“Caranya bagaimana, Suhu?”, tanya Kiaji menyimak
“Pemimpin harus bisa adil dulu, baru melaksanakan kebijaksanaan”, kata Suhu lagi
“Kenapa harus adil dulu, Suhu?”, tanya Kiaji tak mengerti
“Adil adalah pondasi pertama bagi
pemimpin. Dia harus bisa memutuskan sesuatu sesuai porsinya. Menempatkan
sesuai tempat yang tepat. Adil tidak selalu diukur dari materi, karena
banyak hal didunia ini yang non materi , seperti kewenangan, jabatan,
tugas, kepercayaan, dll. Banyak orang merasa diperlakukan tidak adil
karena ukurannya hanya materi”, jelas Suhu Ki Naga Ijo
“Nggih, Suhu. Lalu apa kaitan keadilan tadi dengan kebijaksanaan?”, tanya Kiaji
“Banyak orang tidak memahami definisi
kebijaksanaan ini. Bijaksana adalah sikap kewenangan dan kekuatan
pemimpin untuk membuat keputusan demi kepentingan yang lebih besar, yang
kadang keputusan itu tidak lazim, tidak populer dan bahkan harus
melanggar dari aturan yang ada”, kata Suhu Ki Naga Ijo sambil
menjelaskan.
“Harus melanggar aturan, Suhu?”, tanya Kiaji heran
“Tidak selalu, tapi bisa melanggar aturan”, jawab Suhu
“Hmm…. saya kok belum paham. Bolehkah Suhu memberikan contoh nyata, biar saya paham”, tanya Kiaji penasaran
“Misalnya Boss keluar kota dengan
sopirnya. Boss dan sopir punya aturan berbeda tentang kelas kamar di
hotel. Boss kelas 1 dan sopir kelas 3. Tapi dengan alasan kemanusiaan,
Boss memilih dua kamar di kelas 2. Resiko kekurangan sewa kamar
ditanggung oleh bossnya itu. Ini adalah bentuk kebijaksanaan yang
melanggar aturan dan sebagai pemimpin si Boss berani menanggung
resikonya. Bawahan pun akan makin bangga dengan pimpinannya”, jelas Suhu
“Bagaiman dengan contoh pemimpin yang
mengangkat jabatan-jabatan anak buahnya, Suhu. Apakah memerlukan
kebijaksanaan juga?”, tanya Kiaji
“Tentu dong. Ada kriteria, ada obyek,
dan ada proses seleksi. Secara aturan tentu ada prosedurnya. Namun
pemimpin tidak boleh terjebak pada seluruh aturan jika memang ada
hal-hal yang memerlukan terobosan baru. Misalnya Yunior yang kurang
syarat, tetapi layak diangkat karena punya kualitas bagus. Akan banyak
sekali alasan dan pertimbangan yang komplek, yang kadang hanya bisa
dimengerti oleh pemimpin itu sendiri. Dan nanti waktu yang akan
membuktikan, apakah keputusan dalam kebijaksanaannya ini memang tetap
atau tidak”, kata Suhu
“Kalau ternyata ditemukan ada yang tidak tepat?”, tanya Kiaji
“Sang pemimpin tentu akan terbuka pada masukan dan segera melakukan koreksi sambil jalan. Learning by doing” kata Suhu
“Terima kasih, Suhu. Saya paham”, kata Kiaji sambil tersenyum puas.
0 komentar:
Posting Komentar