Kurebut kau, luh
Dari separuh jelma utuh
Pada asmara debar
Dalam aksara binar
Binar matamu selalu berbicara
Akan kita yang tak kenal putus asa
Melangkah perlahan
Menuju kursi penghomatan
Penghormatan bagimu kurasa tak cukup
Karena sejatinya kau hanya butuh pengakuan
Bahwa kau yang siap bersanding denganku
Di waktu yang sudah kita sepakati dulu
- @meeeong
Dulu pada langkah kecil kita
Aku menyimpan asa
Rupa rasa yang tak pernah sirna
Meski jarak membentang di pelupuk mata
Mataku mengukir impian baru
Tak nampak siluet kelabu
Mengacu pada dunia
Yang sejuta warnanya berkisah; biru
Biru kelu bibirku
Tertatih menjejaki waktu
Merenda mimpi bersamamu
Hingga baret merah di nadiku melemah
- @heydil
Melemah? Tidak akan pernah
Pada jemariku terkait benang merah rindumu
Maka meski ribuan waktu berlaku
Pada hariku, tetap kamu
Kamu, bermain angin
Sementara kuhapus
Anyir sedu yang lain
Kita, telah mewangi kudus
Kudus kita hanya sebuah kota
Kudus kita hanya seikat kenangan
Kau, aku dan juga Dia
Melaju bersama bergandengan tangan
Tangan, di jari manis itu
Cincin pernikahan terpasang
Simbol kehidupan masa depan
Kita, merenda bahagia
Bahagia itu dusta
Jika tak ada Kamu di dalamnya
Engkau nyata dalam getar suka
Sedang duka dekapanMu yang menyerta
Menyertakan nama dalam tiap lafadz
Adalah sebuah hal yang tak mengenal luput
Harap-harap kau tertulis dalam catatanNya
Lalu akan kuucap amin sebagai penutupnya
Penutupnya menyisa jejak
Rindu; ingatan yang dibawa udara
Berdua, kita jalan saja
Cinta kita tak pernah ke mana
Ke mana takkan jadi di mana
Kita arungi saja gelombang ombak Aegea
Kepada pendar mentari yang gagah
Mari sulut api bahagia, cukup kita saja
Saja ialah kata yang ingin kusemat pada kita
Sebab masih serupa
Denyut tawa yang buat hati huru hara
Masih kamu, gadis manis berkacamata
Berkacamata denganmu
Aku melihat,
Di sebelah mataku
Hatimu hinggap
Hinggap di pelupuk mata
Senada dengan jalan berirama
Intonasi not berbendera renda
Bergandeng mesra denganmu adinda
Adinda tersayang,
Ramah parasmu menghapus lara
Hangat senyummu hadirkan damai
Semoga kita beriringan kekal
Kekalnya rasa, tuan
Membawa rinduku terpatri asa
Dalam derap langkah bersama
Menjelma kisah penuh cerita nyata untuk cita, bukan angan
Angan yang mulanya bergelayut manja
Potret mimpi tentang kisah abadi
Padamu, masih kugantung harap penuh sukacita
Hingga suatu nanti, kala aku dan kamu memadu janji
Janji yang juga kerap melangit
Memuai harapan yang telah basah terendam rindu
Memadu dingin dengan temu yang tak kunjung tiba
Kapankah langit terbelah? Menyungkurkan segala rindu yang kerap melangit ini
- @tujiya
Ini janjiku pada hatimu
Seperti janji rintik hujan kepada awan
Kemanapun langkah kaki menuju
Hanya kamu, tempatku kembali pulang
Pulang mengetuk pintu yang tak pernah terkunci untukmu
Rumah yang tak pernah lupa akan sosokmu
Tempat yang tak pernah lengkap tanpa senyummu
Aku yang tak pernah puas tanpa hadirmu
Hadirmu, tak jemu aku menunggu
Masihkah kau terjaga, tuan?
Mari retas segala lelahmu di dadaku
Agar dalam mimpi, rindu kita jatuh, saling debam
Debam rindu,
jatuh berkali-kali
Seperti hujan sore itu
Rintiknya jatuh dari ujung matamu
Matamu akan kuketuk
Dalam penaku yang bercerita
Tentangmu dalam sajak-sajak
Masa depan kita bersama
Bersama denganmu biar Tuhan yang menentukan
Kita dua yang tak tahu apa-apa perihal cinta
Hanya pengharap di hadapan semesta yang
Semoga mengamini setiap doa kita
Kita terlunta di antara berjuta sukma
Yang datang menggerayangi malam-malam para pendoa
Hampir-hampir terjerumus ke ujung neraka paling haus
Lalu sekelebat cahayamu bak jibril menyampaikan nubuat, kita selamat
Selamat dari kata pisah seharusnya melegakan
Lalu kenapa kata bertahan jauh menyeramkan
Pisah atau bertahan, mainkan
Ini kota sejuta rasa
Rasa yang mampu mengikat asa
Erat membimbing, bukan memaksa
Dalam langkah yang terpatah-patah
Kita masih tahu, kalau tangan masih digenggam
Digenggamnya rasa bukan berarti kita memaksa
Hanya saja untuk mengingatkan
Bahwa kita adalah
Dua hati yang telah dijatuhkan bersama
Bersama dengan fajar merekah
Aku dan kamu membuka pintu
Kita melangkahkan kaki
Menjejak hingga senja melatari
Melatari kamu yang abu-abu
Mencari tiap jejak yang tertinggal
Mengokohkan tiang rindu berdua karena jarak
Karena tidak ada yang menghentikan tekad kita
Kita selalu bergandengan, entah berjalan atau terjatuh
Tak pernah sejengkal pun kita terpisah, meski hati sudah tak lagi utuh
Tekadmu benar-benar tak pernah luluh
Meski terkadang aku mencoba menyerah pada segala hal tentang menempuh
Menempuh gunung walau curam berliku
Melewati lembah walau terjal berlandai
Mengarungi pantai walau ombak berguncang
Semua akan indah jika kita bersama
0 komentar:
Posting Komentar