyimak cerita Raka dari awal sampai akhir tanpa menyelanya sedikitpun.
“Oh, begitu ceritanya” Tara menanggapi cerita Raka begitu ceritanya selesai. “Ya udah kita balik yuk?” ajaknya Tara kemudian. Tara turun dari atas jeep dan hendak masuk ke dalamnya namun saat ia baru mau membuka pintu jeep tangannya dicekal oleh Raka.
“Tunggu dulu, aku mau bertanya sesuatu sama kamu” Raka melepaskan tangan Tara saat mereka telah berhadapan. Tara tersenyum melihat tingkah Raka yang tiba-tiba menjadi gugup, keringat tampak membasahi keningnya.
“Ak..ak.aku suka sama kamu Ra” dengan susah payah Raka mengatakan kalimat itu, namun Tara malah menertawakannya. “Kenapa kamu malah tertawa?” Raka merasa malu dengan Tara.
“Kamu udah tahu jawaban ku kan?” bukannya menjawab, Tara malah bertanya kembali pada Raka. Dan itu membuat Raka kebingungan dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Tara semakin tertawa keras melihat tingkah Raka yang menurutnya sangat lucu itu.
“Jadi jawabannya kamu mau apa tidak dong jadi pacarku?” Raka masih belum mengerti maksud Tara dengan jawaban yang sudah ia berikan, karena menurutnya Tara belum menjawab apa-apa mengenai pernyataan yang dilontarkannya.
“Aku mau” akhirnya Tara menjawab sambil tersenyum manis dan anggukan kepala. Raka bengong dengan jawaban Tara, dan itu sekali lagi membuat Tara tertawa dengan tingkah lucunya yang sangat ia rindukan selama ini.
“Apa? Kamu mau. Kamu serius mau menjadi pacar aku?” Raka masih tidak percaya dengan pendengarannya.
“Tau ah, kamu lemot banget diajak bicara. Ayo balik” Tara sudah akan naik ke dalam jeep sebelum tangannya ditarik lagi oleh Raka. Tara sangat terkejut saat Raka tiba-tiba memeluknya, tapi segera Tara membalas pelukan Raka dengan memeluknya erat.
Tanpa mereka tahu bahwa ketiga sahabat Tara, yaitu Hima, Fani dan May dari tadi tengah memerhatikan mereka dari kejauhan. Kedua temannya tidak mengetahui siapa Raka, hanya Hima yang tahu apa yang sedang terjadi pada sahabatnya itu, tersenyum bahagia melihat Raka dan Tara akhirnya dapat bertemu kembali.
Savanah gunung Bromo kini telah menjadi saksi bersatunya kembali dua cinta yang dulu sempat terpisah karena masalah yang rumit. Dan kebahagiaan yang tak bisa dijelaskan tampak di kedua wajah dua orang yang sedang sama-sama jatuh cinta itu.
Lalu keduanya memutuskan untuk turun dan melihat-lihat kuil yang ada tepat di bawah puncak kaki gunung Bromo sebelah utara. Kuil itu merupakan tempat yang digunakan masyarakat sekitar untuk mengadakan upacara Yadnya Kasada atau Kasodo yang biasa diadakan pada tengah malam hingga dini hari setiap bulan purnama sekitar tanggal 14 atau 15 di bulan Kasodo (kesepuluh) menurut penanggalan Jawa.
Setelah puas melihat-lihat kesekeliling kuil, mereka akhirnya kembali ke bus dan melanjutkan perjalanan pulang kembali ke Jakarta, namun sebelum pulang seperti biasa wisatawan akan diajak ke tempat oleh-oleh souvenir maupun makanan khas Malang itu.
Didalam bus, Tara menceritakan semua kejadian yang dialaminya dan pertemuannya kembali dengan Raka yang akhirnya membuatnya menjadi pacar Raka. Terlihat dengan jelas kebahagiaan yang tercipta di wajah cantik Tara saat menceritakan semua itu kepada Hima, begitu pula Hima yang ikut bahagia mendengar cerita bahagia dari salah seorang sahabat yang selama ini sudah dianggapnya seperti saudaranya sendiri itu.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik