Cerpen [mengurus Bayi]
Aku
Kika murid SMA Nusa Indah kelas X1-ipa 3, aku hidup bersama seorang ibu
single parent namun selalu sukses dalam berbisnis. Mama bertugas di
Singapura sebagai atase perdagangan selama 2 tahun terakhir ini. Aku
hanya tinggal bersama Bi Ijah dan pak Amang yang sejak kecil telah
merawatku. Walaupun aku jauh dengan mama tapi mama selalu meneleponku
setiap waktu. Dan pulang seminggu sekali walau hanya sebentar. Aku yakin
mama sangat sayang padaku, karena mama bekerja keras untuk menghidupi
aku. Papa meninggal dalam kecelakaan pesawat 12 tahun lalu ketika aku
berusia 4 tahun.
Kadang aku merasa mama sangat jahat meninggalkan aku hanya untuk menjalankan bisnis. Aku mengeliat di atas tempat tidurku yang empuk, aku akan puas bermalas-malas di hari minggu ini. Aku menarik selimutku sampai dagu.“ Non……..non Kikaaaaaaa…….”, teriak bi Ijah memecahkan gendang telingaku. “ Ih….dapa sih bi? pagi-pagi udah teriak-teriak.” Omel Kika. Bi Ijah membuka kamar Kika dengan wajah panik. “ Non, ada bayi… ada bayi di depan pintu”, Ucap bi Ijah. “ Bayi……….” Teriakku tak percaya. Aku langsung loncat dan ingin melihat bayi itu, Bi Ija mengikutiku. Aku melihat bayi di dalam keranjang bayi berwarna biru. Bayi cewe sangat manis berusia 4 bulan tersenyum menatapku. Ada kertas bertulisan “Aku titip Caca Ya!”. Aku langsung menggendongnya. Aku ingin sekali merawatnya. “ Bi, kita rawat ya!” Ucapku sampil memegang pipi Caca. “ Wah mending dititipin di panti asuhan aja non, lagian bibi juga udah repot ngurusin non, masa ditambah bayi. Takutnya bayi ini gak bisa berkembang baik ntar”, Bibi bersaran bijak. Namun aku gak sependapat dengan bibi, aku bersikeras akan merawatnya. “ Tenang aja bi, biar aku yang urus dech”. “ Kalau non sekolah gimana?” Bibi mulai khawatir. “ Aku bawa dong bi,hehehe pokoknya serahin aja ma aku”. Ucapku meyakinkan Bibi.
Kadang aku merasa mama sangat jahat meninggalkan aku hanya untuk menjalankan bisnis. Aku mengeliat di atas tempat tidurku yang empuk, aku akan puas bermalas-malas di hari minggu ini. Aku menarik selimutku sampai dagu.“ Non……..non Kikaaaaaaa…….”, teriak bi Ijah memecahkan gendang telingaku. “ Ih….dapa sih bi? pagi-pagi udah teriak-teriak.” Omel Kika. Bi Ijah membuka kamar Kika dengan wajah panik. “ Non, ada bayi… ada bayi di depan pintu”, Ucap bi Ijah. “ Bayi……….” Teriakku tak percaya. Aku langsung loncat dan ingin melihat bayi itu, Bi Ija mengikutiku. Aku melihat bayi di dalam keranjang bayi berwarna biru. Bayi cewe sangat manis berusia 4 bulan tersenyum menatapku. Ada kertas bertulisan “Aku titip Caca Ya!”. Aku langsung menggendongnya. Aku ingin sekali merawatnya. “ Bi, kita rawat ya!” Ucapku sampil memegang pipi Caca. “ Wah mending dititipin di panti asuhan aja non, lagian bibi juga udah repot ngurusin non, masa ditambah bayi. Takutnya bayi ini gak bisa berkembang baik ntar”, Bibi bersaran bijak. Namun aku gak sependapat dengan bibi, aku bersikeras akan merawatnya. “ Tenang aja bi, biar aku yang urus dech”. “ Kalau non sekolah gimana?” Bibi mulai khawatir. “ Aku bawa dong bi,hehehe pokoknya serahin aja ma aku”. Ucapku meyakinkan Bibi.
Aku mengajak Arsan untuk menemaniku membeli semua keperluan bayi. Arsan
itu teman sebangku aku di sekolah jadi aku dekat banget ma dia. Bisa
dibilang dia juga pacar aku hehehe….Arsan selalu baik denganku, dia
selalu mendukung semua yang aku lakuin. Tapi kali ini tumben banget dia
gak suka dengan ideku. “ Kika, kamu masih sekolah dan kamu gak mungkin
bisa mengurus bayi. Sekolah kamu nanti bisa berantakan.” Arsan
menasehati. “ Iya aku tahu itu, tapi aku bisa membagi waktuku kok.
