3.15 ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu
peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami
sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil
observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan,
kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dan lain sebagainya.
Cara-cara melatihnya antara lain:
Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
3.16 IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk
menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi
obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu
yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu
menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas,
penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar
terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang
pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita
sedang memainkan sebuah pantomim.
Sebagai contoh, dalam naskah OBSESI, terjadi dialog antara pemimpin
koor dengan roh suci. Roh suci disini hanya terdengar suaranya, tetapi
pemain harus menganggap bahwa roh suci benar-benar ada. Dalam contoh
lain dapat kita lihat pada sebuah naskah yang didalamnya terdapat sebuah
dialog, sebagai berikut: "Hei letnan, coba perhatikan perempuan
berkaca mata gelap didepan toko itu. Perhatikan topi dan tas hitam yang
dipakainya. Rasa-rasanya aku pernah melihat tas dan topi itu dipakai
Nyonya Lisa beberapa saat sebelum terjadi pembunuhan". Yang
dibicarakan tokoh diatas sebenarnya hanya khayalan saja. Perempuan
berkaca mata gelap, bertopi, dan bertas hitam tidak terlihat atau tidak
tampak dalam pentas.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang
dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai
latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut:
Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian
bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya,
keadaannya, warna, dsb.
Menganggap atau memperlakukan sebuah benda
lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah
suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb.
Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa
terpingkal-pingkal.
Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang
berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis
kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
3.17 EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai
ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci,
bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat
mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan
warna bagi tokoh yang diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh
tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku,
roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernapasan, niat. Niat disini
timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul
niat untuk memukul, dsb.
3.18 PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk
diterapkan pada tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai
Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi
berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang
berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan
baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah:
Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang
dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik
tolak dan inti dari naskah.
Melakukan gerak serta dialog yang
terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang
akting dari tokoh yang akan kita perankan.
Sebagai latihan cobalah
membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu
pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
IV. KOMPOSISI PENTAS
Komposis pentas adalah pembagian pentas menurut bagian-bagian yang
tertentu. Komposisi pentas ini dibuat untuk membantu blocking, dimana
setiap bagian pentas mempunyai arti tersendiri.
Kadar kekuatan pentas dapat dilihat pada urutan penempatannya. Bagian
depan lebih kuat daripada bagian belakang. Bagian kanan lebih kuat
daripada bagian kiri. Oleh karena itu jangan menempatkan diri atau benda
yang kadar kekuatannya tinggi pada bagian yang kuat. Carilah
tempat-tempat yang sesuai agar blocking kelihatan seimbang. Walaupun
demikian harus tetap dalam batas-batas yang wajar, jangan terlalu
dibuat-buat.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar