Translate

CERPEN BOLA BASKET DAN PERSAHABATAN

Written By iqbal_editing on Sabtu, 28 Januari 2017 | 18.48



Pada suatu hari, usai pulang sekolah, kami berkumpul di halaman sekolah. Di samping saya ada Bevi, Bayu, Zidane, dan lain-lain. Tetapi, adik saya, Albany, tidak turut serta dalam percakapan tersebut. Dengan sebab yang saya lupa, Albany telah pulang terlebih dahulu. Di tengah-tengah percakapan itu, tiba-tiba Bevi bertanya kepada saya: “Abineri, sebenernya, lo itu orang mana?” “Sebenernya, gue itu orang Palembang Bev,jawab saya. yang lain tidak turut serta berbicara. Mereka hanya mendengar saja. Sementara udara semakin panas. Anehnya, walau suasana panas sekali, tak seorang pun ada yang haus atau berusaha membeli minuman. Mungkin, rasa haus itu hilang karena keakraban kami semua.
Di tengah percakapan itu, tiba-tiba salah satu dari kami berdiri sambil berkata: “Woy! Gue pulang dulu. Takutnya dicariin sama ibu gue.” Yang beranjak itu adalah Zidane. Kami tidak tahu apakah alasan ‘dicari ibu gue’ itu benar atau salah. Tetapi, saya tak mau ambil pusing tentang itu. Kami hanya menjawab: “Oh, iya Zidane, tidak apa-apa.” Setelah itu, Zidane berlalu dari kami semua. Bayangannya pun sudah menghilang dari pandangan.
Kisah ini adalah kejadian 3 tahun lalu yang masih saya ingat sampai sekarang. Dan persahabatan kami bertahan hingga kini. Saya tidak tahu kenapa. Tapi akhir-akhir ini kami semakin dekat satu sama lain karena olahraga basket.  Basket adalah olahraga yang sangat saya gemari. Sebelumnya, saya menggemari olahraga pingpong, renang, futsal, sepak bola, dan lain-lain. Mengapa saya pindah kepada olahraga basket? Mungkin karena saya tidak berbakat dengan olahraga-olahraga yang sebelumnya saya gemari. Saya ingat, pertama kali bermain basket pada akhir 2013. Pada saat itu, saya dan kawan-kawan sangat bersemangat, hingga rela bermain di bawah sengatan terik matahari.
Setelah kira-kira 1 jam, kami pun beristirahat di bawah pohon yang sangat besar dan rindang. Cuaca yang panas sebelumnya, berubah mendung. Perubahan cuaca ini mendorong Bayu beranjak pulang. “Teman-teman,” Kata Bayu. “Gue pulang dulu ya, Sudah mendung, takutnya hujan.” Namun, tak seorang pun ada yang menjawab. Kelelahan yang menjadi penyebabnya, mungkin. Namun, dengan nafas masih terengah-engah, saya menjawab juga. “Oh iya Bayu, kami beristirahat dulu di sini. Lo pulang duluan juga tidak apa-apa.” Akhirnya, Bayu pun pulang dengan baju yang basah dengan keringat, sambil menunggangi sepedanya yang berwarna merah, yang kurang lebih sudah berumur 2 tahun itu.
Sekian menit kemudian, dengan berjalan kaki kami pun pulang ke rumah masing-masing. Sesampainya di rumah, hujan turun membasahi genting-genting dan atap-atap rumah di kompleks saya. Untunglah, saya dan Albany, adik saya, sudah sampai ke rumah. Saya pun bergegas ke kamar dan mengganti pakaian yang basah karena keringat.
