“Aku tertarik dengan permainan arisan tadi Bunda, kata Maika sambil menatap Bundanya”
“Ooooyaaa….. kata Bunda sambil tersenyum”.
“Boleh tidak aku bermain arisan sama seperti Bunda dengan teman-temanku di sekolah nanti, tanya Maika.
“Boleh saja, tapi dengan alat pembayaran yang berbeda, bukan dengan uang jelas Bunda”.
“Lho memangnya kenapa, kok bukan dengan uang?? Lalu dengan apa Tanya Maika sambil mengerutkan keningnya”.
“Anak seusia kamu belum pantas bermain dengan menggunakan uang, apalagi bermain arisan itu memerlukan tanggung jawab yang sangat besar dan resikonya pun juga banyak jelas Bunda”.
“Jadi aku tidak boleh bermain arisan kata Maika dengan lesu”.
Bunda tersenyum melihat Maika yang kecewa dengan penjelasannya.
“Ada cara lain kok, dimana kamu bisa bermain arisan tanpa menggunakan uang kata Bunda”.
“Dengan apa Bunda, Tanya Maika”.
“Dengan permen sebagai alat pembayarannya jawab Bunda”.
Bunda mengajak Maika duduk di sofa, lalu ia pun mulai menjelaskan tentang aturan permainannya pada Maika.
Keesokan harinya dengan penuh semangat Maika menceritakan idenya itu dan mengajak teman-temannya untuk ikut serta bersama-sama bermain Arisan Permen.
“Lucu sekali permainnannya kata Rita”.
“Aku jg mau ikut,kata Fani”
“ kita mulai permainan dan peraturannya mulai hari ini jelas Maika”.
“Waahhhhh berarti nanti yang dapat arisan, bisa makan permen sepuasnya dong teriak Edo, anak laki-laki yang berbadan tambun itu sambil tertawa”.
“Uuuuuuuuhhhhhhhh teriak teman-teman Maika yang ramai-ramai meneriaki Edo sambil tertawa juga”.
Hari-hari terus berlalu, permen-permen yang Maika kumpulkan pun bertambah banyak. Ada permen rasa buah-buahan, ada yang berasa pedas, bahkan ada yang menggunakan permen karet sebagai alat pembayarannya. Lantas hari yang di tunggu-tunggu pun tiba, Seusai belajar mereka kembali berkumpul, Maika mengeluarkan sekantung plastic yang berisi bermacam-macam jenis permen. Teman-teman Maika pun sangat takjub melihat sekantung permen yang ada diatas meja. Mata mereka berbinar-binar dan sepertinya sangat tidak sabar untuk mengetahui siapa kah yang akan mendapatkan sekantung permen itu diantara mereka. Edo lalu mengambil gelas yang berisikan gulungan nama-nama pemain didalamnya.
“Siaaappppp….semua?? teriak Edo sambil mengocok gelas tersebut”.
“Ayoooo….. cepat-cepat keluarkan kata Nina tidak sabar”.
Akhirnya sebuah gulungan kertas itu keluar dari lubang kecil, sekejap suasana yang ramai pun berubah menjadi hening ketika Tika perlahan-lahan membuka dan membaca gulungan kertas yang di pegangnya.
“Siap semua……????? kata Tika. Sambil teriak ia pun memanggil nama Rita yang namanya tertulis di dalam gulungan itu”.
Teman-teman Maika tertawa dan menyelamati Rita yang tampak gembira saat menerima sekantung permen yang Maika berikan.
“Permennya banyak sekali teriak Rita sambil tertawa”.
“Awas nanti kamu bakalan sakit gigi Rita?? kalau makan semua permennya canda Maika sambil tertawa”.
Mendengar perkataan Maika, yang lain pun ikut tertawa terbahak-bahak. Rita tersenyum lalu ia mambagikan sebagian permen itu pada teman-temannya.
“Kita makan sama-sama yuk permennya, aku tidak mau nanti sampai sakit gigi?? kata Rita yang ikutan tertawa juga”.
Teman-teman Maika mengambil sebagian permen yang di taruh oleh Rita diatas meja, lalu mereka memakannya bersam-sama.
“Waahhhh aku jadi tidak sabar untuk menunggu minggu berikutnya kata Fani”.
“Aku juga jawab Edo yang di dalam mulutnya masih penuh dengan permen”
Maika tersenyum puas melihat teman-teman yang sangat gembira dengan permainan arisan permennya. Ia pun berharap permainan ini akan berakhir dengan baik. Hmmmm alangkah senangnya hati mereka semua.
Cerpen Karangan: Ayu Soesman
0 komentar:
Posting Komentar