Please dukung aku.” Aku memohon. Arsan hanya mengangkat bahu. Kali ini
aku belanja banyak bangat sampai uangku terkuras, untung ada mama yang
selalu hasilin banyak uang. Jadi aku gak khawatir tentang hal itu. Tapi
aku takut juga kalau mama sampai tau, aku mengurus bayi.Aku bisa
diomelin abis-abisan. Kereta bayi, susu, baju bayi, sepatu bayi, makanan
bayi, popok , mainan bayi dan bantal guling bayi udah aku dapatkan
semuanya. Aku sangat puas dengan semua ini. Aku seperti wanita dewasa.
Arsan hanya mengelengkan kepala melihat tingkahku. Dia sangat kerepotan
membawa semua belanjaanku. “ Kika, semua ini merepotkan. Aku capek makan
dulu yuk.” Arsan mengeluh sebal. Aku tersenyum. “ Oke makan dulu, em di
See Food aja yach.” Arsan hanya tersenyum. Semua orang memandangi aku
dengan Arsan sambil tertawa kecil dan saling berbisik. Mereka berpikir
aku dan Arsan sepasang suami istri yang baru mempunyai bayi. Aku enjoy
aja tu. Tapi beda dengan Arsan, dia sangat risih akan hal itu. “ mereka
menertawakan kita kik, mereka pikir kita dah punya anak. Oh no.!”
Komentar Arsan Dengan mimik jelek banget. “ Biarin aja lagi” ucapku
santai. Pelayan membawakan pesanan kami. “ Wah bayinya lucu sekali,
mirip kalian berdua ya…”. Pujinya. Aku hanya tersenyum.” Ini bukan bayi
kami”, ucap Arsan Ketus.Pelayan itu hanya ber “Oh” kemudian berlalu.
Dari arah lain ada Rika, Adi dan Rara melambaikan tangan mungkin mereka
abis nonton, payah gak ngajak-ajak aku dan Arsan. Mereka mendekatiku
dengan ekspesi kaget. “ Sejak kapan kik kamu punya bayi”, Kata Rara
mencubit Caca. “ Aku menemukan Caca di depan pintu rumahku tadi pagi,
dan aku berniat akan merawatnya. Menurut kamu oke kan”, ucapku meminta
saran. Aku berpikir saran mereka pasti sama dengan saran Arsan uh…” Aku
rasa itu sangat gak Oke kik, kamu masih remaja dan masih dibebaskan
untuk melakukan hal-hal yang menyenangkan dan bukan mengurus bayi”, Rika
berkomentar. “ Iya kik, kamu mesti ke sekolah kan?”. Sambung Adi tak
setuju juga. “ Tapi ini menyenangkan bagiku, aku akan pandai mengatur
waktuku”, sergahku meyakin mereka kalau aku bisa. Rika tertawa kecil.
Lalu berkomentar ” Mengatur waktu?.Tanpa bayi aja kamu selalu lupa
mengerjakan PR, lupa membawa alat praktik dan lupa belajar, apalagi ada
bayi, nilai kamu pasti down. Mungkin semua akan baik-baik aja kalau bi
Ijah mau membantu mengurusnya. Tapi aku yakin bi Ijah udah kesusahan
untuk merawat kamu kik,” “ Wah perkataan Rika itu bener banget kik, kamu
gak mungkin bisa ngurus bayi di usiamu yang 16 tahun ini, lebih baik
bayi ini di titipin di panti asuhan aja”. Kata Rara sok dewasa. Caca
tiba-tiba terbagun dan menangis..” Ini semua karena kalian, Caca jadi
nangis. Itu artinya dia gak mau tinggal di panti asuhan”. Ucap Kika agak
sebal. Tangis Caca semakin keras hingga semua orang tertuju padanya. “
Mungkin dia haus kik”, ucap Rara perhatian juga. Aku mengambil botol
susu Caca dan meminumkannya, akhirnya Caca diam dan mulai tidur lagi.
Dasar bayi. “ Ternyata Rara bakat juga ngurus bayi”, ucap Arsan yang
sedari tadi hanya diam. Rara hanya tersenyum bangga. “ Lebih baik kamu
pikir ulang akan idemu itu kik,” Pesan Rika sebelum pamitan. Rika, Rara
dan Adi berlalu.
Malam ini aku bener-bener gak bisa tidur nyenyak, Caca nangis terus.
Kata orang kalau bayi nangis karena dia haus atau ngompol. Tapi Caca dah
aku ganti popoknya dan aku beri susu botol,tapi sia-sia Caca tetap
menangis semakin keras. Bi Ijah dan Pak Amang ikutan repot dech. Aku
mersa kerepotan dan bosan mendengar tangisan Caca. Aku jadi teringat
mama.Mama pasti susah banget waktu mengurus aku dulu. “Mama, aku kangen
mama”, batinku terisak. Jam 1 akhirnya aku bisa tidur lagi. Pagi-pagi
hasilnya aku ngantuk berat. Mama menelepon mengikatkan aku jangan lupa
sarapan. Aku hanya menjawab iya dan berharap mama pulang. Untuk beberapa
waktu Caca yang urus Bi Ijah. Kan lucu aja kalau Aku bawa bayi ke
sekolah. Aku berangkat dengan Honda jas milik mama. Pak Amang gak
nganterin aku, kasihan bi Ijah sendiri di rumah.
Sesampainya di kelas aku panik banget, aku belum mengerjakan PR Fisika
dan Bahasa inggris. Aku langsung menyontek pekerjaan Arsan, aku gak bisa
menyelesaiannya karena bel sudah menjerit. Terpaksa aku harus berdiri
dengan satu kaki saat pelajaran Fisika selama 15 menit dan medapat
ceramah dari pak Santoso. Saat istirahat aku dan sahabatku makan bakso
di kantin pak Jenggot. Aku makan bakso sambil terkantuk-kantuk. “ Kik,
hari pertama kamu dah kacau gini, apalgi seminggu ntar.”Komen Arsan
Prihatin dengan keadaanku. “ Gak usah khawatir kalau udah terbiasa aku
pasti gak pa-pa kok percaya dech.” Kata-kataku selalu mampu menenangkan
mereka walaupun di lubuk hati mereka sangat gak yakin dengan ucapanku.
Pulang sekolah hari ini aku gak bisa main ataupun bobok siang, aku
harus bersama Caca. Mengurus bayi gak seasik yang aku pikirkan. Aku
sampai melupakan menyisir rambutku dan kadang aku sampai lupa makan. Aku
jarang pergi nonton dan jalan-jalan dengan sahabatku. Arsan juga mulai
jarang ngajak aku makan bareng apalagi kencan. Nilaiku semakin anjlok
banget dan tiap pelajaran aku sering ditegur guru karena ketiduran.
Hidupku memang semakin berantakan dan penampilanku semakin gak menarik
saja, aku jarang ke salon. Aku mulai merasa aku gak pantas untuk merawat
bayi. Aku mulai merindukan masa sebelum merawat bayi. Aku rindu
kebersamaan dengan Pacarku, Arsan dan juga semua sahabat-sahabatku. Aku
pengin ke salon dan pengin dapat nilai 100 seperti dulu. Aku merindukan
hadiah yang aku mau dari mama. “ Aku belom pantas merawatmu Caca, aku
dah berpikir, kamu akan aku titipkan ke panti asuhan, maapin aku ya caca
manis”, ucap Kika saat bermain-main dengan Caca di taman belakang
rumah. Bi Ijah tersenyum saat mendengar aku bicara. Mungkin Bi Ija lega
bannget mendengarnya.
Siang itu aku mengantar Caca ke panti asuhan Bakti kasih, sebenarnya
aku berat banget melepas Caca. Tapi inilah yang harus aku lakukan demi
kebaikan aku dan Caca. Mulai hari ini aku akan hidup seperti dulu tanpa
harus mengurus bayi. Aku tiap waktu bisa menengok Caca setiap aku
kangen.Aku menemui Arsan dan menceritakan semuanya, Arsan tersenyum
senang. Dia senang sekali aku tak direpotkan oleh bayi lagi.
Sahabat-sahabatku pun sama senangnya. Sekarang Aku mulai menata hidupku
kembali yang sempat berantakan. Aku yakin Tuhan akan memberikan
kesempatan untukku untuk mengurus bayi lagi, namun bukan sekarang. Tapi
kalau Kelak aku dewasa. Mama aku sayang mama. Makasih mama telah
mengurusku dengan berbagai pengorbananmu. I LOVE YOU, MOM…………………………..
0 komentar:
Posting Komentar