Oleh: Rezki Amelia Anggraeni
“ Pahlawan “. Yah sebuah
kata yang identik dengan perjuangan dan pengorbanan seorang tokoh demi merebut
dan mempertahankan sesuatu yang dianggapnya benar dan dilakukan dengan tanpa
pamrih. Sama halnya dengan apa yang pernah terjadi di negara kita, sebelum
adanya kemerdekaan, para tokoh pejuang yang bertindak sebagai pahlawan bangsa
Indonesia melakukan pengorbanan dan perjuangan yang sangat besar demi merebut
suatu kemerdekaan yang merupakan kepentingan kita bersama. Sehingga dibalik
kemerdekaan yang telah kita capai selama 70 tahun lamanya itu terdapat begitu
banyak peristiwa yang dilalui untuk menjadi Indonesia merdeka,
Para pejuang kita yang telah gugur di medan peperangan dengan
ikhlas mengorbankan jiwa dan raganya demi menghapus penjajahan yang merupakan
suatu bentuk tindakan yang tidak sesuai dengan peri kemanusian dan peri
keadilan. Begitu banyak darah yang membasahi bumi pertiwi, begitu banyak nyawa
yang melayang demi mencapai satu tujuan, yaitu Indonesia merdeka, adil dan makmur.
Bukan hanya itu, mereka juga rela mempertaruhkan hidupnya demi dua warna yang
merupakan lambang kebangsaan kita, yaitu bendera merah putih. Dan bukan hanya
hidupnya yang mereka pertaruhkan, tetapi hidup istri, anak hingga cucu dan
cicit merekapun menjadi taruhannya.
Namun, apakah kita sebagai generasi-generasi penerus bangsa sadar
akan hal itu? Pernahkah kita menyadari akan besarnya perjuangan dan pengorbanan
mereka dalam merebut kemerdekaan yang tidak sempat mereka nikmati? Sementara kita
sebagai generasi penerus perjuangan mereka telah menikmati apa yang telah
mereka perjuangkan selama ini, sebuah kemerdekaan yang tidak pernah kita
rasakan betapa sulit dan besar pengorbanan yang dilakukan dalam merebutnya.
Mengapa saya katakan bahwa generasi penerus bangsa saat ini tidak
memperdulikan perjuangan para pejuang-pejuang negara, karena melihat dari sikap
mereka saja di setiap harinya itu belum bisa membuktikan bahwa mereka peduli
terhadap apa yang telah diperjuangkan hingga dikorbankan para pahlwan yang
tentunya juga merupakan untuk kesenangan kita bersama. Apa yang mereka lakukan
itu tidak lain dan tidak bukan hanya semata-mata untuk menghentikan segala
bentuk penindasan bangsa asing kepada kita. Menghapus segala perbuatan yang
tidak seharusnya mereka lakukan kepada kita di rumah kita sendiri.
Sebagai salah satu contoh kecil, setiap hari senin seluruh bangsa
Indonesia dari Sabang sampai Marauke diwajibkan untuk melaksanakan upacara
bendera yang merupakan salah satu bentuk dan cara kita mengenang jasa para
pahlawan yang telah mendahului kita. Akan tetapi, tidak jarang siswa/siswi itu
tidak mengikuti pelaksaan upacara bendera dengan penuh hikmat. Mengapa sya
katakan demikian? Karena selama pelaksanan upacara bendera berlangsung, ada-ada
saja tingkah laku siswa/siswi yang tidak sewajarnya mereka lakukan yang
tentunya tidak mencerminkan jiwa kepahlawanan. Misalnya, pada saat pelaksanan
upacara bendera berlangsung, ada siswa/siswi yang bercerita, saling mengganggu
satu sama lain bahkan tidak jarang siwa/siswi yang mengeluh kepanasan atau
capek berdiri. Ironisnya, terkadang bukan hanya siswa/siswi yang bersikap
seperti itu, tetapi juga guru-guru yang merupakan panutan, merupakan orang yang
seharusnya memberikan contoh yang baik kepada siswa/siswinya justru merekalah
yang tidak mencerminkan perilaku yang sewajarnya mereka jadikan contoh kepada
peserta-peserta didiknya. Sehingga siswa/siswi juga merasa bahwa sedangkan orang
yang bertindak sebagai contoh untuk kita,
bercerita ataupun mengeluh kepanasan, mengapa kita tidak?
