Translate

cerpen sukirjo polisii cinta

Written By iqbal_editing on Minggu, 12 Februari 2017 | 06.16

SUKIRJO POLISI CINTA
             Langit di kota Balikpapan berwarna gelap, rintik-rintik hujan membasahi pakaian Angel. Kakinya melangkah menapaki garis-garis putih yang disebut zebra cross. Tubuhnya menggigil dan bibirnya terlihat pucat. Setengah perjalanan menuju ke seberang jalan, tiba-tiba suara priwitan terdengar keras ditelinganya. Angel berusaha menoleh ke belakang untuk mengetahui apa yang sedang terjadi. Seorang polisi muda melambaikan tangannya memanggil ia untuk mundur. Bibir Angel komat-kamit menggerutu melihat sikap aneh polisi itu.
             “Selamat Sore Mbak! Mengerti apa kesalahannya sampai saya panggil kesini?” tanya Polisi itu.
             Angel hanya menggeleng-gelengkan kepalanya kebingungan dengan pertanyaan yang diajukan polisi aneh itu.
             Telunjuk Polisi itu mengarah ke jembatan penyebrangan yang terletak di atas kepala mereka. “Itu namanya jembatan penyebrangan.”
             “Jadi bapak suruh saya kesini hanya untuk melihat jembatan penyebrangan?”
             “Kalau sudah tau ada jembatan penyebrangan kenapa lewat di bawah? Mbak tau berapa biaya untuk membangun jembatan itu?”
             Angel nampak kesal dengan segudang pertanyaan polisi itu yang tidak masuk akal. “Pak! Saya bukan tukang bangunan jembatan itu.”
             “Jembatan itu dibangun oleh pemerintah kota Balikpapan senilai 2 milyar, dibangun demi keselamatan penyebrang jalan. Mbak harus lewat jembatan itu. Silahkan!”
             Angel menarik napas panjang lalu menaiki tangga jembatan penyebrangan itu.
*****
             Pagi-pagi sekali Sukirjo sudah rapi dengan pakaian dinasnya, ia siap berangkat kerja. Sukirjo menghidupkan motor kesayangannya yang diberi nama si kurpit, ia berlalu dari halaman rumahnya menuju kantor. Lampu lalu lintas berganti dari warna hijau ke warna merah, Sukirjo mengerem motornya agar berhenti. Sambil menunggu lampu lalu lintas berganti warna hijau, Sukirjo melihat ke sekeliling. Matanya yang tajam beradu pandang dan saling tersenyum dengan gadis cantik yang mengenakan kaca mata coklat yang ada di dalam mobil sedan berwarna silver. Jendelanya terbuka setengah sehingga membuat rambut panjangnya berkibar. Tiba-tiba suara klakson berbunyi kencang dari kendaraan-kendaraan yang ada di belakang mereka. Sukirjo langsung mengendarai motornya dengan cepat, begitupun gadis cantik itu melajukan mobilnya.
             Sepanjang perjalanan Angel senyam-senyum sendiri, ia terkesima melihat pemuda yang mengendarai motor tadi. Ia mengerutkan keningnya mengingat wajah itu, sepertinya tidak asing, tapi dimana ia pernah bertemu?
             Mendadak kaki Angel mengerem mobilnya, ia melihat banyak polisi lalu lintas berbaris di depan. Jantungnya berdegup kencang, tidak mungkin ia mundur atau memutar arah balik. “Mati deh gue ada pemeriksaan,” gumamnya dalam hati saat polisi muda menyetop mobilnya dan memberi hormat dari balik kaca mobilnya.
             “Selamat siang Mbak! Mohon maaf mengganggu kenyamanan perjalanan Anda. Bisa tunjukkan kelengkapan surat-suratnya?” Polisi itu tersenyum melihat wajah cantik Angel.
             “Bertahun-tahun saya lewat sini tumben hari ini ada pemeriksaan,” ucap Angel mengeluh. Ia memperhatikan polisi yang sekarang ada di hadapannya. “Kamu Polisi yang kemaren suruh saya naik jembatan penyebrangan? Yang tadi berhenti di sebelah saya waktu tunggu lampu merah? Sekarang ketemu lagi mau tilang saya? Ya ampun kamu itu bener-bener bawa bencana!” tanya Angel dengan wajah heran.
             “Maaf, kalau mau kenalan atau lebih dekat dengan saya nanti setelah jam kerja. Sekarang tunjukkan surat-suratnya!” minta Sukirjo sambil tersenyum menggoda Angel.
             Angel mengeluarkan semua surat-surat kecuali SIM karena ia belum punya.
             “Mbak kalau tidak punya SIM jangan mengemudi, ini sangat berbahaya!”
             Angel tidak berkomentar karena ia memang salah tidak menaati peraturan lalu lintas, akan tetapi satu hal yang ia tidak habis pikir, mengapa harus polisi tampan itu yang selalu menilangnya?
*****
             Hari demi hari berlalu tidak membuat Angel jera karena sering ditilang. Ia dengan sesuka hati tanpa menaati peraturan lalu lintas yang ada. Akhir-akhir ini ada sesuatu yang berbeda, ia selalu memikirkan polisi tampan itu. Hampir tiga bulan ia tidak kena tilang.
             Angel melihat ke kaca spion motor maticnya. Seorang polisi berlari mengejarnya. “Astaga! Lupa pakai helm,” teriak Angel sambil memegang kepalanya dengan tangan kiri. Ia langsung mempercepat laju motornya. “Aneh, hari ini polisinya lain yang mau tilang gue,” pikir Angel.
             “Gubrakkk.....” bunyi seseorang yang jatuh dan bersimbah darah di depan motornya. Angel langsung mematikan mesin motornya dan melihat sosok yang baru saja ia tabrak. Ia mengambil dompet pria itu untuk melihat identitasnya. “Sukirjoooooo!” teriak Angel mengetahui orang yang ia tabrak adalah polisi tampan yang sering menasehatinya. Orang-orang yang melihatnya langsung membantu Angel membawa Sukirjo ke rumah sakit terdekat.
             Ia menangis dan penuh penyesalan, kini orang yang ia suka terbaring di tempat tidur rumah sakit. Andai saja ia mendengarkan nasihat Sukirjo untuk menaati peraturan lalu lintas pasti semua ini tidak terjadi.
             “Sukirjo bangun, buka matamu! Saya janji akan mendengar nasihatmu. Saya suka kamu Sukirjo,” air mata Angel terus menetes di pipi Sukirjo, kepalanya diperban.
             Air mata itu membangunkan Sukirjo yang sempat tidak sadarkan diri. Sukirjo tidak menyangka kalau Angel yang ia tau namanya saat ditilang itu menyukainya. “Kalau yang tadi kamu katakan benar, aku rela ditabrak berkali-kali,” ucap Sukirjo menatap Angel.
             “Saya janji akan menaati peraturan lalu lintas mas Sukirjo polisi lalu lintas yang baik dan tampan.”
             “Maaf, Mbak kena tilang!” ucap Sukirjo sambil mengeluarkan kartu berbentuk hati.
             “Memangnya saya melanggar peraturan yang mana?” tanya Angel heran.
             “Mbak ditilang karena melanggar peraturan sudah mencintai saya,” jawab Sukirjo.
             Mereka berdua tertawa lepas di keheningan suasana rumah sakit. Setiap kejadian sesulit apapun pasti ada hikmah dan kebaikan dibalik semuanya itu.
Biodata Penulis: Melani Sulistia Wati

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik