Hari itu saat malam minggu, untuk pertama kalinya aku bosan dan karena kekasihku sedang berada di luar kota bersama keluarganya, sehingga aku memutuskan untuk tetap berada di kamar sepanjang malam seperti sebuah patung sambil berharap akan adanya hujan yang turun dengan lebat agar semua orang yang menikmati malam minggu merasakan kesengsaraan yang aku alami. Tetapi nyatanya hal itu tidak terjadi. “Sial, ternyata malam ini tidak akan turun hujan.” gumamku kesal ketika melihat langit malam yang penuh dengan pemandangan bintang yang menandakan tidak akan ada hujan yang turun.
Waktu berjalan dengan lambat, hal ini membuatku semakin bosan di malam minggu ini, ingin rasanya cepat berakhir malam minggu ini. Karena merasa bosan, aku lebih memilih untuk menulis sebuah cerpen yang merupakan hobi baruku sejak 2 bulan yang lalu. Tulisan demi tulisan memenuhi sebuah buku yang tadinya kosong kini penuh dengan rangkaian tulisan cerita pendek karyaku. Keasyikan menulis aku sampai lupa kalau malam ini masih dalam suasana malam minggu yang membosankan. “Sampai kapan malam ini berakhir?” ucapku cukup keras.
“Akhirnya mati juga. Aku kira seseorang yang datang, tetapi malah kecoa yang datang,” batinku kesal.
Kemudian ku ambil mayat kecoa tersebut untuk aku bakar sebagai sebagai upacara penutupan kematian kecoa tersebut sambil mengucapkan sebuah doa yang aku sendiri bahkan tidak tahu apa yang aku ucapkan. Selesai dengan itu, aku kembali melanjutkan menulis cerpen. Sedang sibuknya menulis, tiba-tiba Tanteku memanggil, aku pun langsung mendatanginya.
“Ardi, tolong beliin mie ayam 5 bungkus, karena malam ini kita tidak punya bahan makanan untuk dimasak,” perintah Tante. “Baiklah, Tante mana uangnya?” jawabku datar. Setelah menerima uang darinya, aku langsung pergi untuk membeli mie ayam di tempat langgananku. Suasana keramaian jalan di malam minggu semakin membuatku kesal. Meski begitu aku tetap mengayuh sepedaku hingga akhirnya aku tiba di suatu tempat yaitu penjual mie ayam. “Pak, mie ayam 5 dibungkus ya,” ucapku.
Bapak penjuak mie ayam itu hanya mengangguk. Aku langsung duduk di sebuah kursi sembari menunggu pesananku selesai. Ku lihat di sekelilingku banyak para pasangan yang sedang menikmati malam minggu ini bersama, aku bagaikan setan yang tak berwibawa. Tak perlu menunggu lama pesananku selesai, kemudian aku membayarnya. Perjalanan pulang aku memilih untuk mempersingkat perjalanan dengan melewati sebuah gang yang sangat gelap. Namun, bukan keberuntungan yang aku dapat, justru sebuah kesialan kembali menimpaku. Seekor anjing muncul dari sebuah rumah yang pagarnya terbuka kemudian mengejarku, aku pun langsung mengayuh sepedaku dengan kencang hingga anjing itu sudah tidak terlihat lagi.
“Syukurlah anjing itu tidak bisa mengejarku,” kataku dengan napas yang terengah-engah. Baru selesai masalah yang aku hadapi, aku kembali dikejutkan dengan kedatangan seorang waria di hadapanku. “Eh ada si Mas, mau ke mana Mas? Temenin aku dong?” ucapnya mencoba menggodaku. Berhubung aku merasa takut, tanpa pikir panjang langsung saja ku tendang dia sampai terjatuh, kesempatan ini langsung ku manfaatkan untuk kabur. Untuk kesekian kalinya aku berhasil melewati masalah di malam ini.
“Kenapa malam ini begitu menyebalkan?” ucapku pelan sambil terus mengayuh sepeda.
Setibanya di rumah, aku langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka dengan harapan kejadian tadi hanya sebuah bayangan. Selesai mencuci muka langsung saja aku melahap mie ayam tadi bersama keluarga dengan lahap. Merasa kenyang, jadi ku putuskan untuk menonton TV terlebih dahulu selagi perut masih mencoba mencerna makanan. Ku lihat acara TV malam ini begitu membosankan, sangat cocok sekali dengan malam minggu ini yang juga membosankan. Aku kembali ke kamar mandi untuk menggosok gigi, kemudian kembali ke kamar untuk melanjutkan cerpenku.
TAMAT
Cerpen Karangan: Dandy Kisan
0 komentar:
Posting Komentar