Razia Handphone
Cerpen singkat dan sederhana, Razia Handphone -
Mimpi malam Julia benar-benar menjadi kenyataan. Di mimpinya Julia
mendapatkan masalah yang benar-benar membuat dia stress. Di mimpi itu
dia merasa tidak berdaya, tidak bisa berbuat apa-apa ketika dia
diputuskan oleh kekasihnya karena masalah yang sangat sepele yaitu telat
membalas pesan singkat sms yang diterima.
Entah bagaimana, di dalam mimpi seolah-olah handphone milik Julia
seperti di sulap, tergeletak di meja belajar namun tidak bisa diraih
sama sekali sampai akhirnya ke esokan harinya ia diputuskan.
“Asstagf….. mimpi apa barusan” keluh Julia yang terbangun di tengah
malam yang sangat sunyi itu. Julia adalah seorang remaja yang masih
merasakan cinta pertama, usianya yang masih belia dan masih bersekolah
membuat ia dilambung angan dan baying cinta yang begitu indah.
Sehari setelah jadian, hidup Julia menjadi sangat berubah, ia tidak lagi
pemurung dan selalu bersemangat menjalani hari. Dia semakin rajin ke
sekolah meski di sekolah dia lebih banyak menghabiskan waktu untuk
ngobrol bersama kekasih barunya.
Pelan tapi pasti, lama kelamaan kebiasaan Julia menjadi tidak baik, ia
lupa tujuannya di sekolah yaitu untuk belajar. Sampai suatu hari ia di
tegur oleh kakaknya…
“Kamu ini, mau sekola apa pacaran….!”
“Kakak apaan sih, sewot aja…”
“Ya kamu itu loh, mau berangkat sekolah yang diributin handphone aja, tak pernah sekalipun rebut masalah pelajaran…”
“Ya handphone kan penting kak, kalau ada apa-apa gimana….”
“Ada apa-apa apanya, ada sms dari pacar maksud kamu!!! Kamu tu sekolah untuk belajar bukan pacaran!!!”
Perkataan kakaknya sama sekali tidak dihiraukan, masuk telinga kiri
keluar telinga kanan. Sebenarnya sang kakak sudah tidak bosan-bosannya
menasehati Julia namun Julia masih tetap belum sadar juga. Bahkan
terkadang kakak Julia pun sampai benar-benar jengkel.
“Sudah Julia… handphone di tarok, sesekali belajar ngapa…!”
“Kakak ini gak bisa lihat adik sendiri senang!”
“Eh… dibilangan tuh jangan ngeyel, kena batunya baru tahu rasa kamu…”
Benar sekali, gara-gara rebut dengan kakak sore tadi akhirnya malam
harinya Julia mengalami mimpi buruk itu. Mimpi itu berulang sampai tiga
kali dan ke esokan harinya di sekolah ada razia handphone. Handphone
milik Julia terkena razia dan ia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Oke anak-anak, hari ini ada razia handphone, sekarang keluarkan semua
barang bawaan kalian di atas meja…” kata guru BP di depan kelas Julia.
Setelah semua anak mengeluarkan tas dan bawaan lain maka guru BP
memeriksa satu persatu, dan sampainya dia di depan meja Julia.
“Julia, kamu sedang megang apa…”
“Aa…aa…anu pak….”
“Anu apa….coba keluarkan….”
“Aa….a anu bukan apa-apa pak….”
“Sudah, keluarkan, atau saya yang geledah!”
“Iii…iya pak….”
Akhirnya, handphone yang Julia pegang ketahuan dan di sita. Di sekolah
taka da toleransi setelah di umumkan peraturan baru dimana anak-anak
tidak diperkenankan membawa ponsel ke dalam kelas. Handphone milik Julia
pun di sita dan tidak bisa diambil sampai waktu yang tidak ditentukan.
Bukan tidak bisa sama sekali si, handphone yang di sita bisa diambil dengan beberapa syarat - Cerpen singkat dan sederhana.
Pertama, murid yang handphone-nya terkena razia harus membuat surat
pernjanjian tidak akan bermain handphone lagi di kelas. Surat itu harus
ditandatangani oleh lima orang yaitu murid, kedua orang tua, wali kelas,
guru BP dan kepala sekolah.
Setelah membuat pernyataan murid juga nilainya harus naik terus selama
satu semester terakhir yaitu untuk nilai ulangan harian, nilai mid dan
nilai semester. Yang terakhir, handphone hanya bisa diambil oleh orang
tua atau wali murid.
Itu berarti, sekolah Julia memang sudah tidak memberikan toleransi sama
sekali bagi penggunaan handphone di dalam kelas. Dan ternyata semua
handphone yang di sita langsung dikembalikan kepada orang tuanya namun
sang orang tua tidak boleh lagi memberikan ponsel tersebut kepada
anaknya yang sekolah.
Jika dilanggar maka anak tersebut tidak akan diampuni dan akan
dikeluarkan dari sekolah. Dan akhirnya, kisah cinta Julia berakhir
karena razia ponsel tersebut karena tidak ada lagi sarana komunikasi
yang bisa digunakan.
--- Tamat ---
0 komentar:
Posting Komentar