Karena Bangun Kesiangan
Jam menunjukkan angka 06.00 pagi. Neli masih terlelap tidur di
kasur empuknya, ditemani Chiko boneka kelinci kesayangannya. Ia tidak
mendengar bunyi klakson mobil yang hampir sepuluh menit berbunyi di
depan rumahnya, berusaha membangunkan.
"Nel, Neli! Ayo bangun. Mobil antarjemputnya sudah nunggu di depan
rumah!" teriak Mama membangunkan anak bungsunya. "Mama kira kamu sudah
mandi. Kok tidur lagi, sih?"
Suara keras Mama langsung membangunkan Neli. Ia melompat dari
tempat tidurnya dan berlari ke kamar mandi. Ia tidak mau ditinggal mobil
antarjemput. Neli agak malas kalo naik angkot, jadinya menyewa mobil
antarjemput."Ma, aku berangkat dulu ya." teriak Neli yang berlari menuju mobil antarjemput. Di mobil Pak Didin ngomel-ngomel karna lama menunggu Neli.
" Maaf ya Pak Didin, aku tadi malem tidurnya malam banget, karena aku besok ulangan." Neli berbohong, padahal dia semalem nonton film di kamarnya sampai larut malam. Mendengar penjelasan Neli, Pak Didin pun berhenti mengomel.
Tapi mereka hampir terlambat sampai ke sekolah karena terkena macet di jalan Mawar di sekolah, teman-teman Neli memandanginya dengan geli. Mereka tertawa sambil menunjuk-nunjuk dirinya. Neli tak mengerti apa yang ditertawakan oleh teman-temannya. Vina cuek saja dan terus berjalan menuju kelasnya. Hari ini, ada upacara bendera. Neli sudah membawa semua perlengkapannya, seperti, topi, dan dasi. Kukunya pun sudah dipotong rapi kemarin oleh Mamanya.
Seminggu sekali sekolah Neli selalu mengadakan pemeriksaan sebelum upacara bendera. Mulai dari kelengkapan atribut sekolah sampai dengan kuku, rambut, dan baju seragam yang rapi dan bersih.
"Nel, kamu mau sekolah atau mau tidur, sih?" tanya Rendy sambil tertawa dan terus memandangi Neli dengan geli.
"Ya sekolah, Kil! Memang kenapa?" Neli penasaran.
"Lihat, tuh, kepala anjingnya lucu sekali! Ha.....ha....ha..." Kila tergeletak melihat Neli kebingungan. Neli menundukkan kepala, mencari ada apa yang salah pada dirinya.
Dengan terkejut ia melihat sepasang kepala anjing yang menghiasi kakinya."Ya ampun, aku lupa kalo aku masih pakai sandal rumah!" seru Neli. Wajahnya memerah karna malu. Aku, kok, tidak sadar tadi, pikirannya jengkel pada dirinya sendiri. Gara-gara bangun kesiangan dan terburu-buru Neli jadi malu di sekolah. Tak mungkin ia mengikuti upacara bendera.
"Lo Neli, kenapa kamu tidak ikut upacara?" tanya Ibu Ika, gur piket yang bertugas memeriksa kelas. Neli hanya diam menunduk. Ia tak sanggup mengatakan apa-apa. Bu Ika pun menghampiri Neli dan melihat sandal Neli. Untung bu Ika baik hati mau meminjamkan sepatu untuknya. Ia pun tak malu lagi.
SELESAI
0 komentar:
Posting Komentar