“Aduh, non kan sudah 2 kali nambah,” mbok Imah mengeluh, tapi tangannya tetap mengambil mangkuk yang disodorkan Sasha dan kembali menyendokkan ice cream ke dalamnya. Lalu mbok Imah dengan cemas menatap Sasha yang dengan lahap menghabiskan ice creamnya.
Sore hari saat menemani mama belanja, Sasha merengek pada mamanya minta dibelikan permen berukuran besar yang dipajang di etalase sebuah toko permen.
“Satu saja ya?” tawar mama ketika Sasha minta dibelikan 2 buah permen, tapi Sasha segera menampakkan wajah cemberutnya, mama dengan berat hati membelikan 2 buah permen berbentuk bunga dan matahari itu. Sasha kan memang hobby dengan permen dan coklat, masa mama lupa? Gerutu Sasha dalam hati.
“Disimpan dulu ya Sha, nanti makannya separo dulu,” mama mengingatkan, Sasha pura-pura tidak mendengarkan.
Makan malam di rumah itu mama sudah membuatkan sup macaroni kesukaan Sasha, tapi wajah Sasha tampak tidak bernafsu saat duduk di depan meja makan, sebenarnya dia sudah kenyang, bayangkan saja ia sore itu menghabiskan 1 permen bunga sebesar kepala bayi itu…
“Sasha kenapa tidak makan?” tegur mama.
“Kenyang ma,” jawab Sasha.
“Ayolah, papa suap ya beberapa sendok,” bujuk papa, karena terus dibujuk akhirnya Sasha mengalah. Beberapa suap nasi dan sup macaroni sempat masuk ke dalam perut Sasha. Alhasil malam itu Sasha merasakan perutnya terasa penuh sekali saat akan tidur…
***
Matahari pagi bersinar, Sasha masih tergolek di tempat tidurnya. Sebenarnya ia sudah mau bangun, tapi mendadak ia merasakan ada yang aneh dengan mulutnya, terasa penuh! Hmm, sekarang seperti berasa ngilu giginya…Ketika Sasha hendak memanggil mamanya dan membuka mulut…
“Aduuh!!, Mama!....Sakit!!” Sasha berteriak sambil memegang pipinya. Duh, kenapa dengan mulutnya, ada apa di pipinya? Kenapa Giginya terasa sakiiit sekali?
Saat masih bingung itu mama tergopoh masuk ke dalam kamar, melihat Sasha yang memegangi pipinya mama tampak terkejut.
“Ya ampun Sasha, pipimu bengkak. Kenapa? Gigimu sakit ya?” Tanya mama panik.
Sasha tidak dapat menjawab, air matanya berlinangan di pipi.
“Hu, hu, hu sakit ma!,” isaknya sambil menahan sakit.
“Wah, wah pasti gigimu sakit. Kita ke dokter ya Sha,” papa yang sudah di dalam kamar berkata.
Sasha tidak bisa menolak lagi, jangankan untuk bicara, menangis saja terasa ada jarum yang menusuk dari gusinya sampai ke kepala! Akhirnya pagi itu papa dan mama mengantarkan Sasha ke dokter Gigi. Beruntung antrian di sana tidak lama, karena hanya menunggu sebentar saja nama Sasha sudah dipanggil.
“Wah ternyata gigimu berlubang Sha,” dokter Silvi mengamati mulut Sasha yang terbuka lebar.
“Pasti Sasha penggemar berat permen dan coklat ya?”
“Juga ice cream dokter,” tambah papa menggoda Sasha.
Mendengarnya Sasha tidak bisa berbuat apa-apa. Ia duduk pasrah di kursi periksa dokter Silvi. Setelah mengamati beberapa saat dokter Silvi memutuskan untuk memberi obat penahan sakit pada gigi Sasha.
“Baru nanti kalau sudah tidak sakit lagi, gigimu akan kita cabut,” senyum dokter Silvi.
Aduh!! Mendengarnya wajah Sasha mendadak pucat.
“Ma, Sasha tidak mau gigi Sasha ompong,” rengek Sasha dalam perjalanan pulang.
“Hmm, Sasha dengar sendiri kan? Kalau gigi itu tidak dicabut maka kerusakannya akan merambat ke gigi sebelahnya. Sasha mau giginya semua dicabut dan Sasha ompong semua?” mama mengingatkan dengan sabar.
Mendengarnya Sasha terdiam.
“Makanya kalau papa dan mama membatasi Sasha minum es, makan ice cream cukup semangkuk saja, Sasha harusnya mendengarkan. Bukannya terus marah sama mbok Imah atau marah sama mama dan papa. Lalu menangis…Akibatnya kan Sasha juga yang merasakan,” papa tidak mau kalah dengan nasehatnya.
“Permen yang mama belikan kemarin pasti sudah habis?” mama bertanya.
Sasha menganggukkan kepala.
“Ck, ck, Sasha gimana gigimu tidak berlubang,” keluh mama lagi.
Sasha menutup matanya, duh giginya kenapa tidak hilang ya rasa ngilunya?
***
Sasha mengamati wajahnya di depan cermin, membuka mulutnya lalu tersenyum , terlihat aneh! Karena ada satu giginya yang ompong!
“Anak mama masih cantik kok,” hibur mama yang sudah berdiri di belakangnya, Sasha tersipu.
“Hmm, mama mau ke swalayan, Sasha mau titip coklat atau permen lagi?” goda mama.
Sasha menutup mulutnya dan menggeleng keras, mama tertawa melihatnya.
“Makan coklat dan permennya untuk hari Minggu saja ya ma? Kalau hari-hari lainnya Sasha puasa makan coklat, permen dan ice cream,” putus Sasha kemudian.
“Benar begitu?” mama memicingkan mata tidak percaya.
“Benar ma. Sasha tidak mau gigi Sasha habis,” ujar Sasha dengan mimic meyakinkan.
Mama tertawa geli melihatnya.
Majalah Mom/Dad & I/GAL/GP
0 komentar:
Posting Komentar