Translate

cerpen menolong teman

Written By iqbal_editing on Senin, 20 Maret 2017 | 07.01

Menolong Teman

Seorang anak yang bernama Puti sedang asyik bermain dengan mainan barunya di taman sekolah. Sekali-kali dia tersenyum sendiri karena asyik menghayal dengan mainan baru yang di beli ibu tadi. Puti senang sekali. Boneka Barbie yang baru di beli ibu adalah boneka yang sudah lama diinginkannya. Saking senangnya, ia bermain sambil bersenandung ria. Lala... lala.. lallala... Lihat kebunku penuh dengan bunga. Ada yang putih dan ada yang merah. Setiap hari kusiram semua. Mawar melati semuanya indah.
Saat melihat Puti bermain sendirian di taman, teman-teman yang lainnya datang menghampiri Puti. Mereka juga membawa mainan andalannya masing-masing. Ada yang membawa mainan mobil-mobilan, ada yang membawa sepeda, ada yang membawa boneka, dan sebagainya. Mereka ingin mengajak Puti bermain bersama.
”Puti, kita main yuk?” ajak mereka
”Eh, ternyata kalian juga ada di sini. Ayuk kita main bersama!” ucap Puti.
Mereka akhirnya bermain bersama. ”Bagusnya kita main apa ya Put?” ucap Jeni.
”Hhhmm, main apa ya?” Puti ikut berikir. Teman-teman yang lain juga berpikir. Mereka harus menemukan permainan yang asyik dan seru. Mereka mengerutkan keningnya dan saling tatap-menatap.
”Ahaa! Puti dapat ide teman-teman,” ucap Puti.
”Apa itu Put? Kita main Apa?” tanya teman-teman Puti hampir serentak.
”Hhhmm, bagaimana kalau kita main kucing-kucingan?” tanya Puti meminta persetujuan pada teman-temannya.
”Ide yang bagus Put”. ”Iya put, ide kamu bagus sekali,” puji teman-teman Puti.
Setelah mendengar ide Puti, mereka langsung bermain kucing-kucingan. Sebelumnya mereka melakukan hompimpa untuk mencari yang menjadi penjaga. Siapa yang kalah dalam hompimpa akan menjadi penjaga dan mengejar teman-teman yang lainnya. Hompimpa, hompimpa, hompimpa. Mereka melakukan hompimpa bersama-sama dan pada akhirnya Puti kalah. Sesuai persetujuan tadi, bahwa siapa yang kalah akan mengejar teman-teman yang lainnya. Puti harus menjadi penjaga yang mengejar dan menangkap teman-teman yang lainnya.
”Ayo kejar, ayo kejar,” ucap teman-temannya.
”Di sini Put, week!” ucap tema-temannya.
”Ayo! Puti! Puti! Puti!” seru yang lainya.
Puti harus mengejar teman-temannya. Siapa yang tertangkap akan mengejar balik. Puti berusaha kersa mengejar teman-temannya.
”Aduuh! Kenapa susah sekali ya!” pikir Puti.
”Pokoknya aku harus bisa menangkap mereka sebelum aku kelelahan,” pikir Puti lagi.
Sementara itu, teman-teman Puti terus menjauh dari Puti. Mereka menghindar agar mereka tidak tertagkap oleh Puti. Mereka berlari dan berlari. Saking seriusnya Puti mengejar teman-temannya ia tidak menyadari jalan yang di tempuhnya. Ia bahkan tidak melihat ke jalan. Ia hanya melihat ke arah teman-temannya berlari. Ia mengikuti teman-temannya. Lalu ”Brruuuuuuuuuuuuk!” Kaki puti tersandung batu dan akhirnya jatuh. Puti menangis karena kakinya sakit sekali.
”Aduuh! Sakit, sakit!” ucap Puti.
Teman-teman yang lain berlari ke arah Puti. Mereka terkejut melihat Puti telah jatuh.
”Ya Allah, Put,” ucap teman-temannya.
”Puti?” seru teman yang lain saking kagetnya.
Puti hanya menangis. ”Aduh! Sakit! Sakit! Kakiku sakit!” ucap Puti.
Puti melihat lututnya berdarah. Puti tak berhenti-henti menangis. Ia menangis sejadi-jadinya. ”Aduh! Sakit! Sakit! Kaki Puti sakit!” ucapnya lagi.
”Sabar ya put! Kita harus bagaimana nih teman-teman?” tanya Jeni pada teman yang lainnya.
”Aduh! Kasihan Puti, ayok kita menolongnya!” sambung teman-teman yang lainnya.
”Iya, tapi bagaimana caranya?” tanya teman yang satu lagi.
Mereka kembali berpikir. Mereka harus menyelamatkan Puti, paling tidak membawa Puti ke UKS. Mereka berpikir keras. Sementara itu, Puti masih saja menangis. ”Aduh! Kakiku sakit sekali! Aduh! Kaki ku sakit!” ucap Puti.
Teman-teman Puti kehilangan akal melihat Puti yang merintih. ”Bagaimana ini?” tanya semua teman-teman Puti. ”Sabar dulu Put!” ucap salah satu temannya.
”Hhhmm, bagaimana kalau kita membawa Puti ke UKS?” ucap Jeni.
”Iya Jen, itu yang kami pikirkan dari tadi. Tapi bagaimana caranya?” sanggah teman yang lainnya.
”Kita rangkul saja Puti di bahu kita. Aku yang memegangnya di sebelah. Dan di sebelah lagi salah satu dari kita. Bagaimana?” tanya Jeni meminta pendapat teman-temannya.
”Baiklah, karena itu adalah salah satu caranya, kita harus melakukannya”.
Jeni mulai memegang bahu Puti sebelah kanan dan membuat tangan Puti memegang bahu Jeni di sebelah kiri. Begitupun teman yang merangkul bahu Puti yang di sebelahnya. Mereka berusaha keras membawa Puti ke UKS.
”Kamu harus kuat Put!” ucap teman-temannya. ”Semoga ita berhasil membawa Puti ke UKS. Mereka berusaha sangat keras membantu Puti ke UKS. Beberapa menit kemudian akhirnta mereka berhasil mmbawa Puti ke UKS. Tapi sayangnya penjaga UKS sedang tidak ada.
Puti masih saja menangis karena kakinya sakit sekali, lututnya berdarah. Melihat tangisan Puti, Jeni mengambil alih menjadi penjaga UKS. Lalu Jeni mengambil kotak obat yang ada di lemari.
”Ini obat merahnya, lukanya di cuci dulu agar bersih. Mau pakai alkohol nggak? Perih dikit sih, tapi kumannya mati loh. Jadi kakimu aman. Di plester ya! Biar lukanya gak kotor,” ucap Jeni
”Wah! Jeni hebat sekali!” puji teman-temannya.
”Iya, tidak salah kalau Jeni juara satu terus,” sambung teman yang lainnya.
”Lain kali lihat ke depan kalau lari, di sinikan banyak batu Put,” ucap Jeni.
Puti sudah berhenti menangis. Dia tersenyum melihat teman-temanya yang baik sekali.
”Makasih ya, kalian baik deh. Mau nolongin aku,” ucap Puti.
”Kitakan harus saling menolong, itulah gunanya teman,” jawab teman-teman Puti.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik