Naskah Drama
JONI
ADALAH SEORANG PRIA YANG PEKERJAANNYA TIDAK PASTI. KALAU ADA PEKERJAAN
JONI BEKERJA AKAN TETAPI JIKA TIDAK ADA PEKERJAAN JONI HANYA
LONTANG-LANTUNG DI TERMINAL CILENGSI. TAK JARANG JONI MENJADI TUKANG
KULIPANGGUL DIPASAR TERSEBUT. KARENA PEKERJAANNYA YANG TAK PASTI ITU
AKHIRNYA JONI TERBUAI DENGAN AJAKAN TEMAN-TEMANNYA UNTUK MENJADI SEORANG
WARIA. AWALNYA JONI SELALU MENOLAK AJAKAN DARI TEMAN-TEMANNYA ITU,
NAMUN SETELAH JONI MELIHAT PENGHASILAN YANG DIPEROLEH OLEH TEMANNYA
AKHIRNYA MENCOBA UNTUK MENJALANI SEBAGAI SEORANG WARIA JALANAN.
KETIKA
PAGI HARI JONI BEKERJA SEBAGAI LAKI-LAKI GAGAH YAITU SEBAGAI KULI
BANGUNAN DAN TUKANG PARKIR DI PLAZA CILENGSI. NAMUN KETIKA MALAM HARINYA
LAKI-LAKI YANG MEMILIKI NAMA LENGKAP JONI ADITYA PRANATA DARI KETURUNAN
KOLONG MERAT HANDOKO PRANATA INI MENGUBAH NAMANYA MENJADI JENI ADITYA
PRANITA. AWALNYA IA HANYA MENJADI BANCI YANG MENYUMBANGKAN SUARANYA YANG
MEMBUAT MATA KITA TANPA HARUS MENOLEH SUDAH TAHU ITU SUARA SIAPA. AKAN
TETAPI DENGAN BERJALANNYA WAKTU JONI/JENI AKHIRNNYA MULAI TERBIASA
DENGAN KEBIASAAN YANG TIDAK BIASA ITU.
PADA
SUATU MALAM JONI/JENI INI SEDANG MANGKAL DI PRAPATAN CILENGSI, TEPAT
PADA TANGGAL 13 AGUSTUS 2009 PUKUL 1:30 DINI HARI. TIBA-TIBA DARI JAUH
TERDENGAR SUARA SIRINE DAN TERIAKAN DARI PARA WARIA. TANPA BERPIKIR
PANJANG AKHIRNYA JENI MELAKUKAN JURUS 1000 LANGKAH DAN SEGERA MENCARI
TEMPAT YANG AMAN UNTUK BERSEMBUNYI. DISEBUAH MASJID YANG TERLETAK DI
PERUMAHAN WARGA AKHIRNYA JENI MEREBAHKAN BADANNYA TANPA MENYADARI BAHWA
ITU ADALAH SEBUAH TEMPAT PERIBADATAN KAUM MUSLIMAH. AKHIRNYA TANPA
DISADARI KURANG LEBIH 3 JAM IA
TERTIDUR DI MASJID ITU. JENI TERBANGUN KETIKA ADZAN SHUBUH
DIKUMANDANGKAN. IA SEGERA PERGI DARI MASJID TERSEBUT DAN MENCARI TEMPAT
YANG TEPAT UNTUK IA BERISTIRAHAT. LAMA KELAMAAN IA MERASAKAN LELAH YANG
SANGAT, DITAMBAH DENGAN PANDANGAN ORANG YANG SETENGAH MATA TERHADAP
DIRINYA. BAHKAN ANAK-ANAK KECIL TAK JARANG YANG MENYERUKAN KATA-KATA
YANG MENIRIS HATI. TAPI APA HENDAK DIKATA ITULAH KENYATAAN YANG HARUS
DITERIMA DARI APA YANG TELAH JENI PILIH.
DALAM
SITUASI YANG LAIN, BANYAK ORANG YANG BERSENANG-SENANG, PESTA, DAN
MELAKUKAN HAL-HAL YANG BISA DIKATAKAN TIDAK BERMANFAAT. SEMENTARA DILUAR
SANA BANYAK ORANG YANG SEDANG MEMBUTUHKAN ULURAN TANGAN MEREKA, NAMUN
MEREKA TANPA BEBAN DAN RASA BERSALAH SAMA SEKALI MELAKUKAN PESTA YANG
SEBESAR-BESARNYA, YANG PADA DASARNYA HANYA MENJADI SEBUAH HIBURAN SEMATA
YANG UNTUK MEMUASKAN NAFSU DIRI.
DENGAN
PAKAIAN, SEPATU, JAS, CELANA, ARLOGI, DASI, MOBIL BAHKAN SAMPAI DENGAN
GESPERNYA YANG BERMERK MEREKA JALAN DENGAN PENUH RASA PERCAYA DIRI. TAK
TAHU DARI MANA, MILIK SIAPA, HALAL ATAU HARAM UANG YANG MEREKA GUNAKAN
UNTUK MEMBELI BARANG-BARANG TERSEBUT, MEREKA TAK LAGI MEMPEDULIKANNYA
LAGI. ACARA YANG DILAKSANAKAN DI GEDUNG KESENIAN JAKARTA SUDAH BANYAK
DIDATANGAI PARA PEJABAT TINGGI NEGARA, DAN TIBA-TIBA ADA SEBUAH MOBIL
MEWAH MENUJU KEARAH JENI. DAN JENI YANG SEDANG DUDUK DI BANGKU KECILNYA
(DALAM BAHASA JAWA DINGKLIK) SEDANG MERENUNG DAN BERDO’A KEPADA SANG
PENCIPTA
Jeni : Ya Allah, sudah jam 13:45 aku belum juga mendapatkan uang sepeserpun. Tolong berikan
sedikit rizki_Mu untuk hambamu yang lemah ini! Aku hanya berharap
mendapatkan uang untuk membeli sesuap nasi untuk bertahan hidup di dunia
yang fana ini.
(SAMBIL
MENGADAHKAN WAJAHNYA KEARAH JAM DINDING YANG TERTEMPEL DI DINDING
SEBUAH POS SATPAM DAN MERENUNGI TENTANG KEHIDUPAN DUNIA)
TIBA-TIBA ADA MOBIL MEWAH YANG MENGHAMPURI TEMPAT KEDIAMAN JENI BIASA MENCARI KEHIDUPAN DUNIA
Azma : Sul, benarkah yang dipersimpangan itu adalah tukang semir sepatu?
(BERUSAHA
MENELITI SECARA BENAR DAN PASTI BAHWA YANG IA LIHAT ITU TIDAK SALAH DAN
KEMUDIAN MENGAMBIL HANDPONE DARI KANTUNG JASNYA)
Samsul : Benar sekali Tuan,
Tanpa disangka-sangka ada juga tukang semir dipersimpangan jalan ini ya Tuan?!
Tuan Azma memang orang benar-benar sangat beruntung.
(SAMBIL MEMARKIR MOBIIL DI DEKAT PINTU GEDUNG KESENIAN JAKARTA )
Azma : (HANYA TERTAWA DAN MELANJUTKAN KESIBUKANNYA DENGAN HANDFONE MEWAHNYA)
Samsul : (SAMBIL MEMBUKAKAN PINTU DAN SEGERA MELEBARKAN PAYUNG DENGAN TUJUAN AGAR TUANNYA TIDAK KEPANASAN)
Mari Tuan,,,,
Azma : (KELUAR DARI MOBIL MEWAHNYA DAN SEGERA DIPAYUNGI OLEH SUPIR SEKALIGUS ORANG YANG MENJADI AJUDANNYA ITU)
“Nona, kau tukang semir?”
(AZMA MENDEKATI JENI)
Jeni : (JENI YANG SUDAH SERING DIPANGGIL NONA MESKI IA WARIA SEGERA MENGANGKAT MUKA, LALU MENGANGGUK)
“Ya. Benar.”
Azma : “Syukurlah. Kalau begitu, cepat bersihkan sepatuku, lalu semir!”
(AZMA
SEGERA MENGAMBIL DUDUK DI BANGKU PELANGGAN YANG SUDAH TERSEDIA DI DEPAN
JENI. SAMBIL MENUNGGU JENI MEMBERSIHKAN KOTORAN KUCING YANG TIDAK
SENGAJA DI INJAK OLEH SEPATU YANG DIKENAKAN OLEH AZMA. IA TAMPAK NYAMAN,
MESKI TEMPAT ITU TERBILANG KOTOR KARENA BANYAK DEBU YANG MENEMPEL
DIKURSI TERSEBUT YANG DISEBABKAN DEBU JALANAN YANG TERTIUP ANGIN DAN
BERTEPATAN JUGA DI PINGGIR JALAN)
JENI : “Ba... Baik, Tuan!”
(JENI
SEGERA MELAKUKAN PEKERJAANNYA DENGAN GIRANG. IA BERSYUKUR DALAM HATI,
“ALHAMDULILLAH YA ALLAH KAU TELAH MENDENGAR DAN MENGABULKAN PERMOHONAN
HAMBAMU INI)
Azma :
(KETIKA DAYA TENGAH MEMBERSIHKAN SEPATUNYA, AZAM TERUS SAJA MENGAMATI
PENAMPILAN DAYA YANG BAGINYA ANEH SEBAGAI WANITA. NAMUN, IA LEBIH
PENASARAN PADA BOLA MATA DAYA SEBELAH KANAN YANG BENGKAK, MEMAR DAN
LEBAM-LEBAM YANG MENGHIASI WAJAH, KULIT TANGAN, DAN BIBIR?)
“Nona, apa kau usai disiksa suami, kekasih, teman, atau orang tuamu?”
Jeni : “Tidak. Saya tak memiliki mereka semua. Jadi, tidak satupun dari mereka yang menyiksa saya, Tuan.”
(SAMBIL MENERUSKAN MEMBERSIHKAN KOTORAN DARI SEPATU PELANGGANNYA TERSEBUT)
Azma : “Benarkah Nona? Kalau begitu ... siapa yang telah membuatmu sampai babak belur seperti ini, Nona?”
(DENGAN NADA SEDIKIT PENASARAN DAN MAKIN HERAN SAJA)
Jeni : “Polisi. Para polisi itu yang memukul saya, Tuan.”
(DENGAN SUARA DAN NADA YANG STANDAR)
Azma : “Polisi? Apa kau bercanda Nona? Dan dengan alasan apa mereka bisa membuatmu seperti ini?
(AZMA MERASA RAGU DAN DENGAN SEDIKIT BERPIKIR TAK PERCAYA)
Jeni :
“Jika anda orang miskin dan orang lemah seperti saya pasti anda akan
percaya dan tidak akan banyak bertanya mengapa mereka bisa melakukan
perbuatan yang menjadikan saya seperti sekarang ini Tuan.”
(TETAP DALAM POSISI MEMBERSIHKAN SEPATU PELANGGANNYA TERSEBUT , NAMUN NADANYA AGAK SEDIKIT SINIS)
Azma : (MENDADAK AZAM DIAM DAN TAK LAMA KEMUDIAN IA KEMBALI BERTANYA)
“Kenapa mereka memukulmu seperti itu?”
Jeni : “Karena saya dituduh sebagai pecopet di bus kota Tuan.”
Azma : “Dituduh? Berarti kau bukan pelakunyakan Nona?”
Mengapa kau tidak berusaha untuk membela diri?
Jeni :
“Semua orang menganggap saya adalah pelakunya, karena saya tidak
seperti Tuan, atau Dian Sastro. Bagi saya, itu tak ada bedanya dengan
kebenaran bahwa saya pencopet. Karena, inilah kehidupan. Apa yang
terlihat jauh lebih berlogika daripada yang tak terlihat. Apa yang
sempurna jauh lebih istimewa daripada yang tak sempurna.”
Azma : (DENGAN TERTAWA DAN KEMBALI BERTANYA)
“Memangnya, berapa rupiah isi dompet yang kau curi hingga kau tersiksa seperti ini?”
Jeni : “empat ribu lima ratus rupiah”
Azma : “empat ribu lima ratus rupiah? Hanya empat ribu lima ratus rupiah saja kau menjadi seperti sekarang ini?”
(TERIAK AZMA TAK PERCAYA SEMBARI TERTAWA TERBAHAK-BAHAK)
AZMATUZZAMIL ARKAM ADALAH KETUA
FRAKSI 1 DEWAN KOTA BEKASI YANG DIDUGA MENYELEWENGKAN UANG RAKYAT UNTUK
PENDIDIKAN DAERAH TERTINGGAL DI BEKASI SEBESAR 800 MILYAR RUPIAH,
DIPUTUSKAN TIDAK BERSALAH, DAN SEMUA TUDUHAN YANG DITUJUKAN PADANYA
DICABUT SECARA HORMAT OLEH PENGADILAN TINDAK PIDANA KORUPSI BEKASI.
Jeni :
mungkin anda hanya menganggap bahwa ini hanyalah sebuah lelucon, tapi
ini adalah cerita tentang rakyat kecil yang tidak diberi kesempatan
sedikitpun untuk mendapatkan KEADILAN!
(ANTARA EMOSI DAN SEBUAH KESABARAN TIBA-TIBA SUARANYA BERUBAH MENJADI SUARA ASLINYA)
Azma : maaf jika perkatan saya tadi menyinggung Nona….
Hm… maksud saya menyinggung anda ….
Jika
anda berkenan saya tidak keberatan untuk mendengarkan jeritan rakyat
yang sedang berusaha meminta pertolongan dan sebuah KEADILAN!!!
Jeni : (AKHIRNYA MENJELASKAN APA YANG SEBENARNYA TERJADI PADA DIRINYA SELAMA INI KEPADA TUAN YANG KAYA RAYA ITU)
Tuan percaya jika saya adalah seorang pencopet?
Azma : (TERDIAM DALAM BISU DAN HANYA MENGERUTKAN KENINGNYA YANG SEMAKIN TERLIHAT BAHWA TUAN TERSEBUT SUDAH LANJUT USIA)
Jeni :
saya hanyalah korban fitnah dari kelima orang yang ada di dalam bus
kota tersebut Tuan. Saya dituduh sebagai pencopet dari salah satu dompet
rekan mereka yang hilang. Lalu tanpa saya dapat membela diri, kelima
orang tersebut di bantu dengan para penumpang bus lainnyapun ikut
memukuli saya….
dan
badan saya yang sudah tidak berdaya dilemparkan keluar bus sehingga
berbenturan dengan aspal. Bukan itu saja bahkan mereka menyeret saya ke
polsek Bekasi Timur, bukan untuk melakukan penyelidikan, melain untuk
mendapatkan perlakuan yang berbeda…….
Azma : apa maksud anda??
Anda mendapatkan perlakuan yang berbeda???
(DENGAN WAJAH DAN NADA BINGUNG)
Jeni : (SAMBIL BERDIRI DAN MENGEPAL SIKAT SEMIR DENGAN PENUH EMOSI)
Semenit tiba di polsek Bekasi Timur, setelah
mereka mengetahui bahwa saya bukanlah selebritis, orang kaya dan bahkan
seorang pejabat, saya segera menerima siksaan berupa pukulan dan
tendangan dari para polisi muda yang menginterogasi saya.
Bahkan,
(DENGAN NADA MARAH DAN EMOSI YANG MEMUNCAK)
salah satu dari petugas polisi itu menjadikan mulut ini sebagai penyedot juga tempat pembuangan spermanya.
Azma : sekejam dan sebinatang itukah sosok pelindung Rakyat???
Lalu
apakah kau tahu tentang apa yang sebenarnya terjadi dan sampai akhirnya
kau bisa sampai menjadi koraban kebiadaban mereka???
(DENGAN
SANGAT ANTUSIAS DAN RASA INGIN MELINDUNGI RAKYATNYA TERSEBUT KARENA
TUAN YANG KAYA RAYA INI SUDAH MENCAPAI KATARSIS (DALAM SASTRA))
Jeni : yaa….
Waktu
itu tanggal 13 Agustus setelah kejadian yang cukup membuat saya syok
karena terjadi bentrok antara sekelompok waria dengan para tokoh
islamiyah di daerah Cilengsi maka saya yang hanya sebagai waria yang
berprofesi sebagai seorang penari beruntung bisa melarikan diri dari
jaringan islamiyah dan polisi tersebut.
Samsul :
lalu dimana sangkut pautnya sehingga anda bisa dituduh sebagai copet
dan akhirnya dipukuli hingga babak-belur seperti sekarang ini?
(DENGAN TANPA SALAH KARENA TELAH MENYELA PEMBICARAAN YANG BELUM SELESAI DICERITAKAN OLEH JENI)
Azma dan Jeni (MENOLEH KEARAH SAMSUL DENGAN TERSENYUM)
Azma : benar yang ditanyakan oleh Samsul!
(BERUSAHA MEMBENARKAN APA YANG DIPERTANYAKAN OLEH AJUDANNYA TERSEBUT)
Jeni : (BERUSAHA MENGINGAT DAN MENCERITAKAN KEMBALI)
Setelah
saya berhasil melarikan diri dari para teroris tersebut lalu saya
berusaha istirahat disebuah parkiran dibelakang halaman pabrik yang
sudah tidak lagi digunakan tanpa saya sadari ada sebuah mobil Kijang
bernomor polisi B 6061 LA dan didalamnya ada dua orang laki-laki yang
sudah lanjut usia berpakaian koko dengan seorang wanita muda sedang
melakukan zina. Dan 2 orang lelaki yang sedang melakukan hal mesum
tersebut adalah ketua pondok pesantren ditempat saya tinggal.
Samsul : pasti mereka yang telah mefitnah kamu?
Padahal mereka tahu bahwa fitnah itu lebihkejam dari pembunuhan…
Iya kan Tuan???
(SAMBIL MENOLEH KEARAH TUANNYA NAMUN TUAN TERSEBUT TIDAK BERKOMENTAR APA-APA)
Azma : lantas apa yang kamu lakukan?
Jeni :
ketika menyaksikan kejadian dan perbuatan tersebut yang ada dalam
pikiran saya adalah bagaimana agar saya terbebas dari semuanya ini.
Akhirnya
saya naik bus jurusan kota namun selama satu jam saya tidak duduk. Saya
tidak duduk bukan karena tidak ada kursi kosong akan tetapi, saat saya
duduk di bangku bus, orang di samping saya mengumpat “SIAL” dan
berpindah ke bangku di depan atau dibelakang saya, karena mereka tak mau
duduk bersebelahan dengan waria. Lalu sang kenek menyuruh saya untuk
terus berdiri, dengan imbalan potongan harga ongkos.
(MERASA SANGAT DIPANDANG SETENGAH MATA DAN MERASA SANGAT HINA)
Azma :
kadang orang hanya memandang kita ketika kita berada diatas dan
memiliki kekuasaanakan tetapi jika kita tidak memiliki apa-apa maka
orang akan berpikir bahwa harga diri siapapun bisa dibeli.
(SEJENAK MERENUNG DAN MENYADARINYA)
Jeni : yaaChh…
Memang seperti itulah kenyataan yang saya rasakan!
Samsul : lalu dimana lanjutan ceritanya?
(DENGAN SEDIKIT USAHA UNTUK MENYAIRKAN SUASANA)
Jeni : di bus tersebutlah awal terjadinya penganiyayaannya.
Tepat
didaerah pendawa ada seorang wanita yang cantik wajahnya, anggun,
menggunakan kerudung dan pakaian muslimah naik bus yang saat itu saya
menjadi salah seorang penumpangnya. Wanita tersebut duduk di dekat pintu
depan, ada lima pria yang mendekati wanita tersebut dan tidak lama
akhirnya mereka berkenalan dan asyik mengobrol-ngobrol sampai akhirnya
di daerah rawa panjang wanita tersebut turun. Setelah hampir sampai
terminal Bekasi Timur salah satu dari kelima pria tersebut menyadari
kalau dompetnya hilang dan dengan kepercayaan yang 99,9% mereka langsung
menuduh saya sebagai pencurinya.
Azma : dapatkah anda menjelaskan siapa sebenarnya copet tersebut?
Samsul : biar saya yang menjawab…
Bolehkan Tuan?
(DENGAN TERSENYUM TANDA DIPERBOLEHKAN)
Azma dan Jeni (MENGANGGUK DAN MEMBALASNYA DENGAN SENYUMAN)
Samsul : salah satu diantara kelima pria tersebut?
Karena bisa sajakan itu adalah salah satu trik untuk lepas dari tanggung jawab!
Jeni : (TERSENYUM)
Sayang sekali jawaban anda salah.
Sebenarnya
orang yang telah mencuri dompet milik salah satu kelima pria tersebut
adalah wanita yang mempunyai wajah yang sangat cantik, anggun,
menggunakan jilbab dan berpakaian yang sangat jauh dari sebuah perbuatan
yang HINA!!!
Samsul : Astagfirullah . . . .
Zaman memang sudah berubah,
Bisa saja besok kiamat akan datang…
(DALAM
SUASANA HENING TIBA-TIBA ADA SEKELOMPOK REMAJA MENYANYIKAN SYAIR LAGU
DARI GRUP BAND NETRAL YANG BERJUDUL “KPK DI DADAKU” )
Jeni :
apakah pantas untuk seorang rakyat yang untuk makan saja kami susah dan
kami harus dihadapkan oleh para tikius-tikus rakyat tersebut.
Pantaskah jika negara ini dibeli dengan uang?
Apakah para pejuang dulu MERDEKA dengan uang?
(TIBA-TIBA JENI SADAR DENGAN SIAPA DIA BERBICARA DAN BURU-BURU MENGALIHKAN PEMBICARAAN)
Jeni : Tuan, sudah selesai,
(JENI MENATAP AZMA YANG TERUS MENATAPNYA DENGAN SOROT MATA IBA)
Azma : Oh. Ya…
(SEGERA BANGUN DARI DUDUKNYA)
Azma : Berapa ongkosnya?
Jeni : dua ribu lima ratus rupiah saja Tuan
(SEMBARI TERSENYUM SEAKAN TIDAK PERNAH MENCERITAKAN SESUATU)
Azma : Oh ... murah sekali
(UCAP AZMA SEMBARI MEMBERIKAN SELEMBAR UANG SERATUS RIBU RUPIAH KEPADA JENI YANG MELONGO SAAT MENERIMANYA)
Jeni : tapi belum ada kembaliannya Tuan….
Azma : Ambil saja kembaliannya!
Jeni : Tapi, kembaliannya sangat banyak, Tuan?
Saya
tidak ingin menjadi orang yang dikasihani Tuan apalagi sampai memakan
uang yang seharusnya bukan milik saya. Itu tidak berbeda dengan seorang
koruptor Tuan…
Maaf saya berbicara lancang dan bukan maksud saya tidak menghargai pemberian Tuan
Azma : Tak apa…
jawab Azam sembari berbalik menuju jalan raya untuk segera menuju ke gedung kesenian tempatnya berpesta.
Jeni : Tuan, ini sangat banyak untuk ongkos menyemir sepatu!
(JENI BERTERIAK DARI BELAKANG)
Azma : (ITU TIDAK SEBANDING DENGAN UANG YANG AKU CURI SENILAI 800 MILIAR…. YANG SEBENARNYA ITU BUKANLAH HAK KU)
Jeni : baik sekali Tuan kaya raya itu,
Semoga Allah selalu melindungimu Tuan
(DENGAN SANGAT SENANG DAN BERSYUKUR )
(TIGA
HARI SETELAH ITU JENI MEMBACA SEBUAH SURAT KABAR YANG MENULISKAN TENTAN
TUAN YANG KAYA RAYA TERSEBUT. DI DALAM SURAT KABAR TERSEBUT
AZMATUZZAMIL ARKAM MENYERAHKAN KE KAPOLSEK BEKASI KARENA TELAH
MENYELEWENGKAN UANG RAKYAT YANG BERTUJUAN UNTUK PENDIDIKAN DI DAERAH
TERTINGGAL BEKASI)
Pesan singkat yang ditujukan untuk Joni Aditya Pranata:
“Terima
kasih atas cerita jeritan rakyat yang meminta KEADILAN dan KKN yang
membuat rakyat selama ini menjerit dan terus menjerit namun jeritan itu
tak sampai pada telinga-telinga para koruptor seperti KAMI.”
(TANPA
JONI/JENI SADARI KISAHNYA INI TELAH MEMBUAT SEORANG KORUPTOR YANG
MENGGROGOTI NEGARANYA SENDIRI SADAR TENTANG RASA LAPAR YANG HINGGAP PADA
PERUT BUNCITNYA)
KPK DIDADAKU
KPK KEBANGGAANKU
KU YAKIN KEBENARAN
AKAN MENANG …
0 komentar:
Posting Komentar