Nah, inilah sebabnya mengapa saya katakan bahwa ratusan jiwa dan
tetesan-tetesan darah para pejuang yang gugur di medan perang itu seakan
terlupakan. Jasa-jasa mereka tidak lagi dikenang oleh generasi-generasi
penerusnya. Tidakkah kita sadari bahwa pada masa perjuangan para pahlawan
merebut kemerdekaan itu pengorbanan, tantangan, dan resikonya itu jauh lebih
besar daripada partisipasi kita dalam kegiatan upacara bendera yang merupakan
salah satu bentuk atau cara kita menghargai dan mengenang jasa mereka. Mereka
itu berjuang dengan penuh semangat, tak mengenal lelah, tak mengenal panas
ataupun dingin, tak kenal siang ataupun malam, mereka lalui semua itu demi
kepentingan kita juga, demi Indonesia merdeka, dan perjuangan yang mereka lakukan
itu bukan dalam beberapa hari ataupun beberapa bulan, tetapi dalam waktu yang
panjang dan membutuhkan proses yang begitu lama. Bukan hanya itu, apa yang
mereka rasakan pada saat itu hanyalah penderitaan dan kesengsaraan semata.
Penyiksaan yang dilakukan oleh para manusia-manusia keji yang tidak mempunyai
rasa keperimanusian. Sedangkan kita yang hanya diwajibkan ikut berpartisipasi
dalam kegiatan upacara bendera dalam rangka mengenang jasa mereka yang hanya
membutuhkan waktu beberapa menit saja sudah banyak mengeluh, mengoceh, dan banyak komentar. Bagaimana seandainya, jika
kita yang melalui masa kepedihan itu, masa ketidak adilan itu, sanggup kah
kita? Jangankan dengan kerasnya sikap para penjajah saat itu, berdiri beberapa
saat saja di tengah teriknya matahari kita sudah tidak sanggup. Bagaimana
dengan mereka yang telah berjuang mati-matian tapi tidak sempat merasakan
nikmatnya hasil perjuangan dari semangat juang mereka sendiri.
Itukah yang mereka harapkan dari kita sebagai generasi penerusnya?
Itukah sikap yang semestinya kita cerminkan atas segala perjuangan dan
pengorbanan yang hingga merenggut nyawa mereka? Itukah cara kita membalas detak
jantung dan tetesan darah mereka demi sebuah kemerdekaan, demi kepentingan bersama
kita? Bukan. Bukan sikap seperti itu yang mereka harapkan dari kita. Bukan
sikap yang suka mengeluh, sikap patah semangat atau apapun perilaku yang berbanding
terbalik dengan apa yang mereka harapkan. Mereka mengharapkan generasi-generasi
penerusnya dapat meneladani sikap yang telah mereka cerminkan sebelumnya.
Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama menumbuhkan jiwa
nasionalisme kita, buanglah semua sikap dan ego kita yang tidak sewajarnya kita
paparkan dalam keseharian kita sebagai generasi penerus perjuangan mereka yang
gagah berani dalam merebut kemerdekan, agar tetesan-tetesan darah mereka tidak
terbuang sia-sia, agar jasa-jasa mereka tidak berlalu begitu saja. Dan oleh
karena itu, kita juga perlu menyadarkan diri kita masing-masing akan pentingnya
kemerdekaan yang dalam merebutnya tidak semudah ketika membalikkan kedua telapak
tangan ataupun semudah mengedipkan kedua
mata kita. Karena kalau bukan kita yang menyadarinya sendiri, maka sampai
kapanpun kita tidak bisa menjadi generasi yang mereka harapkan, generasi yang
berguna bagi bagi keluarga, bangsa dan negara. Seberapa banyakpun orang yang
berusaha menyadarkan kita bahkan hingga mulut mereka berbusa-busa itu tidak
akan bisa mengubah sikap kita. Karena yang bisa mengubahnya itu hanyalah diri
kita sendiri. Guru, orang tua atau siapapun orang yang bertindak selaku
motivator itu hanya sebagai media yang dapat membantu agar kita sadar akan
sikap yang seharusnya kita cerminkan. Mulai sekarang mari kita buktikan bahwa
kita adalah generasi penerus bangsa yang akan mempertahankan kemerdekaan negara
yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan yang telah mendahului kita.
Bangkitkan jiwa nasionalisme kita, kobarkan semangat juang yang panas membara,
demi menjaga kehormatan bangsa, demi mempertahankan negara, dan demi mewujudkan
cita-cita serta tujuan nasional negara kita. Merdeka !!!
0 komentar:
Posting Komentar