Translate

cerpen salah paham

Written By iqbal_editing on Rabu, 10 Mei 2017 | 07.00

Salah Paham
Ketika itu sehabis pulang sekolah, aku minta izin pada ibu bermain di poskamling. Untuk pergi kesana aku menggunakan sepeda. Jarak antara rumah dengan poskamling ± 2 km. Sesampainya disana aku menaruh sepeda di depan poskamling. Teman-temanku sudah menunggu, yaitu: Mbak Almira, Mbak Ayu, Mas Deden, Taufik, dan Raka.
Kami bermain dengan bermacam-macam permainan, contohnya: petak umpet, lompat tali, dan kelereng. Permainan 1 adalah petak umpet, yang menjadi penjaganya Taufik. Aku mengumpet dengan Mbak Almira di balik pintu kamar mandi poskamling. Tak lama kemudian Taufik berhasil menemukan aku, dan Mbak Almira, gara-garanya kita tertawa. Tidak kalah seruhnya dengan permainan petak umpet, permainan lompat talipun juga seru untuk dimainkan. Aku, dan Mbak Ayu menjadi pemegang tali. Jika ada seorang pemain yang gagal melewati tali, dia menggantikan pembawa tali sebelumnya. Itu merupakan syarat bermain lompat tali. Permainan yang terahkir adalah kelereng. Aku, Mbak Ayu, dan Mbak Almira melihat anak laki-laki yang sedang bermain kelereng. Seru banget pokoknya!. Canda, dan tawa kita lalui bersama saat bermain. Selesai bermain, Mas Deden meminjam sepedaku, dan aku memperbolehkannya. Akhirnya aku berjalan kaki menuju ke rumah.
Sesampainya di rumah ibu menanyakan kepadaku dimana sepedamu. Tadi dipinjam sama Mas Deden jawabku. Tetapi tetap saja ibu tidak percaya dengan perkataanku. Terus ibuku menyuruh aku mandi. Saat mandi tiba-tiba ibuku masuk, dan beliau langsung memegang tanganku dengan menggunakan tangan sebelah kirinya. Sedangkan tangan kanannya memegang kepalaku, dengan maksud mencelup-celupkan kepalaku ke bak mandi. Dan pada saat itu juga aku menangis.
Tak lama kemudian kakakku datang, dia adalah Mas Tenang. Dia kaget melihat keributan anatara aku, dan ibu. Ibu menjawab tidak ada apa-apa. Aku juga mengatakan bahwa kita menjadi rebut gara-garanya sepedaku tadi dipinjam oleh Mas Deden, tapi tetap saja ibu tidak percaya, dikiranya saya bohong pada ibu. Lah, sekarang sepedamu tidak ada kan, ibuku menjawab. Mas Tenang dengan sabar menjelaskan sesuatu pada kita. Dia telah menemukan  sepedaku didepan wartelnya Pak Djito, dan dia juga membawa sepedaku ke rumah, selain itu sekarang sepedaku ada di depan rumah.
Ibuku pun merasa bersalah atas hal tersebut, dan beliau meminta maaf atas sikapnya terhadap aku. Aku juga memaafkan atas kesalahan ibu. Akhirnya aku, ibu, dan Mas Tenang berpelukkan bersama.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik