SUKIRJO POLISI CINTA
Langit di kota Balikpapan berwarna
gelap, rintik-rintik hujan membasahi pakaian Angel. Kakinya melangkah menapaki
garis-garis putih yang disebut zebra cross. Tubuhnya menggigil dan bibirnya
terlihat pucat. Setengah perjalanan menuju ke seberang jalan, tiba-tiba suara
priwitan terdengar keras ditelinganya. Angel berusaha menoleh ke belakang untuk
mengetahui apa yang sedang terjadi. Seorang polisi muda melambaikan tangannya memanggil
ia untuk mundur. Bibir Angel komat-kamit menggerutu melihat sikap aneh polisi
itu.
“Selamat Sore Mbak! Mengerti apa
kesalahannya sampai saya panggil kesini?” tanya Polisi itu.
Angel hanya menggeleng-gelengkan
kepalanya kebingungan dengan pertanyaan yang diajukan polisi aneh itu.
Telunjuk Polisi itu mengarah ke
jembatan penyebrangan yang terletak di atas kepala mereka. “Itu namanya
jembatan penyebrangan.”
“Jadi bapak suruh saya kesini hanya
untuk melihat jembatan penyebrangan?”
“Kalau sudah tau ada jembatan
penyebrangan kenapa lewat di bawah? Mbak tau berapa biaya untuk membangun
jembatan itu?”
Angel nampak kesal dengan segudang
pertanyaan polisi itu yang tidak masuk akal. “Pak! Saya bukan tukang bangunan
jembatan itu.”
“Jembatan itu dibangun oleh
pemerintah kota Balikpapan senilai 2 milyar, dibangun demi keselamatan
penyebrang jalan. Mbak harus lewat jembatan itu. Silahkan!”
Angel menarik napas panjang lalu
menaiki tangga jembatan penyebrangan itu.
*****
Pagi-pagi sekali Sukirjo sudah rapi
dengan pakaian dinasnya, ia siap berangkat kerja. Sukirjo menghidupkan motor
kesayangannya yang diberi nama si kurpit, ia berlalu dari halaman rumahnya
menuju kantor. Lampu lalu lintas berganti dari warna hijau ke warna merah,
Sukirjo mengerem motornya agar berhenti. Sambil menunggu lampu lalu lintas
berganti warna hijau, Sukirjo melihat ke sekeliling. Matanya yang tajam beradu
pandang dan saling tersenyum dengan gadis cantik yang mengenakan kaca mata
coklat yang ada di dalam mobil sedan berwarna silver. Jendelanya terbuka
setengah sehingga membuat rambut panjangnya berkibar. Tiba-tiba suara klakson
berbunyi kencang dari kendaraan-kendaraan yang ada di belakang mereka. Sukirjo
langsung mengendarai motornya dengan cepat, begitupun gadis cantik itu
melajukan mobilnya.
Sepanjang perjalanan Angel
senyam-senyum sendiri, ia terkesima melihat pemuda yang mengendarai motor tadi.
Ia mengerutkan keningnya mengingat wajah itu, sepertinya tidak asing, tapi
dimana ia pernah bertemu?
Mendadak kaki Angel mengerem
mobilnya, ia melihat banyak polisi lalu lintas berbaris di depan. Jantungnya
berdegup kencang, tidak mungkin ia mundur atau memutar arah balik. “Mati deh
gue ada pemeriksaan,” gumamnya dalam hati saat polisi muda menyetop mobilnya
dan memberi hormat dari balik kaca mobilnya.
“Selamat siang Mbak! Mohon maaf
mengganggu kenyamanan perjalanan Anda. Bisa tunjukkan kelengkapan
surat-suratnya?” Polisi itu tersenyum melihat wajah cantik Angel.
“Bertahun-tahun saya lewat sini
tumben hari ini ada pemeriksaan,” ucap Angel mengeluh. Ia memperhatikan polisi
yang sekarang ada di hadapannya. “Kamu Polisi yang kemaren suruh saya naik
jembatan penyebrangan? Yang tadi berhenti di sebelah saya waktu tunggu lampu
merah? Sekarang ketemu lagi mau tilang saya? Ya ampun kamu itu bener-bener bawa
bencana!” tanya Angel dengan wajah heran.
“Maaf, kalau mau kenalan atau lebih
dekat dengan saya nanti setelah jam kerja. Sekarang tunjukkan surat-suratnya!”
minta Sukirjo sambil tersenyum menggoda Angel.
Angel mengeluarkan semua
surat-surat kecuali SIM karena ia belum punya.
“Mbak kalau tidak punya SIM jangan
mengemudi, ini sangat berbahaya!”
Angel tidak berkomentar karena ia
memang salah tidak menaati peraturan lalu lintas, akan tetapi satu hal yang ia
tidak habis pikir, mengapa harus polisi tampan itu yang selalu menilangnya?
*****
Hari demi hari berlalu tidak
membuat Angel jera karena sering ditilang. Ia dengan sesuka hati tanpa menaati
peraturan lalu lintas yang ada. Akhir-akhir ini ada sesuatu yang berbeda, ia
selalu memikirkan polisi tampan itu. Hampir tiga bulan ia tidak kena tilang.
Angel melihat ke kaca spion motor
maticnya. Seorang polisi berlari mengejarnya. “Astaga! Lupa pakai helm,” teriak
Angel sambil memegang kepalanya dengan tangan kiri. Ia langsung mempercepat
laju motornya. “Aneh, hari ini polisinya lain yang mau tilang gue,” pikir Angel.
“Gubrakkk.....” bunyi seseorang
yang jatuh dan bersimbah darah di depan motornya. Angel langsung mematikan
mesin motornya dan melihat sosok yang baru saja ia tabrak. Ia mengambil dompet
pria itu untuk melihat identitasnya. “Sukirjoooooo!” teriak Angel mengetahui
orang yang ia tabrak adalah polisi tampan yang sering menasehatinya.
Orang-orang yang melihatnya langsung membantu Angel membawa Sukirjo ke rumah
sakit terdekat.
Ia menangis dan penuh penyesalan,
kini orang yang ia suka terbaring di tempat tidur rumah sakit. Andai saja ia
mendengarkan nasihat Sukirjo untuk menaati peraturan lalu lintas pasti semua
ini tidak terjadi.
“Sukirjo bangun, buka matamu! Saya
janji akan mendengar nasihatmu. Saya suka kamu Sukirjo,” air mata Angel terus
menetes di pipi Sukirjo, kepalanya diperban.
Air mata itu membangunkan Sukirjo
yang sempat tidak sadarkan diri. Sukirjo tidak menyangka kalau Angel yang ia
tau namanya saat ditilang itu menyukainya. “Kalau yang tadi kamu katakan benar,
aku rela ditabrak berkali-kali,” ucap Sukirjo menatap Angel.
“Saya janji akan menaati peraturan
lalu lintas mas Sukirjo polisi lalu lintas yang baik dan tampan.”
“Maaf, Mbak kena tilang!” ucap
Sukirjo sambil mengeluarkan kartu berbentuk hati.
“Memangnya saya melanggar peraturan
yang mana?” tanya Angel heran.
“Mbak ditilang karena melanggar
peraturan sudah mencintai saya,” jawab Sukirjo.
Mereka berdua tertawa lepas di
keheningan suasana rumah sakit. Setiap kejadian sesulit apapun pasti ada hikmah
dan kebaikan dibalik semuanya itu.
Biodata Penulis:
Melani Sulistia Wati
0 komentar:
Posting Komentar