Translate

cerpen pengkhianat yang bersahabat

Written By iqbal_editing on Senin, 27 Maret 2017 | 09.02

Huh… aku geram melihat tingkah lakunya. Dia itu menjengkelkan!, lebih dari anak tetangga sebelahku yang sering menangis. Pokoknya kejengkelanku dengan dia tak terkalahkan. Dia itu lebay, sok tau, sombong, dan merasa dirinya yang paling sempurna di mata semua orang. Andai saja aku punya 10 gigi taring yang tajam, aku pasti sudah mencabiknya habs. Bahkan akan ku remuk tubuhnya dan kulenyapkan dia dari muka bumi. Tapi itu hanya sebuah ungkapan yang tak mungkin bisa kulakukan, kan aku masih punya hati sebening embun….^^
            Devi namanya, tapi aku sering menulis namanya di buku harianku dengan nama Devil yang berarti iblis. Menurutku dia bagaikan iblis yang terus sja menggoda siapa saja yang bisa untuk digoda. Dia tak pernah kehilangan akal untuk menciptakan inovasi-inovasi terbarunya. Yang pasti, inovasinya itu bersifat parasitisme, bagaikan benalu dengan inangnya. Tapi aku dan teman-temanku sebagai rakyat kecil tidak bisa berbuat apapun, karena kami hanya anak dari “wong cilik”. Sedangkan Devi, dia anak konglomerat, Papanya selalu saja memanjakannya. Sebulan sekali, Devi pasti diajak keluarganya untuk berlibur ke luar negeri. Jangankan Paris, Ethiophia pun pernah ia kunjungi.
            Karena itulah Devi pintar berbahasa asing. Nilai inggrisnya tak pernah dapat 8, selalu saja lebih dari itu. Karena kepintarannya pula, Devi selalu memamerkannya dengan temannya. Tapi sayang, pintarnya Devi terkalahkan dengan pintarnya “si kuper”. “si kuper” itu pinter banget sama yang namanya bahasa asing. Saking pinternya, di rumah dia tidak pernah menggunakan bahasa Indonesia, "si kuper" selalu menggunakan bahasa jawa  (maklum saja, Ibunya mantan putri keraton di Solo).
Prang!! Kecipak kecipuk….
            Huh…. Suara apa itu? Lagi asyik-asyiknya ngelamun digangguin. Tapi kok semua temanku lari? Apa jangan-jangan ada gempa? Yang bener aja!. Ah… mending aku ikut lari nyusul mereka daripada aku harus kena bangunan runtuh (tapi bener nggak sih ada gempa?). ternyata bukan gempa. Biasa, Devil berulah kembali, superman yang satu ini emang paling nggak bisa diem sehari aja.
            Tapi, kok ulah Devi kali ini diluar kewajarannya ya?. Berani-beraninya Devi membanting galon beserta keramiknya di kantin. Dan parahnya lagi, Devi melempar serpihan keramiknya tepat mengenai ubun-ubun “si kuper”. Alhasil,”si kuper” tergeletak tak berdaya dengan kepala bersimbah darah. Gosipnya, setelah kejadian itu, “si kuper” divonis Dokter terkena geger otak. Walaupun tidak terlalu parah, kejadian ini membuat “si kuper” shock, sehingga ia tak sadarkan diri selama kurang lebih 2 hari.
            Akhirnya Kepala Sekolah mengadili Devi dan memberi hukuman yang bagiku terlalu ringan untuknya, skorsing 2 minggu dan bersih-bersih kamar mandi selama 3 minggu. Aih, senangnya hari ini, duniaku pasti akan lebih berwarna dengan tidak adanya Devi di sekolah. Tentu saja hal ini membuat Devi takut,. Bukan masalah skorsing atau hukuman lainnya. Melainkan Devi takut dengan kumis tebal yang dimiliki Bapak Kepala Sekolah, apalagi kumis itu kadang bergerak sendiri. Hi… jijay…
Yuhu…. Mulai besok, good bye Devi…
3 hari tanpa Devi…
            Oh yeah, aku bebas dari belenggu Devi, hidupku damai, tenang, sehat, sentosa, dan semua hal yang membahagiakan. Aku tak pernah merasakan kebahagiaan ini sebelumnya. Andai kebahagiaan ini abadi, alangkah bahagianya aku.
7 hari tanpa Devi…
            Nggak kerasa, udah seminggu aku nggak bertemu dengan iblis itu. Berarti tinggal 7 hari lagi dong! Huh… bête, cepet banget waktu berlalu. Kelas bakal rame lagi nih, ngalahin ramenya pasar johar. Huh… benci.
12 hari tanpa Devi
            Uh… kelas sepi. Mungkin teman-teman udah pada kangen sama Devi. Aku sih, betah berlama-lama tanpa ada Devi. Bagiku kesempatan ini hanya akan terjadi sekali dalam seumur hidupku, aku tak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini.
15 hari tanpa Devi…
            Duh…gimana nih, peer bahasa inggrisnya susah banget. Mana “si kuper” belum masuk sekolah lagi. Coba kalau ada Devi, pasti Devi udah bocorin semua jawabannya. Walaupun kadang jengkelin, tapi di sisi lain Devi baik kalau disuruh ngasih bocoran jawaban bahasa inggris. Terpaksa deh, aku harus ngarang jawabannya.
Hari terakhir….
            Aku bingung dengan diriku sendiri, kenapa aku begitu bodoh. Kenapa aku jadi tidak konsisten begini. Aku selalu berkata kalau Devi itu menyebalkan. Tapi hati kecilku selalu berkata bahwa Devi bukanlah orang yang seperti itu.
            Pagi ini Devi datang ke sekolah. Teman-teman menyambut dengan suka cita. Bukan hanya kangen, teman-teman juga menanti oleh-oleh yang dibawa Devi dari luar negeri. Orang seperti Devi tidak pernah kapok dengan yang namanya hukuman skorsing. Di masa skorsingnya, Devi malah menghabiskan waktunya untuk berlibur di luar negri. Alhasil, Devi belum juga insyaf. Tapi tak apalah, justru kenakalannyalah yang kurindukan selama ini. Aku rindu dengan nakalnya, rindu dengan kesombongannya, rindu akan segalanya.
            Memang benar, keburukan akan terhapus dengan kebersamaan, karena kebersamaan akan menutupi segala keburukan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik