Translate

cerpen setangkai mawar putih di hari wisuda

Written By iqbal_editing on Rabu, 22 Februari 2017 | 05.57

setangkai Mawar Putih Di Hari Wisuda

Judul Cerpen Setangkai Mawar Putih Di Hari Wisuda
Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Cinta Dalam Hati (Terpendam)
Lolos moderasi pada: 2 February 2016
Aku duduk di lobby hotel Grand Pasundan dengan membawa setangkai bunga. Kau tahu, tadinya apa yang ingin aku bawa untukmu? Jawabannya adalah sebuah hadiah. Ya kado sebagai hadiah di hari bahagiamu. Akan tetapi, aku bingung memutuskan hadiah apa yang pantas aku berikan. Akhirnya hanya setangkai bunga mawar putih yang aku bawakan untukmu. Rabu, 24 Desember 2014 tepat dengan hari wisudamu. Untuk hari ini, aku sengaja memberanikan diri untuk mengucapkan selamat dan memberikan bunga ini untukmu. Setelah beberapa jam menunggu, akhirnya acara wisuda selesai. Aku masuk ke aula hotel untuk menemuimu. Di antara banyaknya kerumunan orang, aku mencari sosok yang ingin aku temui.
Sosok itu adalah sosok seorang pria yang merupakan kakak tingkat di kampusku. Dia.. aku melihatnya, kau yang sedang asyik berfoto dengan keluargamu. Aku yang sejak tadi sudah tak sabar ingin mengucapkan selamat padamu, harus menahan diri karena aku tak mau mengganggu momen di hari bahagiamu bersama orang-orang terdekat. Akhirnya aku kembali menunggu, aku duduk di kursi belakang sambil menggenggam setangkai mawar putih yang hendak aku berikan. Sambil menunggu, dari kejauhan aku melihat kebahagiaan terpancar dari wajahmu.
Selang beberapa menit berlalu, kau berjalan ke arahku. Sementara aku yang sejak tadi menunggumu hanya terpaku di kursi itu, seolah kakiku terasa kaku, lidahku serasa kelu. Hingga akhirnya aku melihatmu berlalu dari hadapanku. Saat itu, yang ada di pikiranku hanya pulang. Seolah aku tak peduli lagi dengan niat awalku datang ke sini. Aku yang selalu tak berani menatapmu, aku yang selalu tak berani berbicara padamu. Kali ini lagi-lagi hal itu yang terjadi padaku. Aku berjalan menuju pintu ke luar dari aula itu, di sela-sela banyaknya orang aku tak sadar kalau orang yang berdiri membelakangiku itu dia.
Ya, dia.. rupanya dia yang sudah berlalu sejak tadi, kini berdiri di hadapanku. Tepat di depan pintu ke luar aula, dia membalikkan badan dan sontak kini aku dan dia berhadapan. Nervous, malu, bingung, aku tak tahu apa yang harus aku lakukan saat itu. Rasanya, ini lebih berat dari saat aku harus memperkenalkan diri di hadapan semua teman-teman mahasiswa baru saat ospek beberapa tahun yang lalu. Kau menatapku, dan aku memberanikan diri mengucapkan selamat kepadamu dengan gugup. Lalu ku berikan setangkai mawar putih itu padamu. Maka dengan rasa malu aku pun tersenyum kepada ayah dan ibumu. Kemudian berlalu.
Bodohnya aku, kenapa aku langsung berlalu begitu saja tanpa pamit padamu. Ku harap kau paham, betapa groginya aku saat itu. Tapi kembali lagi ke tempatmu tadi akan sangat berat untukku. Lagi-lagi aku duduk dan kembali bersama teman-temanku. Berpura-pura berbincang dengan mereka, padahal aku diam-diam melihat ke arahmu. Ternyata kau pun sedang memperhatikanku, aku yang seolah tertangkap basah sedang memperhatikanmu hanya tersipu malu. Kau tersenyum padaku. Salting, itu yang aku rasakan saat itu. Lalu aku berpura-pura memainkan handphone-ku.
Setelah beberapa waktu, aku kembali memberanikan diri untuk melihatmu di tempat yang tadi. Tapi rupanya kau sudah tak di situ. Kau hilang di sela-sela keramaian. Aku berusaha mencarimu. Satu per satu orang-orang berlalu meninggalkan tempat itu. Sampai aula hotel sepi, tak ku temui lagi sosokmu. Karena hujan deras saat itu, akhirnya aku kembali menunggu di lobby hotel dengan teman-temanku. Menunggu hujan reda, untuk kemudian pulang.
Sore itu, saat aku tiba di kosanku. Aku mendengar suaramu. Ya.. suara yang selalu aku dengar di balik dinding itu. Rupanya kau sudah duluan tiba di kosan. Aku dan dia berbeda kosan, hanya kamar kami yang bersampingan. Walaupun begitu, tapi sejak saat itu, aku tak pernah lagi bertemu dengannya. Hingga pada bulan februari saat aku libur semester selama 2 minggu, aku yang kini kuliah di salah satu universitas swasta di kota Bandung, memutuskan untuk pulang ke kampung halamanku di daerah Ciamis. Kabar yang aku dengar, dia pun kembali ke kampung halamannya di Sumatera sana. Apa mungkin pertemuan kemarin di acara wisuda itu, pertemuan terakhir dengannya. Apa suatu saat nanti, aku masih bisa bertemu dengan dia lagi. Entahlah.
Cerpen Karangan: Ferderika Wila
Facebook: Ferderika Wila

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik