Translate

CERPEN CERITA DI MALAM MINGGU

Written By iqbal_editing on Rabu, 12 April 2017 | 05.06

Malam minggu mungkin adalah waktu yang paling tepat bagi para remaja yang sudah memiliki pasangan untuk ngedate atau berkencan. Malam minggu banyak disukai orang termasuk diriku yang sudah memiliki pasangan, tetapi banyak juga yang membenci malam minggu yaitu mereka-mereka yang statusnya masih belum punya pasangan. Kali ini ada sebuah cerita tentang diriku di malam minggu yang baru kali ini aku merasa sangat membosankan. Namaku Januardi Febra Septian Oktavi, panggil saja aku Ardi, orangtuaku memberi nama tersebut karena aku lahir di bulan Juli.
Hari itu saat malam minggu, untuk pertama kalinya aku bosan dan karena kekasihku sedang berada di luar kota bersama keluarganya, sehingga aku memutuskan untuk tetap berada di kamar sepanjang malam seperti sebuah patung sambil berharap akan adanya hujan yang turun dengan lebat agar semua orang yang menikmati malam minggu merasakan kesengsaraan yang aku alami. Tetapi nyatanya hal itu tidak terjadi. “Sial, ternyata malam ini tidak akan turun hujan.” gumamku kesal ketika melihat langit malam yang penuh dengan pemandangan bintang yang menandakan tidak akan ada hujan yang turun.
Waktu berjalan dengan lambat, hal ini membuatku semakin bosan di malam minggu ini, ingin rasanya cepat berakhir malam minggu ini. Karena merasa bosan, aku lebih memilih untuk menulis sebuah cerpen yang merupakan hobi baruku sejak 2 bulan yang lalu. Tulisan demi tulisan memenuhi sebuah buku yang tadinya kosong kini penuh dengan rangkaian tulisan cerita pendek karyaku. Keasyikan menulis aku sampai lupa kalau malam ini masih dalam suasana malam minggu yang membosankan. “Sampai kapan malam ini berakhir?” ucapku cukup keras.
Tiba-tiba aku dikagetkan dengan kehadiran seekor kecoak yang sedang terbang di langit-langit kamarku, refleks aku terkejut karena kecoa terbang adalah binatang yang sangat menjijikkan meskipun aku tidak takut. Karena merasa terganggu, aku pun langsung mengambil sebuah semprotan anti serangga yang kemudian ku semprotkan dengan semangat sambil berharap kecoa itu mati dan benar saja, dalam hitungan detik kecoa mati seketika sehingga aku menjadi puas hati.
“Akhirnya mati juga. Aku kira seseorang yang datang, tetapi malah kecoa yang datang,” batinku kesal.
Kemudian ku ambil mayat kecoa tersebut untuk aku bakar sebagai sebagai upacara penutupan kematian kecoa tersebut sambil mengucapkan sebuah doa yang aku sendiri bahkan tidak tahu apa yang aku ucapkan. Selesai dengan itu, aku kembali melanjutkan menulis cerpen. Sedang sibuknya menulis, tiba-tiba Tanteku memanggil, aku pun langsung mendatanginya.
“Ardi, tolong beliin mie ayam 5 bungkus, karena malam ini kita tidak punya bahan makanan untuk dimasak,” perintah Tante. “Baiklah, Tante mana uangnya?” jawabku datar. Setelah menerima uang darinya, aku langsung pergi untuk membeli mie ayam di tempat langgananku. Suasana keramaian jalan di malam minggu semakin membuatku kesal. Meski begitu aku tetap mengayuh sepedaku hingga akhirnya aku tiba di suatu tempat yaitu penjual mie ayam. “Pak, mie ayam 5 dibungkus ya,” ucapku.
Bapak penjuak mie ayam itu hanya mengangguk. Aku langsung duduk di sebuah kursi sembari menunggu pesananku selesai. Ku lihat di sekelilingku banyak para pasangan yang sedang menikmati malam minggu ini bersama, aku bagaikan setan yang tak berwibawa. Tak perlu menunggu lama pesananku selesai, kemudian aku membayarnya. Perjalanan pulang aku memilih untuk mempersingkat perjalanan dengan melewati sebuah gang yang sangat gelap. Namun, bukan keberuntungan yang aku dapat, justru sebuah kesialan kembali menimpaku. Seekor anjing muncul dari sebuah rumah yang pagarnya terbuka kemudian mengejarku, aku pun langsung mengayuh sepedaku dengan kencang hingga anjing itu sudah tidak terlihat lagi.
“Syukurlah anjing itu tidak bisa mengejarku,” kataku dengan napas yang terengah-engah. Baru selesai masalah yang aku hadapi, aku kembali dikejutkan dengan kedatangan seorang waria di hadapanku. “Eh ada si Mas, mau ke mana Mas? Temenin aku dong?” ucapnya mencoba menggodaku. Berhubung aku merasa takut, tanpa pikir panjang langsung saja ku tendang dia sampai terjatuh, kesempatan ini langsung ku manfaatkan untuk kabur. Untuk kesekian kalinya aku berhasil melewati masalah di malam ini.
“Kenapa malam ini begitu menyebalkan?” ucapku pelan sambil terus mengayuh sepeda.
Setibanya di rumah, aku langsung ke kamar mandi untuk mencuci muka dengan harapan kejadian tadi hanya sebuah bayangan. Selesai mencuci muka langsung saja aku melahap mie ayam tadi bersama keluarga dengan lahap. Merasa kenyang, jadi ku putuskan untuk menonton TV terlebih dahulu selagi perut masih mencoba mencerna makanan. Ku lihat acara TV malam ini begitu membosankan, sangat cocok sekali dengan malam minggu ini yang juga membosankan. Aku kembali ke kamar mandi untuk menggosok gigi, kemudian kembali ke kamar untuk melanjutkan cerpenku.
Di kamar aku langsung kembali menulis cerpen dengan setenang mungkin, tetapi baru beberapa menit aku menulis, masalah kembali menimpaku. Kepalaku terkena kotoran dari seekor cicak di atas kamar yang membuat rambutku menjadi bau. Aku langsung lari ke kamar mandi untuk mencuci rambut ini dengan shampoo. “Lagi-lagi masalah menimpaku. Semoga ini yang terakhir kalinya.” ucapku sambil mencuci rambut. Kembali aku ke kamar, kali ini aku tetap melanjutkan cerpenku hingga selesai. Aku pun langsung tidur dengan sebuah harapan semoga kejadian di malam ini hanyalah sebuah mimpi.
TAMAT
Cerpen Karangan: Dandy Kisan

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik