(Foto dari : nyoozee.com cerpen ibuku bukan lah ratu ibuku seorang pembantu)
Julomde - sebulan setelah kepergian ibuku, rumah ini terasa sepi bagaikan di telan angin gurun, hanya ada aku dan Kakak ku Dio. Satu tahun yang lalu Ayahku meninggal akibat penyakit Diabetes dan Stroke.
Aku dilahirkan bukan dari kalangan atas sehingga untuk makan dan keperluan sehari-hari ibuku harus bekerja extra, kadang pinjam kesana kesini.
Karena alasan itulah untuk membiayai sekolah kami dengan berat hati aku dan kak Dio mengizinkan Ibuku untuk pergi ke negeri orang untuk mengais rupiah sebagai seorang Pembantu.
Suatu malam bersama boneka kelinci biru yang ku beri nama Wendy pemberian dari Almarhum Ayah, aku termenung seorang diri di sudut kamar dalam kesunyian.
"Yaa Tuhan mengapa dunia ini tak adil? Mengapa engkau ambil Ayahku secepat ini? Mengapa..?! Heu.. Heu.. Heu..!"
Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar kamarku. (Tuk.. Tuk.. Tuk..)
"Nes, Nesa..! kamu kenapa? Ayo buka.. jangan nangis, masa adik kakak yang cantik cengeng.."
"Kak Dio gak ngerti! Aku rindu ibu dan Ayah..! Heu.. Heu heu.."
"Hmp.. Kakak juga sama Nes, rindu ibu, tapi harus gimana lagi, kita kudu kuat dan tabah menjalani hidup ini, yasudah.. Cepet tidur ya besok kan sekolah."
Pagi harinya aku berangkat ke sekolah bersama kakak ku, terlekat warna putih abu-abu pada seragam yang kami pakai, seragam yang kata orang masa-masa yang paling indah untuk kaum remaja seusiaku, tapi tidak untukku.
Bagiku Kakak ku Dio adalah Superman dalam hidupku, ia selalu menghiburku dikala ku sedih dan melindungiku ketika ada orang-orang yang ingin menggangguku.
Di kelas aku termasuk anak yang Pendiam dan jarang ngobrol, bukan tanpa alasan aku seperti ini. Alur hidup yang tidak bisa aku mengerti membuat sifatku menjadi seorang Introvert.
Dua bulan kemudian Ibuku mentransfer uang lewat nomer rekening tetanggaku Pak Koco, tak banyak jumlahnya hanya delapan ratus ribu, wajar karena ibuku baru bekerja.
"Dek Nes, ini Bapak ketitipan uang dari Ibumu delapan ratus ribu, kemarin ibumu Transfer ke Rekening Bapak.."(Menyodorkan uang)
"Terima kasih Pak.. Syukurlah, akhirnya aku dan Kak Dio bisa bayar uang SPP juga."(Ucapku singkat)
Malam kian berganti, tahun mulai bergulir, rasanya sungguh singkat, 2 tahun sudah ibuku pergi dan kata Pak Koco, ibu akan pulang besok. mendengar hal itu hatiku sangat gembira, aku tak sabar ingin memeluk ibu dan memijit bahunya.
***Keesokan harinya di sore hari saat aku sedang mengerjakan tugas matematika di dalam kamar, terdengar bunyi klakson dari sisi jalan dekat rumahku. (Tidd.. Tid.. Tid..)
"Itu pasti Ibu.."(Gumamku dalam hati) Aku langsung berlari menuju keluar, sesampainya diluar aku melihat sebuah mobil PT PJTKI berwarna biru tua parkir di sisi jalan. Aku lantas berjalan mendekati mobil tersebut, Kak Dio pada saat itu sedang tak ada di rumah karena ada eskul Marawis.
Pintu mobil mulai terbuka, kulihat seorang Ibu-ibu berwajah lebam sembari membawa koper turun dari mobil.
"Ibu..?! Apa ini ibu..?"(Tanyaku kaget)
"Iya nak, ini Ibu, Apa kabar.. Kamu rindu ibu gak?."
"Ibu.. Ada apa dengan ibu, kenapa ibu seperti ini?"(Berlinang air mata)
"Ibu gak apa-apa Nak, dimana Dio?."
"Ibu bohong kan?! Apakah ibu disiksa oleh majikan Ibu disana? Jawab bu.."(Ucapku sambil memeluk ibu)
"Heump.. Iya Nak, Ibu gak cerita pada kalian karena ibu gak mau kalian khawatir memikirkan Ibu, biarlah.. Sekarang kan ibu ada disini, senyum dong biar ibu senang, jangan nangis.."(Mengelus rambutku)
"Heu..heuu..heu..heu, (aku hanya bisa menangis dan berkata) Jangan pergi lagi bu..!, Nesa butuh ibu... Nesa gak ingin kehilangan Ibu..! Nesa sayang ibu.."
"Ibu juga sayang sama Nesa, yaudah.. Yuk kita masuk ke rumah, ibu punya kurma, mari kita makan sama-sama.."
"Seorang ibu selalu berkorban untuk anak-anaknya, menginginkan anak-anaknya bahagia, tapi terkadang ada sebagian anak manusia yang lupa akan perjuangan dan pengorbanan ibu mereka sendiri setelah ia dewasa dan sukses. (Jangan pernah melupakan darimana kamu berasal). @Julomde."
Penulis : Atep Setiawan
Wassalamu'alaikum Warrahmatullah
0 komentar:
Posting Komentar