Pertanyaannya, mengapa basket? Basket adalah olahraga yang digemari di Amerika Serikat. Tak heran jika olahraga ini menjadi bisnis tersendiri negara Paman Sam itu. Sementara negara di Eropa, Afrika, Asia lebih menggemari olahraga sepak bola. Olahraga basket ini diciptakan Dr. James Naismith pada 1891. Ia adalah seorang guru di salah satu sekolah di Amerika Serikat. Perlahan-lahan, olahraga ini menjadi sangat popular di negeri Adi Daya ini. Berkat globalisasi, olahraga basket menyebar ke seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sebagai salah satu anak Indonesia, saya turut menggemarinya. Adapun bukti dari adanya pengaruh globalisasi terhadap bola basket itu adalah Running Text di MetroTV pada tanggal 30 mei 2014, yang bertuliskan: “San Antonio Spurs akan bertemu Miami Heat pada laga final NBA 2014 setelah menang 2-1 dari Oklahama City Thunder.” Apa perlu Running text itu mengumumkan pertandingan tersebut kalau bukan efek globalisasi basket? Ya, karena efek globalisasi basket, Running Text itu bisa mengumumkan pertandingan tersebut.
Setelah sekian lama bermain basket, saya dan teman-teman serta tentunya adik saya, Albany, membuat organisasi kecil dan bersahaja. Tujuannya adalah membeli bola basket yang baru. Organisasi ini dibentuk atas inisiatif Bevi. Organisasi ini terdiri dari 4 orang, yaitu: Bevi (ketua), saya (anggota), Albany (anggota), Bayu (bendahara). Kesepakatannya adalah patungan sebesar Rp.2500/hari. Setelah kurang lebih 1 bulan, uang pun terkumpul Rp.150.000. Sebenarnya, jumlah ini tidak cukup untuk membeli sebuah bola basket. Untunglah, ibu Bayu berbaik hati menggenapkannya dengan menyumbang Rp.50.000. Uang pun terkumpul Rp.200.000.
Setelah uang terkumpul, kami bersepakat membeli bola basket yang baru. Waktu pembelian pun ditentukan: Pukul 11 siang, sabtu, 15 maret 2014. Tetapi, Bayu tidak ikut serta membeli bola basket. Alasannya adalah karena ibunya belum pulang dari kantor. Dia berjanji menyusul saat ibunya sudah pulang. Akhirnya, hanya kami bertiga saja yang pergi ke toko olahraga. Singkat cerita, hanya dalam 15 menit saja kami bertiga sudah sampai di sana. Kami pun berpencar untuk memilih bola yang bagus, karena di sana sangat banyak sekali pilihan bola basket. Tak tanggung-tanggung, kami bersepakat membeli bola basket ber-merk Spalding  seharga Rp.210.000. Namun, uang Rp.200.000 yang kami bawa dari hasil patungan selama 1 bulan tersebut tidak cukup, karena bola tersebut lebih mahal Rp.10.000. Akhirnya, saya putuskan menggenapkannya menjadi Rp.210.000.
Kini bola basket yang kami beli tadi sudah ada di tangan. Namun, kami bertiga merasa lapar. Sambil menunggu Bayu, kami pergi ke warung bakso atas usul Bevi. Sesampainya di sana, saya memesan mie ayam, Albany memesan semangkuk bakso, dan Bevi pun memesan semangkuk bakso juga. Setelah selesai makan, Bevi membuka pembicaraan: “Eh, gue bingung, Bayu ke mana sih?” Albany pun menjawab: “Enggak tau deh. Mungkin ibunya belum pulang.” Akhirnya, kami pun pulang dengan rasa senang sambil bingung karena Bayu yang ingin menyusul, sampai sekarang belum terlihat juga.
Akhirnya, bola basket yang ditunggu-tunggu sudah ada. Kami pun tak sabar dan langsung memainkannya di lapangan. Tak lama kemudian, saya mendengar suara dari kejauhan “Abineri, Albany, Bevi!!” Ternyata, itu Bayu. “Lo pada ke mana aja sih? Tadi gue cariin kalian di sana kok nggak ada?” ujarnya setengah kesal. Bevi pun menjawab: “Dari tadi kami nungguin lo Bayu, tapi lo nggak dateng-dateng. Yaudah, kami pulang duluan aja.” Albany pun menambahkan: “Iya, lagian lo sih, lama banget ditungguin, kan orang jadi bingung.” Lalu saya menjawab “Udah-udah, dari pada ribut begini, mending kita main aja baren-bareng.” Mereka semua akhirnya mengikuti perkataan saya tadi. Dan memang, tidak ada yang lebih menyenangkan jika bisa bersama dengan sahabat.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik